Biru masuk ke dalam kamarnya. Suasana kamar itu tidak berubah sama sekali. Semua masih sama. Kamar yang didominasi warna putih dan abu-abu itu bahkan masih terjaga kebersihannya.
Biru berjalan ke arah tempat tidur empuk dan besar miliknya. Ia merebahkan tubuhnya disana. Lega dan nyaman sekali rasanya. Sudah dua bulan ini ia hanya tidur di dekat kursi panjang di ruang tamu rumah Lila. Tentu saja membuatnya tak nyaman karena sangat sempit dan tidak empuk.
Disini tempat tidurnya sangat luas. Bahkan bisa dipakai tidur untuk berdua. Mau bagaimana lagi, disana Lila hanya punya kursi panjang itu untuk tempat tidurnya. Itu pun rasanya sudah syukur daripada harus tidur di lantai.
"Tubuhku sudah lama merindukan kasur empuk ini," ujar Biru seraya merenggangkan badannya.
Selanjutnya Biru bangun dari tempat tidur dan membuka pakaiannya lalu masuk ke kamar mandi. Ia memutuskan untuk berendam di bath up dengan air hangat. Pasti akan sangat nyaman, pikirnya. Saking nyamannya ia berendam disana, tanpa sadar ia pun tertidur.
Sekitar lima belas menit ia tertidur pulas di dalam bath-up, ia mulai tersadar saat mendengar suara-suara yang tak asing di telinganya. Entah ia sedang bermimpi atau tidak, yang pasti suara itu terdengar sangat nyata di telinganya.
“Bi....”
“Bi.....”
“Biru, sudah mandinya. Nanti masuk angin.”
Biru terkejut lalu membuka matanya dengan tiba-tiba. Yang tadinya ia setengah berbaring kini langsung terduduk dengan sempurna. Ia melihat ke sekeliling kamar mandi yang luas itu, tapi tidak ada siapa-siapa. Ia terngiang suara Lila yang memintanya menyudahi mandi di sungai.
“Lila....” lirih Biru.
“Kenapa aku terngiang-ngiang suaranya? Apa mungkin sekarang dia juga sedang memikirkanku?” tanya Biru pada dirinya sendiri.
“Ah, entahlah. Aku sudahi saja berendamnya.”
Biru segera keluar dari bath up lalu membilas tubuhnya. Ia baru teringat ibunya sudah menunggu di meja makan.
***
Lila sendiri malam ini sedang duduk termenung di meja makannya. Satu tangannya bertopang dagu sambil melihat ke arah makanannya di atas meja. Ia rindu berebut makanan dengan Biru. Meski harus berbagi makanan setiap hari dengan pria itu tapi ia tak keberatan. Makan berdua lebih terasa nikmatnya daripada makan sendiri begini.
Lila tampak menghela nafas dengan berat. Ia tak semangat makan malam ini.
“Pasti di kota makananmu lebih enak daripada masakanku kan? Kau juga pasti bosan selalu aku masakin sup hampir setiap hari. Mau bagaimana lagi, aku hanya mampu memberimu makan dengan ini. Ini juga sudah lebih baik daripada makan nasi sama garam saja.”
Lila menyendok sedikit nasi lalu memasukkan ke dalam mulutnya sendiri.
“Bi, kenapa aku memikirkanmu terus ya? Apa karena dua bulan ini kita sudah tinggal bersama? Aku yakin disana kau tidak mungkin mengingatku lagi. Kau kelihatan bahagia sekali bisa pulang ke kota. Pasti kau sudah rindu sama keluarga dan tunanganmu kan. Apa jangan-jangan sekarang kau sedang berduaan dengan tunanganmu? Hmm...aku rasa begitu.”
Lila kembali menyendokkan nasi ke mulutnya. Ia berusaha untuk terus makan meski rasanya sangat tak berselera.
Setelah makan ia langsung rebahan di atas kasurnya. Hal yang sangat jarang ia lakukan. Biasanya ia akan melakukan aktivitas lain dulu. Tapi malam ini ia sudah tak bersemangat melakukan apa-apa lagi.
“Huhhhh, baru jam segini sudah mau tidur.” Lila protes pada dirinya sendiri.
Lila yang sedang berbaring dengan posisi terlentang, lama-lama mulai memejamkan matanya. Ia merasa sangat lelah dan ingin beristirahat saja.
“Lila....”
“Lila.....”
“Lila, kau dimana?”
Deg.
Lila tersentak lalu membuka matanya. Ia segera bangun lalu duduk di kasurnya memandang ke arah pintu.
“Biru? Tadi seperti suara Biru.”
Lila dengan cepat turun dari kasur dan pergi keluar kamarnya. Ia melihat sekeliling rumahnya itu kosong dan sangat sepi. Ia pun bersandar di dinding dengan lemah. Ia tak mengerti mengapa suara Biru terngiang di telinganya.
Apa pria itu sedang merindukannya? Ah, tidak mungkin! Lila menepis perasaan itu. Biru sudah kembali pada tunangannya. Mana mungkin ia merindukan Lila, seorang gadis desa yang tak punya apa-apa.
Akhirnya Lila memutuskan untuk masuk ke kamarnya lagi. Ia berpikir mungkin saja karena ia terlalu banyak mengingat Biru sampai-sampai suara pria itu terus terngiang di telinganya dengan jelas.
Benar apa kata Biru dulu. Jika Biru sudah tidak ada, ia akan selalu merindukan suara berisik Biru yang terus memanggil namanya.
.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 55 Episodes
Comments
Fransiska Widyanti
ya ampun aku kok ikut nyesek ya
2022-11-09
1
💙Renata__Erdiana💚
Biru.. aku rindu 🥺🥺🥺
2022-10-07
0
Mamahe 3E
kl udh ga ada baru kerasa bgt ya kehilangan
2022-10-04
0