"Fairi hati - hati ya." ucap semua teman dan kru yang ikut pergi ke Singapura.
"Fairi tersenyum dan masuk ke pintu keberangkatan untuk menuju penerbangan ke kota tujuan Surabaya.
Didalam pesawat Fairi duduk dengan diam dan melamun, karena saat sendirian Fairi lebih banyak melamun. Pandangan Fairi kosong dan dia menatap awan yang terlihat menyeruak dari balik jendela kaca pesawat itu.
Terlihat seorang pramugari sedang berjalan mengantarkan makanan dan minuman kepada beberapa penumpang lainnya, Fairi terlihat tersenyum saat ada seorang anak kecil yang duduk disebelahnya sedang menatapnya dengan senyum manis dan polosnya.
Fairi mengalihkan pikirannya yang kacau dengan berbincang sama ibu anak kecil itu sambil bermain dengan anak kecil yang usianya 1 tahun dan mulai pandai bicara, Fairi tertawa setiap kali anak itu menanyakan sesuatu pada Fairi dengan bahasa cadelnya yang masih belepotan dan sulit dipahami, tak terasa waktu penerbangan pun dilalui Fairi dengan sangat senang berkat anak kecil itu.
Begitu sampai di bandara Fairi menaiki taksi menuju ke Surabaya menuju rumah alm. ibunya, dan dalam perjalanannya Fairi mengenang semua jalan yang dilewatinya sewaktu dia masih kecil dulu bersama dengan ibunya.
"Non Ayu, ya Allah beneran non Ayu bibi kangen sekali non." Bi Mina langsung memeluk Fairi begitu melihat Fairi turun dari taksi.
"Bibi sehat?" Fairi membalas pelukan bi Mina yang selama ini menjaga dirinya dan merawat rumah peninggalan ibunya.
"Oh iya non, kemaren lusa sekretaris tuan besar menghubungi ke rumah ini katanya nomer non Ayu tak bisa dihubungi. Dan katanya tuan besar sedang sakit." jelas bi Mina pada Fairi setelah mereka masuk kedalam rumah dan duduk di sofa ruang tamu.
"Biarkan saja bi, dia yang dulu membuang aku dan ibu dan mengatakan putus hubungan dengan kami jadi sekarang aku sudah tak ada hubungan apa - apa dengan mereka, itu sebabnya aku menerima perjodohan supaya aku bisa lepas tanggung jawab dari ayah yang ber*ngsek seperti dia." jelas Fairi dengan nada lesu dan terlihat sedih walau tersenyum.
"Iya bibi tau, itu sebabnya bibi tak ngabarin pada non Ayu." bi Mina menatap Fairi sambil menggenggam tangan Fairi. "Ada apa non sebenarnya kenapa non Ayu menahan tangis?" bi Mina menatap dalam pada Fairi.
Mendengarkan perkataan bi Mina Fairi langsung menangis dan menceritakan semua masalahnya dengan Kenan. "Aku tak bisa seperti ibu bi yang bisa sabar hingga diusir oleh istri kedua suaminya tanpa pembelaan, aku gak bisa seperti itu bi. Aku memilih mundur dan keluar sendiri dari rumah dari pada nanti hatiku akan makin hancur." Fairi menumpahkan seluruh air matanya dan memeluk bi Mina dengan sangat erat.
"Ya Allah, ya Rab sabar ya non, semoga ini semua akan segerah berakhir dan tak ada lagi cobaan yang akan menyesakkan non Ayu." bi Mina memeluk Fairi dan ikutan menangis.
...💔💔💔...
Dikediaman Kenan dia sedang menyiapkan Melinda untuk ketemu sama orang tuanya karena dia ingin segerah memperkenalkan Melinda dengan orang tuannya dan menceritakan kalau mereka telah menikah dan memiliki seorang anak.
"Mas apa benar tak apa - apa? Aku takut mas." Melinda merasa gugup dan juga takut dengan orang tua Kenan.
"Jangan takut dan juga jangan gugup. Mereka pasti akan menerima kamu karena kamu telah melahirkan cucu mereka yang merupakan darah daging mereka juga." Kenan berusaha menenangkan hati Melinda dan membawah Melinda masuk kedalam mobil, yang sebenarnya hati Kenan juga tak tenang.
Saat mobil Kenan melaju dengan kecepatan sedang untuk menuju rumah kediaman orang tua Kenan, Melinda hanya diam tak berkata apa pun, didalam hatinya dia terus saja merasakan takut dan pikirannya memikirkan banyak hal, Melinda mendekap erat putri kecilnya.
Kenan yang melihat Melinda merasa gugup pun menggenggam tangan Melinda dengan erat "Jangan takut, mereka pasti mau menerima kalian." suara Kenan berusaha menyakinkan Melinda dan dirinya sendiri.
Melinda menatap Kenan "Aku benar - benar gugup dan takut mas, dulu saja kamu tak berani mengenalkan aku pada mereka lalu bagaiman sekarang tiba - tiba aku muncul dihadapan mereka?" Melinda berkata dengan nada suara bergetar karena dia benar - benar merasa takut dengan orang tua Kenan.
"Tenanglah, mereka tak akan menolak karena sudah ada putri kita." Kenan berusaha menyakinkan Melinda dan juga dirinya sendiri.
Kenan tau betul kalau papa dan mamanya sangat menyayangi Fairi hingga Kenan merasa kalau Fairi adalah anak kandung mereka bukan menantu, tapi dalam hati Kenan meyakinkan diri kalau orang tuanya pasti akan menerima Melinda dan juga putrinya karena putrinya adalah cucu mereka.
"Ayo turun sudah sampai." Kenan mengajak Melinda turun dari mobil karena mereka sudah sampai didepan rumah orang tua Kenan.
"Tuan muda silakan masuk dan tunggu dulu saya akan panggilkan nyonya dan tuan besar." ucap pembantu di rumah itu.
Kenan membawah Melinda masuk dan duduk di sofa ruang tamu, tak lama kemudian turun dari tangga seorang wanita paruh baya yang masih terlihat cantik dengan tatapan mata tajam dan wajah kaku berjalan mendekati Kenan dan Melinda.
"Ma, dimana papa?" Kenan berdiri dan menanyakan soal papanya.
Melihat Kenan berdiri Melinda ikut berdiri disamping Kenan sambil memeluk putrinya dengan erat dalam gendongannya. Melinda menunduk tak berani menatap mama Kenan yang terlihat tak ramah padanya.
"Kenapa kau mencari papa, apa ada sesuatu yang ingin kau katakan pada kami." suara yang menggelegar datang dari arah samping rumah dan berjalan mendekati Kenan.
"Dimana Fairi, kenapa kau tak membawanya kemari." suara mama Kenan terdengar sangat dingin. "Apa Fairi baik - baik saja?" sambung mama kenan lagi.
"Fairi ada di rumah, dia baik - baik saja." jawab Kenan menatap mamanya.
"Kenapa kau tak membawahnya kemari?" mama Kenan bertanya lagi tanpa mempersilakan duduk pada Kenan dan Melinda.
"Em, itu ma. Aku kesini untuk mengenalkan Melinda pada mama sama papa, dia adalah istri kedua kenan."
Mendengar itu papa Kenan langsung menarik tangan Kenan dan memukulnya dengan sangat kuat sehingga Kenan jatuh tersungkur. Tak cukup itu, papa Kenan masih saja memukuli Kenan walau Kenan sudah jatuh dan tak bisa bangun lagi.
"Anak kurang ajar, kau benar - benar mempermalukan ku sebagai papa mu." teriak papa Kenan sambil terus melemparkan pukulannya pada Kenan hingga keluar darah dari sudut bibir Kenan.
"Ceraikan dia. Sampai kapan pun aku tak akan sudi menerima pelacur sepetinya sebagai menantu." teriak mama Kenan menatap Kenan yang terduduk dilantai setelah dihajar oleh papanya.
"Ma, tapi Melinda bukan wanita seperti itu, dia adalah istri Kenan dan juga ibu dari anak Kenan." ucap Kenan dan berusaha untuk berdiri.
"Kalau dia bukan pelacur lalu dia apa?! Wanita yang merebut suami orang adalah wanita tak benar dan sampai kapan pun aku tak mau menganggapnya sebagai menantu dan juga cucu. Karena aku tak sudi menerimanya." kesal mama kenang dengan amarahnya.
"Maafkan saya, karena kami saling mencintai." suara Melinda dengan bergetar.
"Diam.! Kau tak pantas bersuara di rumah. Sebagai seorang wanita kau telah menodai citra mu, jika kau adalah wanita baik dan bukan pelacur maka kau tak akan mau menggoda pria yang sudah beristri." ucap mama Kenan menatap Melinda dengan kebencian yang amat sangat.
Melihat itu papa Kenan yang duduk berusaha untuk menahan dirinya agar tak menghajar Kenan lagi karena dia bisa membunuh anak satu - satunya itu. "Kau benar - benar pria yang tak bermoral Kenan, papa tak menyangka kau bisa memiliki pikiran yang begitu keji dan tak berperasaan pada Fairi. Kau sungguh sangat kejam pada istrimu yang tak pernah menuntut apa pun darimu itu." suara papa Kenan melemah karena dia merasa sangat sedih dengan anaknya yang memiliki sifat begitu kejam pada seorang wanita.
"Aku tak pernah mengajarimu berbuat kejam dan keji seperti ini. Sampai sekarang aku sungguh sangat menghormati mamamu sebagai istri yang selalu aku butuhkan, bahkan aku sangat patuh dan rela menyerahkan nyawaku pada istriku, namun apa dosa yang sudah ku perbuat sehingga aku diberikan anak yang begitu tak bermoral dan memiliki mental sampah sepertimu." papa Kenan meneteskan air matanya merasa kesal dan juga sakit hati pada Kenan, karena dia merasa telah gagal mendidik anak ya sebagai orang tua.
"Tinggalkan dia dan kembalilah pada Fairi, papa tak sudi menerima wanita murahan dan anaknya itu masuk ke keluarga ini." sambung papa Kenan yang sudah tak sanggup menahan tangisnya dan pergi meninggalkan ruang tamu itu.
Melihat itu Kenan merasa terkejud, karena selama 27 tahun dia tak pernah melihat papanya menangis dan hancur seperti itu, baru hari ini papanya menangis karena Kenan menyakiti Fairi dengan menduakan Fairi, Kenan merasa bersalah pada Fairi dan juga orang tuanya namun dia tak bisa berbuat apa - apa karena sudah ada anak diantara dia dan Melinda.
"Tapi Kenan tak bisa meninggalkan Melinda ma. Karena kami sudah memiliki seorang putri dan itu adalah cucu mama dan papa." Kenan mencobak meluluhkan hati orang tuanya.
"Dia bukan cucuku dan tak akan pernah menjadi cucuku sampai kapan pun, kalau pun harus ada seorang cucu itu hanya anak yang akan lahir dari rahim Fairi saja bukan wanita penggoda dan pelacur sepertinya." ucap mama Kenan dengan sangat benci.
"Tapi dia bukan wanita seperti itu ma? Kami sudah bersama sebelum Kenan menikah dengan Fairi." jelas Kenan.
"Lalu kenapa? Kenapa setelah tau kamu punya istri dia masih mau kau dekati hingga melahirkan anaknya? Kalau bukan karena ada tujuan yang dia pikirkan dan dia rencanakan dari awal." ucap mama Kenan dan itu memukul tepat di hati Melinda.
"Pergilah jangan mengotori rumahku dan kamu hanya punya dua pilihan, tinggalkan wanita pelacur ini atau pergi dari keluarga ini dan menggelandang lah." ucap mama Kenan dengan sangat kejam.
Mendengar penuturan mamanya Kenan kaget karena dia tak menyangka kalau mamanya akan berkata seperti itu pada dirinya dan juga anaknya yang merupakan cucunya sendiri.
"Ma, jangan begitu nanti anak Kenan bagaimana masa depannya ma." Kenan memelas pada mamanya.
"Aku tak peduli karena dia bukan tanggung jawab ku dan aku juga tak peduli dengan mu. Jadi silakan kau menjadi gelandangan." jawab mama Kenan dan duduk dengan sombong.
"Pergilah dan bawah Fairi kemari. Ingat hanya Fairi saja tanpa wanita penggoda itu, karena aku tak sudi melihat wajah wanita yang menjijikkan itu, nanti rumah ini terkena sial jika dia datang lagi." suara mama Kenan terdengar sangat marah besar.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 169 Episodes
Comments
Endang Oke
mantapp
2024-06-17
0
guntur 1609
aku salut dan setuju tentang perlakuannorangtuanya krnan sm anaknya. dia tahu anaknya salah. tapu tdk dibelanya. jarang2 punya sikap mertua yg seperti tu
2023-06-05
3
Saras Wati
terkejut itu pakai T bukan D Thor
2023-05-14
1