...***...
Di kantor tertinggi kepolisian.
Yamamura Tani baru saja selesai membaca dokumen mengenai Inuzuka Kira. Hanya seorang polisi yang memiliki pengaruh yang cukup luas di wilayah Nishikawa.
"Tapi bagaimana mungkin? Dia mengetahui tentang nakamoto sakurai?." Ucapnya aneh. "Bahkan dia membantunya? Untuk menyelesaikan masalah? Yang sedang dihadapi nakamoto sakurai?."
Tok!. Tok!. Tok!.
"Masuk!."
"Permisi pak, maaf jika saya mengganggu bapak."
"Apa yang ingin kau laporkan padaku?." Balasnya. "Katakan saja, maka aku akan mendengarkannya dengan baik."
"Ini mengenai nakamoto sakurai." Jawabnya. "Juga anjingnya, yang telah berhasil menangkap salah satu pelaku dari undangan berdarah."
"Sakurai nakamoto." Yamamura Tani mengingat dengan jelas bagaimana kondisi Sakurai. "Kondisi mental lelaki itu sangat terpuruk karena kejadian itu." Ia mendengus kecil. "Bagaimana gilanya lelaki itu, setelah kejadian itu?." Kali ini ia tertawa kecil. "Juga kegagalannya dalam menyelesaikan kasus itu." Senyumnya sedikit pahit. "Namun lelaki itu tidak menyerah, ia datang kembali padaku." Ingatannya kembali ke masa itu. "Dengan membawa seorang anak buah bernama kira."
Untuk sesaat ia diam, seakan-akan kejadian itu menari-nari di dalam kepalanya, agar mengingat kembali apa yang telah terjadi pada hari itu.
"Mereka menyebutnya anjing penjaga sakurai." Hatinya kembali merasa aneh. "Sebab, setelah bekerja sama dengan kira? Sakurai tampak lebih hidup?." Ucapnya aneh. "Lebih memiliki jiwa semangat, buktinya ia berhasil menemukan salah satu pelaku?."
Jun Hayama hanya diam saja, ia tidak memberi tanggapan apapun atas apa yang ia dengar dari atasannya itu.
"Bagaimana pendapatmu jun kun?."
"Seperti itulah kabar yang beredar." Jawabnya. "Selain itu? Bukankah beberapa kali dia membantu nakamoto keluar dari rumah sakit?." Jelasnya. "Bahkan terakhir dia yang menjamin nakamoto, jika dia kambuh lagi."
"Ya." Responnya. "Beberapa kali dia masuk rumah sakit, namun keluar lagi karena bantuan kira."
"Sepertinya kehadiran inuzuka kira membawa dampak yang baik baginya."
Keduanya tampak berpikir atas apa yang telah terjadi pada Sakurai, begitu terlihat perubahan saat mereka menduga bahwa tidak ada harapan lagi untuk pemuda itu untuk hidup.
"Sebenarnya, siapa si inuzuka kira bagi nakamoto sakurai?." Ucapannya aneh. "Sehingga ia begitu bersegigih menyelamatkannya dari kegelapan?."
Tidak ada jawaban dari Jun Hayama.
"Aku masih ragu, entah ini kebetulan? Atau sakurai sedang melakukan drama?." Suasana hatinya terasa bimbang. "Untuk menutupi kebodohannya, agar tidak terlihat gagal." Kali ini malah terkekeh kecil. "Dengan menyewa aktor bodoh dalam dialog yang ia mainkan."
"Bisa jadi seperti itu pak." Responnya. "Dia putus asa, karena kejadian besar itu, seakan-akan dilupakan oleh semua orang."
"Sakurai, perlihatkan padaku, bagaimana kau berperan?." Ia terkekeh kecil. "Dalam drama mu ini? Juga anjingmu itu." Lanjutnya. "Sejauh mana, dia akan menggonggong untukmu?."
...***...
Kira dan Sakurai baru saja keluar dari tempat tahanan. Tentunya mereka meminta penjara khusus, karena mereka tidak ingin tahanan itu kabur. Akan sangat berbahaya jika tahanan sampai kabur, maka pekerjaan mereka akan bertambah rumit karena aksi kejar-kejaran nantinya.
"Apa yang membuatmu gelisah sakurai?." Kira melirik ke arah Sakurai. "Katakan saja padaku."
"Aku telah berhasil menangkap salah satu pelaku karena bantuanmu kira." Sakurai sama sekali tidak senang, dan tidak tenang?. "Ini sama saja bukan usahaku sendiri." Ungkapnya. "Rasanya aku tidak berguna sama sekali."
"Hum." Ia menghela nafas. "Jangan dramatis dalam keadaan seperti ini sakurai." Kira merasa aneh dengan ucapan Sakurai. "Kau harusnya menyadarinya sakurai, jika kau saat ini memang tidak sendirian." Ia tersenyum kecil. "Karena aku memang ingin menyelamatkan dirimu." Ia menepuk pelan pundak Sakurai. "Karena itulah jangan merasa sendirian."
"Huuffh." Sakurai menghela nafasnya dengan pelan. "Terima kasih, inu chan." Dengan wajah datar seperti itu ia mengucapkan terima kasih?.
Kira menghela nafasnya dengan pelan, rasanya ia tidak tahan melihat raut wajah Sakurai yang seperti itu.
"Aku tahu hidupmu sangat berat, tapi setidaknya ikhlas lah sedikit." Rengek Kira. "Saat mengucapkan terima kasih padaku sakurai." Kira menepuk pundak Sakurai dengan pelan. "Jangan panggil aku seperti itu."
"Hum." Sakurai hanya menanggapinya dengan pelan, tidak membalas Kira atau pun berkomentar banyak.
"Tenang saja sakurai senpai." Dalam hatinya menahan segala amarah. "Dengan kekuatan mataku ini? Akan aku buat dia mengakui, bahwa dia memang salah satu pelakunya." Ada bara api dendam di dalam hatinya. "Karena itulah kau harus bersabar, aku pasti tidak akan mengecewakanmu." Dalam hati Kira berjanji. "Kau cukup diam saja, dan perhatikan dengan baik apa yang akan aku lakukan." Ia berusaha tenang. "Kau hanya perlu menjadi saksi saja."
Kira telah melihat segala masa kelam yang disimpan oleh Sakurai, ia tidak bisa diam begitu saja, setelah melihat penderitaan dari Sakurai selama ini.
"Bagaimana? Kalau kita berjalan-jalan sebentar?." Ucapnya ringan. "Sambil meregangkan otot-otot kita setelah berlari seharian?." Kira kembali menepuk pundak Sakurai. "Rasanya sangat kaku sekali, karena memaksa lari terlalu cepat."
"Baiklah." Responnya. "Tapi setelah itu? Aku ingin pulang." Ia menggeliat pelan. "Aku ingin istirahat, supaya besok bisa melakukan interogasi dengan baik."
"Yeiy! Aku suka dengan yang itu." Kira terlihat semangat dengan apa yang dikatakan oleh Sakurai. "Kau baik sekali sakuai, hahaha!."
"Berisik."
"Hahaha!."
Sementara itu Naoki dan Ryoma saat itu memperhatikan mereka dengan tatapan aneh. Meskipun mereka hanya melihat penangkapan itu, mereka merasa heran.
"Apa yang akan kita lakukan ryoma?." Ucapnya dengan nada lelah. "Sepertinya mereka sangat bersemangat sekali." Naoki sangat heran melihat mereka yang seperti itu. "Rasanya aku sangat malas terlibat dengan urusan mereka."
"Aku tidak tahu harus berbuat apa?." Jawabnya. "Kita lihat saja nanti." Ia menghela nafas pelan. "Karena kau tidak tahu, jadi? Jangan tanyakan aku naoki."
"Jawaban macam apa itu?." Ucapnya jengkel. "Tidak membantu sama sekali."
"Sudah lah, aku lelah sekali."
"Kalau begitu kita balik ke kantor saja."
"Baik."
Setelah itu mereka juga meninggalkan tempat, karena malas berada di sana lama-lama.
***
Di sebuah tempat.
Wanita bertopeng itu sedang berada di sebuah tempat yang sangat sepi. Hanya ada ia dan anak buahnya yang setia menemaninya kemana saja. Sepertinya mereka sangat menikmati apa yang mereka lakukan saat ini. Apakah mereka tidak takut, jika suatu hari nanti mereka akan bertemu dengan seseorang yang menuntut keadilan pada keduanya?.
"Heh! Aku tidak peduli!." Bantah wanita bertopeng itu dengan sangat kesalnya. "Tidak mungkin, ada yang bisa menghentikan, apa yang telah aku lakukan selama ini?." Dengan percaya diri ia berkata seperti itu?. "Itu pasti kebetulan saja."
"Nyonya benar." Responnya. "Saya sangat yakin, tidak ada yang berani menghadapi kekuatan nyonya." Ucapnya dengan senyuman lebar yang sangat menakutkan. "Termasuk anjing bodoh itu."
"Kalau begitu? Mari kita lakukan dengan baik." Wanita itu terlihat sangat bersemangat, hingga ia ingin menikmati pembunuhan lagi. "Aku tidak mau berhenti."
"Tentunya saja nyonya." Balasnya. "Saya akan melakukannya dengan baik untuk nyonya."
"Kalau begitu? Mari kita cari target berikutnya." Wanita itu menyeringai lebar. "Karena aku sangat lapar."
"Dengan senang hati, saya akan melakukannya."
"Aku menunggunya dengan baik." Ia malah menyeringai lebar.
...**...
Kira seakan-akan kembali ke masa lalu.
Ia ingat di mana dulu sekolah ia sangat mengagumi sosok Sakurai.
"Sakurai senpai?."
"Oh? Ada apa inuzuka kun?."
"Ayolah sakurai senpai." Ucapnya setengah kesal. "Aku telah memanggil nama belakangmu, kau masih saja kaku padaku!."
"Hahaha!." Sakurai tertawa kecil.
"Sebentar lagi kau juga akan lulus." Kira terlihat cemberut. "Tidak bisakah kau memanggil aku dengan sebutan kira?."
"Baiklah, kira chan."
"Hmph!."
"Haha!." Tawanya pecah begitu saja.
"Hm!." Kira mencoba tenang, menahan segala perasaan jengkelnya. "Oh? Iya senpai." Ucapnya sambil memperhatikan keadaan sekitarnya. "Apa yang akan senpai lakukan setelah lulus?." Lanjutnya. "Apakah akan kuliah? Atau bekerja?."
"Kau penasaran?."
"Tentu saja."
"Baiklah." Balasnya. "Aku akan kuliah di akademi militer."
"Kau ingin jadi tentara?."
"Aku ingin menjadi polisi."
"Kenapa?."
Sakurai belum menjawab pertanyaan itu, ia hanya menatap lurus ke depan.
"Tentunya ada alasan yang kuat, kenapa kau ingin menjadi polisi bukan?."
"Aku ingin menghukum orang-orang seperti kau."
"Apa?." Ia terkejut. "Memangnya aku seperti apa?!." Ucapnya jengkel.
"Kau tidak sadar ya?." Ia melotot lebar pada Kira. "Tukang bolos, suka mengganggu teman." Ia menekan kuat kening Kira, hingga membuat juniornya itu meringis sakit. "Bahkan kau berani terlihat tawuran!."
"Kegh!." Kira meringis sakit, ketika sebuah jitakan mendarat di kepalanya.
"Akan aku hajar orang-orang seperti kau!." Tunjuknya dengan perasan geram.
"Ok, ok, pak polisi." Responnya kesal. "Saya mengerti." Ia merenggut. "Tapi? Kalau untuk bela diri? Tidak apa-apa, kan?."
"Akan aku pertimbangkan."
"Ha?."
"Hahaha!." Sakurai kembali tertawa melihat reaksi Kira.
Ya, itu adalah masa SMA mereka. Kira di bawah Sakurai 2 tahun, tapi bagi Kira yang bandel saat itu?. Tidak memiliki tempat untuk bernaung?. Baginya Sakurai adalah kakak yang baik, dan selalu sabar menghadapi sikapnya yang seperti ini.
"Senpai, kau sangat menderita." Hatinya terasa sakit. "Aku pasti akan membalas semua, perasaan sakit yang membuat kau seperti ini."
Bagi Kira, penderitaan yang dialami oleh Sakurai itu sama saja dengan menyakiti dirinya.
"Mereka akan menerima hukuman dariku, senpai tenang saja."
Apakah yang akan dilakukan oleh Kira untuk menangkap pelaku undangan berdarah?. Simak dengan baik kisahnya. Next.
...***...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 137 Episodes
Comments