“Hai, cantik! Sudah lama aku tidak melihatmu,” sapa Reza pada Lila tanpa mempedulikan tatapan Biru padanya.
“Aku mau pulang.” Hanya itu jawaban Lila yang malas meladeni Reza.
“Kau terburu-buru sekali. Kita kan baru bertemu.” Reza tentu tak membiarkan Lila pergi begitu saja.
Lila memutar bola matanya, jengah melihat tingkah Reza. “Kita pergi saja, tidak usah hiraukan dia,” ucap Lila pada Biru. Biru pun mengangguk menuruti Lila.
Saat Lila baru akan melangkahkan kakinya, Reza kembali mencegahnya.
“Tunggu dulu, Lila. Kau ini kenapa sombong begitu padaku? Apa salahku padamu?”
“Kau menghalangi jalanku. Aku mau pulang.”
“Kita baru bertemu. Tak bisakah kita mengobrol dulu?” bujuk Reza.
“Tidak!” tolak Lila dengan tegas. “Aku masih punya banyak pekerjaan yang harus aku selesaikan.”
“Pekerjaan? Mencuci baju orang? Cih!” Reza tampak menghina pekerjaan Lila. “Aku kan pernah bilang, cukup kau menjadi istriku saja, maka kau tidak perlu lagi bekerja seperti pembantu seperti itu. Kau bisa merawat dirimu dengan baik dan tidak kurang satu apapun jika menjadi istriku,” lanjut Reza dengan angkuhnya.
“Oh ya? Tapi sayang aku lebih senang jadi buruh cuci ketimbang jadi istrimu! Minggir! Kau buang-buang waktuku!”
Lila tak mau mempedulikan Reza lagi. Ia hendak pergi tapi tangannya ditahan oleh Reza secara tiba-tiba. “Cepat atau lambat kau akan menjadi istriku!” ucap Reza pelan tapi penuh penekanan.
Reza sudah melampaui batas dengan memegang tangan Lila. Biru tak suka melihatnya. Akhirnya pria yang dari tadi hanya diam itu mulai bersuara membela Lila.
“Lepaskan tangan anda! Lila tidak mau berurusan dengan anda lagi!” titah Biru dengan tegas dan penuh intimidasi.
Reza tak langsung melepaskan tangan Lila. Ia beralih menatap tajam pria yang barusan bersuara itu. Wajah pria itu sangat asing baginya. Ia seperti baru pertama kali melihat pria itu di desanya.
Ia melihat Biru dengan seksama. Pria itu bertubuh tinggi tegap. Biru bahkan lebih tinggi dari Reza. Tapi pakaian yang Biru pakai sangat lusuh karena Biru memang memakai pakaian bekas ayah Lila dulu. Ia pun berdecih, meski wajah Biru tampak seperti orang kaya, tapi dari penampilan bisa dipastikan pria itu sangat miskin.
“Hei orang asing, jangan ikut campur urusanku dan Lila! Kau lebih baik angkat kaki dari sini,” gertak Reza yang sama sekali tak membuat Biru takut.
“Aku akan pergi, tapi dengan Lila. Untuk itu lepaskan tanganmu dari Lila.” Biru masih meminta dengan sopan.
“Kau pikir kau siapa mau menyuruh-nyuruhku seperti itu, hah? Apa kau pendatang baru di desa ini? Kau belum tau siapa aku?” omongan Reza terdengar sangat memuakkan di telinga Biru.
“Sepertinya pendatang baru ini perlu diberikan sedikit perkenalan biar tau dengan siapa dia berhadapan,” sahut salah satu teman Reza.
Biru beralih melihat teman Reza yang barusan berbicara. Pria berbadan kurus itu kalau sekali pukul oleh Biru, mungkin bisa-bisa sudah patah tulang rusuknya. Biru menggaruk hidungnya yang tidak gatal, ia ingin sekali tergelak melihat tingkah preman kampung di depannya ini tapi ia tahan.
“Kenapa? Takut?” tanya Reza yang melihat tingkah aneh Biru.
“Ya, aku memang takut. Takut tidak bisa menahan diri untuk mematahkan tulang kalian semua,” jawab Biru dengan sungguh-sungguh. “Berhenti membual dan lepaskan Lila!”
Reza masih memegang tangan Lila. Mau tak mau Biru menepis paksa tangan Reza hingga ia melepaskan genggaman tangannya pada Lila. Selanjutnya, hal yang tak terduga sebelumnya terjadi begitu saja. Biru mendekat ke arah Lila dan merangkul bahu gadis itu dengan satu tangannya.
“Jangan pernah mengganggu Lila lagi! Aku sebagai calon suaminya tidak akan pernah membiarkan siapapun menyakitinya!” tegas Biru yang membuat Reza dan teman-temannya terkejut. Bahkan Lila sendiri juga ikut terkejut dengan perkataan Biru. Ia tak mengerti kenapa tiba-tiba Biru mengaku-ngaku sebagai calon suaminya.
Lila menoleh ke samping tepat dimana Biru berdiri. Pria itu tampak serius dengan perkataannya.
“Kau pasti berbohong!” sanggah Reza dengan raut wajah tak terima.
“Tidak ada untungnya berbohong padamu. Aku calon suaminya, kita juga sudah lama tinggal serumah bersama. Jadi kau, berhentilah mengganggunya!” kata Biru sambil menunjuk Reza. Pria itu masih terbengong tidak percaya. Mungkinkah mereka sudah tinggal serumah bersama?
“Ayo, Lila. Kita pulang sekarang!” Biru mempererat rangkulannya pada Lila dan mengajak gadis itu pergi dari sana.
Reza sendiri masih tercengang. Ia hanya diam melihat Lila yang dibawa pulang oleh Biru. Ia tentu tak bisa percaya begitu saja. Ia akan mencari tau sendiri kebenarannya.
Calon suami Lila? Sepertinya ia masih belum bisa percaya. Sudah lama ia mengincar Lila, tentu ia tak terima begitu saja Lila memiliki kekasih lain. Ia tambah cemburu. Lila harus menjadi miliknya.
"Apa kau percaya pria asing itu calon suami Lila?" tanya salah satu temannya.
"Menurutmu? Sejak kapan Lila punya calon suami? Dia selalu hidup sendiri. Ini pasti hanya akal-akalannya saja," sanggah Reza.
"Tapi bagaimana kalau hal itu benar? Tadi kau lihat sendiri, Lila diam saja saat tangan pria asing itu merangkulnya," kata temannya yang lain ikut berkomentar.
Mendengar itu hati Reza semakin panas rasanya. "Kita akan menyelidikinya dulu. Aku masih tidak percaya dengan perkataannya!" ucap Reza dengan penuh cemburu.
.
Bersambung....
.
Hai para pembaca setia 🤗 Karena novel ini mengikuti lomba, yuk bantu penulis dengan beri dukungan sebanyak-banyaknya. Biar makin semangat, penulis akan mengadakan giveaway kecil-kecilan. Baca ketentuan di gambar ya 👇
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 55 Episodes
Comments
Fransiska Widyanti
waduh hidup lila tambah baik atau enggak sat biru bilang dia calon suaminya
2022-11-09
1
AlAzRa
Biruuuuu.....rasah golek perkoro, lha awakmu lho durung kelingan sapa awakmu kok ngaku2 calon bojone Lila
2022-09-26
0
Bundanya Robby
kok habis
2022-09-26
0