Lila cepat-cepat berdiri setelah jatuh terduduk ke belakang karena terkejut melihat sesosok mayat di depan matanya. Ia dengan cepat menyusun kembali jerigen-jerigen miliknya ke atas gerobak yang belum terisi semuanya. Ia merasa sangat ketakutan. Ia ingin segera pergi dari sungai itu.
Baru saja ia mendorong gerobak itu, tiba-tiba langkahnya kembali terhenti. Ia menoleh lagi ke belakang tepat dimana mayat itu berada.
“Bagaimana kalau ternyata mayat itu masih hidup?” tanya Lila pada dirinya sendiri. Ada rasa penasaran dan kasihan mengunjungi hatinya.
“Eh, kalau masih hidup berarti namanya bukan mayat dong,” gumam Lila.
Ia pun meletakkan kembali gerobak itu. Ia masih sangat penasaran dengan sosok mayat yang tampaknya adalah seorang pria dengan setelan jas lengkap. Bahkan sepatunya pun masih terpasang rapi.
“Aduhhh, kenapa aku jadi deg-degan seperti ini?” gumam Lila dengan tangan gemetar.
Lila menarik nafas lalu menghembuskannya dengan pelan beberapa kali. Ia berusaha menetralkan rasa takutnya meski detak jantungnya tak bisa diajak kerjasama. Ia tetap saja merasa begitu deg-degan.
Dengan langkah yang amat pelan Lila mendekati mayat yang tersangkut di sebuah batu sungai. Makin dekat dengan sosok mayat itu, makin kuat juga debaran jantungnya. Ia berharap ia tak mendapati hal-hal aneh yang akan menakutkannya.
Lila semakin mendekat ke arah sosok mayat itu. Dengan tangan yang bergetar ia memberanikan diri untuk menarik mayat itu dan melihat wajahnya karena saat itu posisinya dalam keadaan terlungkup.
Deg. Deg. Deg.
Jantung Lila berdegup makin kencang saat berhasil membalik tubuh itu. Ternyata sosok itu adalah seorang pria yang sangat tampan dengan rahang tegas dan hidung yang mancung. Wajah pria itu sudah tampak pucat dengan bibir membiru, entah karena kedinginan akibat lama terendam di sungai atau apa Lila pun tak tau.
Tapi kemudian mata Lila tertuju pada luka yang ada di bagian pelipis pria itu. Luka itu tampak masih baru. Lagi-lagi dengan keadaan yang masih gemetar Lila memberanikan diri meraih tangan pria itu. Ia ingin mengecek denyut nadinya.
Eh!
Lila sempat terkejut saat menyentuh tangan yang dingin itu sampai ia menarik tangannya dengan cepat. Lalu ia kembali mengulurkan tangannya dan memeriksa denyut nadinya.
Hidup! Pria ini masih hidup!
Kemudian Lila menempelkan telinganya tepat di dada sang pria. Masih terdengar detak jantung disana.
“Dia masih hidup! Aku harus cepat menolongnya!” seru Lila dengan panik.
Lila kembali ke gerobaknya tadi lalu membuang air yang sudah ia isi ke dalam jerigen. Kemudian ia mendekatkan gerobak itu ke arah sosok pria tersebut agar lebih mudah membawa pria itu.
Tubuh Lila yang kecil tentu membuatnya kesulitan menaikkan tubuh pria yang tinggi itu ke atas gerobak. Tapi Lila tak menyerah. Dengan susah payah ia menarik tubuh pria itu hingga akhirnya berhasil ia letakkan di atas gerobaknya.
“Huh, kau berat sekali, Tuan! Tanganku sampai sakit karena mengangkatmu,” keluh Lila sambil mengibas-ngibaskan tangannya.
Belum selesai sampai disitu, Lila masih harus bersusah payah mendorong gerobak yang berisi tubuh pria tersebut hingga sampai ke rumahnya, sementara jerigen miliknya ia tinggalkan begitu saja di dekat sungai. Besok ia akan kembali mengambil jerigen itu, pikirnya.
***
Setelah sampai di depan rumahnya, Lila menaruh gerobak itu di depan rumah. Ia sendiri berlari ke rumah tetangganya, Paman Hardi. Jarak antara satu rumah dengan rumah lain cukup jauh. Seperti jarak rumah Lila ke rumah Paman Hardi berjarak sekitar 20 meter. Di antara jarak rumah itu hanya ada perkebunan milik warga setempat.
“Paman...Paman Hardi...!” teriak Lila saat berada di dekat rumah itu.
Pria paruh baya yang dipanggil Paman Hardi itu langsung keluar dari rumahnya mendengar ada seseorang yang memanggilnya.
“Lila, ada apa kau lari-lari begitu? Apa ada sesuatu?” tanya Paman Hardi dengan panik.
“Paman, aku menemukan seorang pria hanyut di sungai. Dia terluka. Paman harus mengobatinya sekarang!” jawab Lila dengan panik.
“Pria siapa? Dimana dia sekarang?” Paman Hardi juga ikut panik dibuat Lila.
“Aku tidak kenal. Dia ada di rumahku. Ayo Paman, Paman harus ke rumahku sekarang!”
“Tunggu sebentar! Paman ambil tas Paman dulu.”
Pria itu pun masuk kembali ke rumah lalu mengambil tas berwarna hitam miliknya yang biasa ia pakai jika ingin mengobati seseorang. Dengan tergesa-gesa mereka berdua pergi ke rumah Lila.
Sesampainya di rumah Lila, Paman Hardi terkejut melihat seorang pria terbaring tak sadarkan diri di atas gerobak milik Lila. Pria itu pun dibawa masuk ke dalam rumah oleh Paman Hardi dan juga Lila.
“Dia masih hidup. Tubuhnya kedinginan. Mungkin karena terendam di sungai. Kita harus mengganti pakaiannya,” ucap Paman Hardi saat memeriksa denyut nadi pria itu.
“Aku masih menyimpan pakaian almarhum ayahku. Sementara kita pakaian itu saja, Paman,” usul Lila.
“Baik, tolong ambillah sana. Biar Paman yang gantikan.”
“Baik, Paman.”
Lila pun masuk ke kamar dan mengambil pakaian ayahnya. Kemudian ia memberikan pakaian itu pada Paman Hardi.
Paman Hardi pun menggantikan pakaian pria itu. Lalu ia menemukan sebuah kalung berinisial L. Kalung tersebut ia serahkan pada Lila, biar Lila yang menyimpannya.
Setelah pakaiannya selesai digantikan, Paman Hardi tampak sibuk mengobati pria itu sementara Lila hanya bisa melihat proses pengobatannya saja.
“Bagaimana Paman?” tanya Lila penasaran saat Paman Hardi mengemas barang miliknya ke dalam tas.
“Pria ini sepertinya mengalami kecelakaan lalu hanyut ke sungai. Kakinya terluka. Kemungkinan saat sadar ia akan kesulitan berjalan. Sementara biarkan dia beristirahat dulu. Semoga saja ia segera sadar. Paman sudah menyuntikkan obat padanya. Semoga itu bisa membantu,” jelas Paman Hardi.
“Baik, Paman. Terimakasih atas bantuan Paman.”
"Ya, tidak masalah. Kalau ada apa-apa, panggil saja Paman lagi."
Setelah mengobati pria itu, Paman Hardi pun kembali ke rumahnya.
***
Hari sudah berganti malam tapi pria itu belum sadar juga. Lila menyelimuti tubuh pria yang terbaring di atas kursi kayu miliknya yang ada di ruang tamu. Lila tersenyum menatap pria tampan itu. Besar harapan di hatinya agar pria itu segera sadar.
Hingga akhirnya pagi menjelang, Lila yang sudah bangun keluar dari kamarnya untuk membuat sarapan di dapur. Namun saat keluar dari kamar, Lila terkejut karena mendapati pria itu bergerak dan sepertinya bergumam sesuatu. Lila pun mendekat dan mencoba membangunkan pria itu.
“Tuan, kau sudah sadar?” tanya Lila saat pria itu mulai membuka matanya.
“Kau...siapa...?” tanya pria itu dengan suara seraknya.
“Aku Lila, yang menolongmu, Tuan. Tuan sendiri siapa?” Lila balik bertanya.
Pria itu memegang kepalanya yang terasa masih sangat pusing. Ia mencoba mengingat sesuatu tapi tak mampu.
“Aku.....” lirihnya terputus. “Siapa aku?”
.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 55 Episodes
Comments
Nunuk Indah
keren kak ceritanya 👍
2023-06-13
0
Ainun Dunggio
seru lo
2023-03-07
0
Tuti Alawiyah
aku siapa... aku siapa...
2022-12-27
0