5. Tak Nyaman

Setelah selesai sarapan, Biru kembali duduk di kursi panjang tempat ia berbaring tadi, tentu saja dibantu oleh Lila. Dari kursi itu ia kembali melihat ke sekeliling rumah. Ia merasa tempat itu terlalu kecil dan sempit baginya.

“Ada apa, Tuan? Ada sesuatu yang aneh dengan rumah ini?” tanya Lila pada Biru.

“Apa kau sudah lama tinggal disini?” Biru malah balik bertanya.

“Iya. Dari sejak lahir aku sudah tinggal disini,” jawab Lila jujur.

“Rumah ini kecil sekali,” ucap Biru.

Lila tak langsung tersinggung. Rumah ini memang kecil, tapi cukup untuk ditinggali oleh dirinya sendiri.

“Memang rumah ini kecil, tapi aku selalu merasa lapang dan nyaman untuk tinggal disini,” sahut Lila.

“Aku yang tidak nyaman,” sanggah Biru.

“Kenapa?” tanya Lila kebingungan.

“Entahlah. Aku merasa tidak nyaman saja berada di rumah kecil seperti ini.”

Biru yang terbiasa tinggal di rumah mewah yang tentu merasa kalau rumah Lila ini sangat kecil baginya. Bahkan mungkin kamar tidurnya lebih luas daripada rumah ini. Tapi ia sama sekali tak bisa mengingat kehidupannya dulu. Hanya saja dia merasa tak nyaman dengan rumah ini dan fasilitas yang serba terbatas.

Di rumah itu bahkan tidak ada Televisi. Pajangan di dinding rumah itu hanyalah jam dinding tua yang terbuat dari kayu, entah sudah berapa tahun usianya.

“Maaf, Tuan. Aku hanya bisa menampung Tuan di rumah kecil ini. Kalau Tuan kurang berkenan, aku tidak memaksa Tuan untuk tetap tinggal disini,” ucap Lila.

“Kau mengusirku?” Biru malah tersinggung.

“Tidak, bukan begitu maksudku,” jawab Lila cepat. “Bertahanlah sebentar disini setidaknya sampai Tuan sembuh dan bisa mengingat kembali tempat asal Tuan. Mungkin Tuan baru pertama kali menginap disini, makanya Tuan belum terbiasa, jadi tidak nyaman,” tambah Lila lagi.

Benar juga apa yang gadis itu katakan, pikir Biru. Setidaknya ia harus sembuh dulu dan bisa mengingat kembali tempat asalnya. Baru setelah itu ia akan langsung pergi dari rumah sempit ini. Ia sangat yakin, rumahnya pasti lebih besar dari rumah Lila ini.

“Ya sudah Tuan, aku mau ke sungai dulu. Mau mengambil jerigen yang tertinggal disana sekalian mengambil airnya. Aku titip rumah, ya,” pamit Lila.

“Tunggu!” cegah Biru. “Apa harus mengambil di sungai kalau kau membutuhkan air?” tanya Biru.

Lila mengangguk. “Memang seperti itu, Tuan. Aku harus mengambil air untuk kebutuhan sehari-hari. Belum lagi kalau ada orderan cucian, aku butuh banyak air dan airnya berasal dari sungai. Kadang juga pakai air hujan. Tapi sekarang jarang hujan. Sungai satu-satunya sumber air di desa ini,” jawab Lila panjang lebar.

“Kau mengambil orderan cucian?” tanya Biru tak percaya. Gadis muda sepertinya apa tidak ada pekerjaan yang lebih layak lagi selain menjadi buruh cuci?

“Iya, Tuan. Itu sumber penghasilanku. Selain mencuci, aku juga mendapat penghasilan dari panen mangga di kebun belakang rumah ini,” jawab Lila tanpa merasa malu. Memang itu adalah pekerjaannya.

Wajah Biru semakin mengkerut. Ia semakin merasa asing di tempat itu. Bagaimana bisa ia menumpang hidup dengan gadis yang berpenghasilan dari buruh cuci dan menjual panen mangga. Ah, kepalanya bisa pusing memikirkan itu semua.

“Sudah dulu ya. Aku harus pergi. Titip rumah, ya.”

Lila pun segera melangkahkan kakinya keluar rumah. Ia mengambil gerobaknya lalu mendorongnya menuju ke sungai. Sementara Biru berdiam diri di rumah dengan perasaan tak nyaman.

"Hahhhh, kenapa aku tidak bisa mengingat apa-apa? Sampai berapa lama aku harus berada di rumah sempit seperti ini," keluh Biru pada dirinya sendiri.

Ia menatap kakinya yang masih belum bisa berjalan sempurna. "Aku harus segera sembuh dulu. Paling tidak aku harus bisa berjalan dengan baik. Aku harus mencari tau siapa aku sebenarnya," ucap Biru dengan penuh tekad.

***

Sepulang dari sungai Lila tampak menyalin air dari jerigen ke wadah yang lebih besar. Gadis manis itu tampak cekatan melakukan aktivitasnya. Ia sudah terbiasa melakukan semuanya sendiri. Tak hanya sampai disana. Ia juga memasak untuk makan siang dan membereskan dapur. Biru hanya diam saja di tempatnya melihat Lila yang mondar mandir melakukan pekerjaan rumahnya. Sungguh, Biru merasa aneh berada disana.

Meskipun Biru adalah orang asing tapi Lila tetap memperlakukannya dengan baik. Sikap Biru yang terkesan sombong dan dingin padanya, tidak ia pedulikan. Lila mengerti, Biru pasti merasa asing berada di rumahnya.

Saat makan siang dan makan malam, Biru kembali merasa asing dengan apa yang ia makan. Apalagi makanannya lauknya hanya sedikit. Biru seperti tidak puas. Biru yakin, di kehidupannya dulu ia pasti makan dengan mewah. Bukan seperti ini, kebanyakan nasi daripada lauk.

“Apa aku harus tidur di kursi ini lagi?” tanya Biru yang sudah duduk di atas kursi panjang itu lagi. Mereka sudah selesai makan malam.

“Aku tidak punya kasur lagi, Tuan. Hanya ada satu kasur di kamarku,” jawab Lila.

“Badanku terasa sakit tidur disini. Aku tidak nyaman,” protes Biru. Meskipun kursi kayu itu ada alas busa tipis, tetap saja tubuhnya yang biasa tidur di kasur empuk merasa pegal jika harus tidur disana.

“Hmmm...kalau Tuan tidur di kamarku mau? Tuan bisa tidur di kasurku kalau Tuan mau,” tawar Lila karena merasa kasihan pada Biru.

“Apa? Tidur di kamarmu? Tidak ku sangka, kau segampang itu meminta pria asing tidur bersamamu!” hardik Biru tiba-tiba. Pria ini sepertinya salah paham.

“Bukan, bukan! Bukan seperti itu maksudku!” sanggah Lila dengan cepat sambil mengibaskan tangannya. “Tuan tidur di kamar dan aku yang tidur di kursi itu. Bukan kita tidur bersama,” jelas Lila.

“Ck, bilang saja tadi kau berniat begitu kan?” tuduh Biru untuk menutupi rasa malunya karena berpikir yang bukan-bukan.

Lila tampak memberengut. Sudah mau ditawarkan yang baik, pria ini malah menuduhnya. “Ya sudah kalau tidak mau. Aku mau masuk ke kamar, mau tidur. Tuan tidur saja disana,” kata Lila sambil melangkahkan kakinya masuk ke dalam kamar.

“Eh, eh, eh, tunggu! Aku terima tawaranmu,” panggil Biru yang diabaikan Lila.

“Hei...aku terima tawaranmu. Aku mau tidur di dalam.”

“Hei....kau dengar aku tidak?”

Lila cekikikan di dalam kamar sambil menutup mulutnya. Sesekali pria itu harus diberi pelajaran pikirnya. Lila masih mendengar gerutuan yang keluar dari mulut Biru, tapi ia sengaja mengabaikannya.

“Ck, apa dia tidak ada tempat tidur yang lebih layak lagi? Huft, badanku pasti makin sakit kalau tidur disini,” keluh Biru menatap tempat tidurnya. Ia tak ada pilihan lain. Mau tak mau ia berbaring juga di atas kursi panjang itu.

Tak lama kemudian, Lila tak mendengar lagi suara Biru dari luar. Ia membuka pintu kamarnya lalu mengintip ke arah Biru yang tampak gelisah berbaring disana. Mata pria itu sudah terpejam, tapi badannya masih bergerak kesana sini seperti tidak nyaman. Tanpa sadar, Lila pun menarik sudut bibirnya.

Kalau dilihat-lihat, Tuan Amnesia itu tampan juga. Tapi dia cerewet sekali, banyak maunya. Apa mungkin di tempat asalnya dia memang orang berada, ya? Waktu aku menemukannya, pakaiannya memang terlihat bagus dan mahal. Pantas saja dia tidak nyaman berada di rumah kecil seperti ini. Gumam Lila dalam hati.

.

Bersambung...

Terpopuler

Comments

@@Ayyaa@@

@@Ayyaa@@

iya... benar Lila.

emang bingung nghdap'n pria cerewet
🤭🤭

Salken... author.
🙏..

2023-07-14

0

BUNDA ZAHRA

BUNDA ZAHRA

Hati2 kamu biru jangan sombong,dengan kesombongan mu itu malah bikin kamu BUCIN AKUT nanti🤭🤭🤭🤭🤭

2022-12-12

1

Fransiska Widyanti

Fransiska Widyanti

kebanyakan mau lu biru dah untung dah di tolong

2022-11-09

0

lihat semua
Episodes
1 1. Kecelakaan
2 2. Siapa Aku?
3 3. Tuan Amnesia
4 4. Merawat Biru Dengan Baik
5 5. Tak Nyaman
6 6. Kalung Dengan Inisial L
7 7. Biru Tak Kunjung Ditemukan
8 8. Biru Berangsur Pulih
9 9. Panen Mangga
10 10. Calon Suami
11 11. Perhatian Biru
12 12. Jatuh Cinta?
13 13. Rencana Reza
14 14. Biru Terluka
15 15. Aku Biru Adhitama
16 16. Rencana Kembali Ke Kota
17 17. Tak Ingin Berpisah
18 18. Kalung Untuk Lila
19 19. Aku Selamat
20 20. Terngiang
21 21. Dia Bukan Calon Suamimu
22 22. Aku Senang Kau Kembali
23 23. Kekhawatiran Lila
24 24. Musuh Dalam Selimut
25 25. Tugas Untuk Jay
26 26. Pergi Ke Desa
27 27. Kiriman Dari Biru
28 28. Gelagat Mencurigakan
29 29. Foto Lila
30 30. Mengunjungi Rumah Lila Lagi
31 31. Permintaan Luna
32 32. Kesabaranku Sudah Habis
33 33. Rencana Melamar Lila
34 34. Menentukan Pilihan
35 35. Penolakan Luna
36 36. Ancaman Luna
37 37. Terus Mendesak
38 38. Mencelakai Paman Hardi
39 39. Kau Memaksaku Melakukan Ini
40 40. Terpaksa Menikah Dengannya
41 41. Kenapa Kau Lama Sekali?
42 42. Membawa Lila Ke Kota
43 43. Tempat Tinggal Baru
44 44. Hadiah Untuk Lila
45 45. Bertemu Orang Tua Biru
46 46. Ternyata Dia
47 47. Aku Tetap Memilihmu
48 48. Selesaikan Urusan Kalian
49 49. Ngambek
50 50. Musuh Berkedok Sahabat
51 51. Hal Penting Lain
52 52. Menghabiskan Malam Bersama
53 53. Mendaftar Kursus
54 54. Menjenguk Paman Hardi
55 55. Pengakuan Luna
Episodes

Updated 55 Episodes

1
1. Kecelakaan
2
2. Siapa Aku?
3
3. Tuan Amnesia
4
4. Merawat Biru Dengan Baik
5
5. Tak Nyaman
6
6. Kalung Dengan Inisial L
7
7. Biru Tak Kunjung Ditemukan
8
8. Biru Berangsur Pulih
9
9. Panen Mangga
10
10. Calon Suami
11
11. Perhatian Biru
12
12. Jatuh Cinta?
13
13. Rencana Reza
14
14. Biru Terluka
15
15. Aku Biru Adhitama
16
16. Rencana Kembali Ke Kota
17
17. Tak Ingin Berpisah
18
18. Kalung Untuk Lila
19
19. Aku Selamat
20
20. Terngiang
21
21. Dia Bukan Calon Suamimu
22
22. Aku Senang Kau Kembali
23
23. Kekhawatiran Lila
24
24. Musuh Dalam Selimut
25
25. Tugas Untuk Jay
26
26. Pergi Ke Desa
27
27. Kiriman Dari Biru
28
28. Gelagat Mencurigakan
29
29. Foto Lila
30
30. Mengunjungi Rumah Lila Lagi
31
31. Permintaan Luna
32
32. Kesabaranku Sudah Habis
33
33. Rencana Melamar Lila
34
34. Menentukan Pilihan
35
35. Penolakan Luna
36
36. Ancaman Luna
37
37. Terus Mendesak
38
38. Mencelakai Paman Hardi
39
39. Kau Memaksaku Melakukan Ini
40
40. Terpaksa Menikah Dengannya
41
41. Kenapa Kau Lama Sekali?
42
42. Membawa Lila Ke Kota
43
43. Tempat Tinggal Baru
44
44. Hadiah Untuk Lila
45
45. Bertemu Orang Tua Biru
46
46. Ternyata Dia
47
47. Aku Tetap Memilihmu
48
48. Selesaikan Urusan Kalian
49
49. Ngambek
50
50. Musuh Berkedok Sahabat
51
51. Hal Penting Lain
52
52. Menghabiskan Malam Bersama
53
53. Mendaftar Kursus
54
54. Menjenguk Paman Hardi
55
55. Pengakuan Luna

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!