Gadis Penyelamat Tuan Biru
Sebuah mobil mewah berwarna hitam tampak memasuki kawasan resort yang sedang dibangun oleh perusahaan milik keluarga Adhitama. Kedatangan mobil itu menjadi pusat perhatian para pekerja disana terutama manajer dan supervisor lapangan yang sedang bertugas. Sepertinya mereka mengenal dengan baik siapa pemilik mobil tersebut.
“Lihat, Tuan Biru sudah datang!” kata sang manajer berbisik pada supervisor.
“Benar, Tuan. Sepertinya beliau akan melakukan inspeksi mendadak,” sahut sang supervisor.
“Kau benar. Dia sangat teliti dalam bekerja. Dia belum puas kalau belum memeriksa sendiri ke lapangan secara langsung,” imbuh manajer tadi.
“Benar, Tuan. Kalau begitu saya kembali bekerja dulu, Tuan. Saya harus memantau pekerjaan mereka.”
“Ya sudah, silahkan!”
Tak lama yang mereka bicarakan pun turun dari mobil miliknya. Seorang pria bertubuh tinggi proporsional dengan setelan jas lengkap berjalan menuju ke area resort yang sedang dibangun. Pria itu adalah Biru Adhitama, pewaris tunggal keluarga Adhitama yang memiliki banyak perusahaan di kota itu.
Manajer yang mengobrol tadi dengan tergesa-gesa menghampiri CEO pemilik resort tersebut.
“Selamat datang, Tuan Biru,” sapa sang manajer yang bernama Damar seraya mengulurkan tangan untuk bersalaman.
Pria itu tak menjawab. Ia hanya mengangguk lalu membalas uluran tangan manajer tersebut. Sepasang mata berwarna coklat terang milik pria bernama Biru itu sibuk memindai bangunan resort yang masih dalam proses pembangunan.
“Aku tidak yakin resort ini akan selesai dalam waktu 3 bulan lagi sesuai dengan perencanaan awal,” ucap Biru dengan suara beratnya.
Kalimat pertama yang diucapkannya membuat bulu kuduk sang manajer mendadak meremang. Ia pasti akan terkena dampak dari inspeksi dadakan ini. Minimal ia harus bekerja lembur agar proyek pembangunan resort ini harus berjalan sesuai target.
“Begini, Tuan. Kami akan....”
Belum selesai bicara, Biru sudah mengangkat satu tangannya tanda tak mau mendengar apa-apa lagi.
“Aku ingin berkeliling meninjau proyek ini langsung,” ucap Biru lalu segera melangkahkan kakinya untuk berkeliling melihat pembangunan resort tersebut.
Sang manajer pun dengan cepat mensejajari langkah Biru sambil menjelaskan progress pembangunan resort tersebut. Biru nampaknya tak senang dengan progress yang terkesan lambat dari yang direncanakan. Ada banyak hal yang dikoreksi olehnya. Mereka sibuk memantau proyek sampai tak sadar hari sudah menjelang sore.
Drrrt drrttt drrrt drrttt.
Handphone dalam saku jas Biru bergetar. Ternyata ada panggilan masuk dari asistennya yang bernama Jay.
“Hallo, Tuan.”
“Hm. Ada apa kau menelfonku?”
“Saya ingin melaporkan meeting di perusahaan hari ini berjalan lancar. Lalu tadi ayah Tuan juga ikut hadir dalam meeting itu. Beliau sepertinya marah karena Tuan pergi meninjau ke pembangunan resort sendiri,” lapor asistennya.
“Hanya itu?” tanya Biru.
“Ada satu lagi, Tuan. Tadi Nona Luna sempat menelfon ke kantor karena katanya Tuan sulit dihubungi. Nona Luna berpesan agar Tuan tidak terlambat menghadiri pesta ulang tahunnya malam ini.”
Mata Biru membulat sempurna. Ia baru teringat kalau malam ini ia harus menghadiri pesta ulang tahun tunangannya yang bernama Luna itu.
“Oh, si-al! Bagaimana bisa aku melupakan itu?! Baiklah, aku akan segera kembali sekarang.”
“Baik, Tuan. Hati-hati di jalan, Tuan. Tidak perlu mengebut, Tuan,” pesan Jay karena hafal betul bagaimana Tuannya ini menyetir saat sedang terburu-buru.
Biru segera memutuskan panggilan itu dan berpamitan pada Damar. Ia berjanji akan datang kembali seminggu lagi untuk meninjau proyek pembangunan resort itu.
Biru pun segera masuk ke dalam mobilnya. Sesuai tebakan Jay tadi, Biru langsung mengemudikan mobilnya dengan kecepatan tinggi. Ia tak mau terlambat menghadiri acara ulang tahun tunangannya. Luna akan sangat kecewa kalau ia terlambat datang.
Drrrt drrttt drrrt drrttt.
Handphone Biru kembali bergetar saat ia masih di jalan. Kali ini ada panggilan masuk yang berasal dari tunangannya, Luna.
“Hallo, Sayang. Kau dimana? Dari tadi aku susah sekali menghubungimu. Kata Jay, kau pergi melihat pembangunan resortmu ya?” tanya Luna bertubi-tubi saat panggilan tersambung.
“Iya, Luna. Ini aku masih di jalan pulang. Aku akan sampai disana tepat waktu,” jawab Biru tak ingin tunangannya khawatir.
“Janji? Tapi aku rasa kau akan terlambat datang,” keluh Luna.
“Lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali, bukan?”
“Hei, jangan bicara seperti itu! Aku akan tetap menunggu kau datang. Kau harus datang malam ini.”
“Baiklah, kalau begitu aku lanjutkan dulu perjalananku. Sampai ketemu di pesta.”
“Oke, Sayang. Hati-hati di jalan.”
“Luna...”
“Ya?”
“Happy birthday.”
“Jangan ucapkan sekarang, nanti saja. Ya sudah, hati-hati di jalan. Aku menunggumu.”
Biru tersenyum setelah mengakhiri panggilan tersebut. Rasanya ia sudah tak sabar ingin segera pulang menemui tunangannya.
Ia meraih sebuah kotak yang ada di kursi sebelahnya. Ia mengambil kotak itu dengan sebelah tangan lalu membukanya. Dalam kotak itu berisi kalung dengan liontin berinisial huruf L. Kalung yang ia tempah secara khusus untuk tunangannya, Luna.
Biru mengambil kalung itu dan meletakkannya di telapak tangannya. Ia yakin, Luna akan senang dengan hadiah darinya.
Namun tiba-tiba hal yang tak diinginkan terjadi, karena tidak fokus memperhatikan jalan di depannya, ban mobilnya menabrak sebuah batu yang cukup besar hingga membuat mobil itu oleng dan kehilangan keseimbangannya. Biru sangat terkejut lalu menginjak rem dengan kuat.
Ciiiiiiiitttttttt braaaaakkkkkk!
Mobil berdecit kencang saat Biru berusaha mengerem mobilnya secara mendadak. Tapi karena kecepatan mobil terlalu kencang, alhasil mobil tersebut langsung menabrak pembatas jalan hingga meluncur ke tepi jurang.
***
Sementara itu di tempat lain di sebuah desa yang cukup terpencil, ada seorang gadis yang terlihat sedang mendorong gerobak berisi jerigen-jerigen menuju ke sebuah sungai. Di desa itu belum ada pengairan yang langsung sampai ke rumah warga. Untuk memenuhi kebutuhan air sehari-hari, mereka harus menimba air di sumur atau mengambil air di sungai seperti yang gadis itu lakukan.
Gadis itu bernama Lila, seorang yatim piatu yang berusia 19 tahun. Ia tinggal seorang diri di rumah peninggalan orang tuanya. Orang tuanya meninggal sejak ia berusia 16 tahun. Untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, Lila bekerja sebagai buruh cuci dan juga menjual buah mangga hasil panen kebunnya yang ada di belakang rumah.
Sesampainya di sungai, Lila mulai menurunkan jerigen-jerigennya. Lalu ia mengisi satu per satu jerigen itu dengan air sungai. Sambil mengisi air ke dalam jerigen, gadis itu sambil bersenandung menyanyikan lagu yang ia suka.
Saat sedang asik mengisi air, Lila tersentak ke belakang saat melihat ada sesosok mayat yang mengambang di atas sungai.
“I-itu....ap-apa itu? Aku tid-tidak salah lihat kan?” gumam Lila dengan gemetar.
Jantungnya terasa berdetak sangat kencang. Tangannya mendadak menggigil. Wajahnya pun berubah pucat. Seumur hidup baru kali ini ia menemukan mayat di sungai itu.
Lila menggosok kedua matanya kuat-kuat lalu kembali melihat ke arah sungai. Benar, memang ada mayat yang mengambang disana. Tapi, mayat siapakah itu?
.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 55 Episodes
Comments
Ireswati
aku mampir thor, semoga cerita nya seru 🥰
2023-07-18
0
Ainun Dunggio
lnjut
2023-03-07
0
Erni Fitriana
semua karyamu best of the best👍🏾👍🏾👍🏾👍🏾
2022-11-12
0