“Jangan pernah mengganggu Lila lagi! Aku sebagai calon suaminya tidak akan pernah membiarkan siapapun menyakitinya!”
Kalimat yang dilontarkan Biru pada Reza kemarin saat mereka bertemu di pasar, selalu terngiang-ngiang di telinga Reza. Tidak hanya itu. Kejadian saat Biru dan Lila menghabiskan waktu bersama di sungai juga terus bermain di pikirannya.
Reza mengepalkan tangannya mengingat semua itu. Lila, gadis yang sudah lama ia sukai ternyata sudah dekat dengan seorang pria asing yang entah dari mana asal usulnya.
Reza bisa saja berbuat kasar pada Lila atau memaksa Lila agar mereka bisa menikah, tentunya dengan cara yang kotor. Tapi Reza tak mau melakukan itu karena ia terlalu mencintai Lila. Lila gadis baik-baik yang tak akan ia rusak. Ia mencintai Lila dengan sungguh-sungguh.
Tapi itu bukan berarti ia rela melihat Lila bersama pria lain. Lila tetap harus menjadi miliknya. Ia merasa yang lebih dulu kenal dan suka pada gadis itu, bukan Biru. Tak boleh ada yang memilikinya selain dirinya.
“Hei, melamun saja dari tadi.” Satu tepukan di pundak Reza membuatnya sedikit berjingkit karena terkejut.
Ternyata yang menepuk pundaknya adalah Dani, salah satu temannya. Saat ini mereka sedang duduk di gazebo dekat lapangan yang ada di desa itu.
“Kau pasti memikirkan pria yang bersama Lila di pasar bukan?” tebak Dani.
“Aku penasaran siapa pria itu. Aku tidak pernah melihat pria itu sebelumnya,” jawab Reza.
“Sama. Aku juga tidak pernah. Apa mungkin dia pria dari desa lain?”
Reza mengangkat bahunya. “Aku tidak tau. Yang jelas, aku tidak akan membiarkan pria itu menjadi suami Lila.”
“Menurutmu pria itu serius dengan perkataannya?” tanya Dani.
“Aku tidak peduli dengan perkataan pria itu. Tapi saat aku melihat Lila, dia hanya diam saja saat pria itu mengatakan bahwa dia calon suaminya. Kalau pria itu berbohong pasti Lila akan menyangkalnya.”
“Berarti benar dia calon suami Lila?”
“Tidak! Tidak akan aku biarkan itu terjadi!” sangkal Reza dengan cepat. “Tidak ada yang boleh memiliki Lila selain aku,” lanjut Reza dengan sungguh-sungguh.
“Lalu, apa yang akan kau lakukan?”
“Tentu saja memisahkan mereka!” jawab Reza tanpa ragu.
“Caranya?” tanya Dani penasaran.
Reza tiba-tiba tersenyum licik. Di kepalanya sudah ada rencana yang akan ia lakukan untuk memisahkan Biru dan Lila. Ia pun membisikkan rencana itu pada Dani. Dani yang mendengarnya sontak melebarkan mata.
“Kau yakin akan melakukan itu?” tanya Dani memastikan.
“Jika aku tidak bisa memiliki Lila, maka pria asing itu juga tidak boleh memilikinya. Adil bukan?” jawab Reza dengan senyum menyeringai.
Reza yang sudah terbakar api cemburu tidak dapat berpikir jernih lagi. Yang ada di kepalanya adalah Biru harus ia singkirkan agar pria itu tak menikahi Lila. Ia tak peduli akan resiko yang akan ia tanggung nanti. Yang penting pria itu harus menjauh dari Lila dulu. Soal resiko bisa dipikir belakangan.
***
“Lila....Lila.....” panggil Biru saat masuk ke dalam rumah. Ia baru saja dari kebun mangga belakang rumah untuk mengambil beberapa buah mangga yang sudah matang di pohon.
“Ada apa memanggilku?” tanya Lila yang sedang menyiapkan sarapan pagi mereka.
Hari ini Lila membuat nasi goreng untuk sarapan. Ia memindahkan nasi goreng buatannya ke dua piring berbeda. Satu untuknya dan satu untuk Biru. Porsi Biru tentu lebih banyak darinya. Setelah itu ia meletakkan piring itu di meja makan.
“Ayo makan, sarapan sudah siap,” ajak Lila lalu duduk di kursi makan.
"Wahhh...harum sekali masakanmu. Aku jadi lapar. Semua masakanmu enak-enak," puji Biru.
Biru meletakkan mangga yang ia petik di atas meja makan lalu ikut duduk untuk sarapan.
“Nanti tolong kupaskan mangga ini untukku, ya. Aku tiba-tiba ingin makan mangga hasil kebunmu,” pinta Biru lalu mulai memakan nasi goreng buatan Lila.
“Apa kau tidak bisa mengupas mangga sendiri?” tanya Lila.
Biru menggeleng. “Tidak bisa.”
“Tidak bisa atau malas?” ledek Lila.
“Beneran tidak bisa, Lila.” Biru memang serius dengan jawabannya.
“Mengupas mangga saja tidak bisa? Jangan-jangan kau ini anak orang kaya, ya? Orang kaya yang banyak pembantunya. Jadi semua dikerjakan oleh pembantu,” seloroh Lila.
“Aku tidak tau. Aku sama sekali tidak ingat.”
“Aku rasa begitu. Dari awal tinggal disini saja kau terlihat sangat tidak betah. Kau juga tidak bisa mengerjakan pekerjaan rumah."
"Aku bisa mendorong gerobak." Biru membela diri sambil terkekeh. “Tapi sekarang aku sudah mulai nyaman tinggal disini," lanjut Biru.
“Kalau seandainya kau tidak hilang ingatan, apa mungkin kau akan betah tinggal di rumah kecil seperti ini?” tanya Lila tiba-tiba.
Biru menghentikan makannya. Ia meletakkan sendok di tangannya lalu beralih menatap Lila dengan serius.
“Siapapun aku, darimana pun aku berasal, satu hal yang perlu kau tau, aku tidak akan melupakan gadis penyelamatku. Jika waktu itu kau tidak memutuskan untuk menolongku, mungkin kita tidak akan makan bersama seperti ini,” ucap Biru dengan serius.
“Bi, maaf. Aku tidak bermaksud menyinggungmu,” lirih Lila takut Biru salah paham.
Biru meraih tangan Lila dan menggenggamnya dengan erat. “Aku tidak akan mungkin melupakan jasamu, Lila. Kau sudah banyak sekali menolongku. Kau bahkan rela menampungku dan berbagi makanan denganku. Padahal aku sendiri tau bagaimana kondisimu.”
“Apa itu artinya kau akan terus tinggal disini meski kau sudah ingat siapa dirimu?” Terselip sebuah harapan dari pertanyaan Lila barusan agar Biru tak pergi meninggalkannya.
“Tidak melupakanmu bukan berarti aku tidak kembali pada kehidupanku sebenarnya. Aku yakin aku pasti punya keluarga. Dan keluargaku mungkin saja sedang khawatir tentang keberadaanku. Mereka berhak atas diriku,” jawab Biru yang membuat harapan Lila meluruh.
Lila pun mengangguk. Ia berusaha menegarkan hatinya. “Kau benar. Keluargamu pasti sudah merindukanmu.”
Dan setelah kau kembali pada mereka, giliran aku yang akan merindukanmu, Biru. Lirih Lila dalam hati.
Lila jadi tak semangat melanjutkan sarapannya. Suapan demi suapan terasa berat masuk ke mulutnya. Biru tentu saja bisa menangkap hal itu. Ia tidak bermaksud untuk membuat Lila sedih. Tapi ia hanya tak ingin memberikan harapan lebih pada Lila.
Ia sendiri tak bisa mengingat dengan jelas siapa dirinya dan darimana ia berasal. Apa mungkin dia sudah menikah atau punya kekasih di kehidupan aslinya, ia sendiri tak tau. Oleh sebab itu ia tak mau memberi harapan pada Lila. Itu malah bisa membuat Lila lebih sedih nantinya.
Dan tentang perasaannya pada Lila, ia juga belum pasti. Satu yang pasti, Lila adalah gadis baik yang sangat tulus di matanya.
.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 55 Episodes
Comments
Fransiska Widyanti
😔😔😔😔
2022-11-09
1
KUNCORO'S Days
Sediiihhhhh😭😭😭😭😭😭
2022-10-08
0
ᶥⁱᵒⁿ⚔️⃠Hana Nurul Azizah🍩ᴬ∙ᴴ࿐
Aduduh babang reza kamu beneran cinta apa hanya terobsesi 😌
2022-10-01
0