Semenjak ingatannya kembali sikap Biru kini berubah. Lila merasa pria itu sangat berbeda dengan pria yang sudah dua bulan ini tinggal di rumahnya. Itu karena Biru sudah kembali ke karakter aslinya. Pria itu lebih banyak diam dan terasa asing bagi Lila.
“Maaf Lila, apa aku boleh bertanya sesuatu padamu?” cara dia ingin bertanya saja sudah berbeda. Terasa canggung, tak lagi akrab seperti biasa.
“Katakan saja. Tak perlu sungkan,” jawab Lila.
“Apa kau tau bagaimana caranya untuk pergi ke kota? Atau apa kau sebelumnya pernah pergi kesana?”
Sudah tiga hari sejak ia sadar dari pemukulan yang dilakukan Reza, ia selalu bertanya tentang bagaimana cara kembali ke kota.
“Aku tidak pernah kesana. Tapi Paman Hardi cukup sering ke kota. Kau bisa bertanya padanya.”
“Oh, begitu. Hmm...aku rasa aku ingin bertemu dengan Paman Hardi. Apa kau boleh menunjukkanku dimana rumahnya?” tanya Biru lagi.
“Kepalamu masih belum sembuh total,” cegah Lila.
“Aku sudah merasa baikan. Kau tidak perlu mencemaskanku. Yang harus dicemaskan adalah keluargaku. Mereka pasti sangat khawatir aku sudah lama menghilang.”
Memang benar, sejak kepergian Biru, ibunya bahkan sampai sakit-sakitan memikirkan anak semata wayangnya. Biru yang memang sangat dekat dengan ayah dan ibunya, tentu cemas memikirkan orang tuanya.
Tapi apa dia tidak sedikitpun memikirkan bagaimana perasaan Lila jika ia pergi begitu saja? Atau memang ia hanya menganggap Lila sebagai orang yang menolongnya saja, tidak lebih?
“Baiklah. Aku akan mengantarmu ke rumah Paman Hardi sekarang.”
Lila pun menuruti keinginan Biru. Dengan kepala yang masih diperban, Biru tetap kekeuh pergi ke rumah Paman Hardi.
“Ini rumahnya. Kau masuklah sendiri ke dalam. Aku pulang saja. Ada yang harus aku kerjakan,” ucap Lila. Padahal sebenarnya ia hanya tak kuat saja mendengar Biru selalu merengek ingin pulang.
“Ah, baiklah. Aku masuk ke dalam dulu. Terimakasih sudah mengantarkanku.”
“Iya, sama-sama. Aku pulang dulu.”
Biru pun mengetuk pintu rumah Paman Hardi. Sementara Lila sendiri bukannya pulang, ia malah pergi ke sungai untuk menenangkan perasaannya. Lila duduk di sebuah batu yang ada disana dan melamun mengingat saat pertama kali ia menemukan Biru hanyut di sungai itu.
Dia hanya orang asing, Lila. Dia bahkan tidak menganggapmu apa-apa selain penyelamatnya. Lalu apa yang kau harapkan darinya?
Dia seorang pengusaha besar di kota. Bahkan dia juga sudah memiliki tunangan yang sudah pasti sepadan dengannya. Dua hal itu seharusnya sangat cukup untuk meyakinkan dirimu agar segera melupakannya.
Jangan berharap apa-apa! Karena pengharapan selalu menyakitkan jika tak kesampaian.
Kau seharusnya menolongnya hanya karena kemanusiaan, bukan malah melibatkan perasaan.
Lila memejamkan matanya cukup lama sambil menghela nafas dalam-dalam. Ia harus rela membiarkan Biru kembali pada kehidupannya meski rasanya ia tak ingin berpisah dari pria itu. Pria yang diam-diam sudah menduduki hatinya.
Lila mencelupkan kakinya ke permukaan sungai sambil menendang-nendang air yang jernih itu. Entah sudah berapa lama ia duduk disana, ia pun tak tau. Hatinya masih belum tenang, ia masih belum mau kembali pulang ke rumah.
Byuuurrrrrr
Seseorang memercikkan air sungai hingga membasahi wajahnya.
“Biru?” Lila terkejut. Ia tak menyadari kapan pria itu datang kesana.
Byuuurrrrrr
Biru memercikkan kembali air sungai ke arah Lila beberapa kali. Gadis itu sontak menutupi wajahnya dari percikan air.
“Bi, berhenti! Aku jadi basah,” teriak Lila.
“Hanya air saja kau takut,” ledek Biru.
“Tapi bajuku jadi basah semua,” keluh Lila sambil melihat pakaiannya yang sudah basah.
Tiba-tiba Biru masuk ke dalam sungai dan berdiri tepat di depan Lila yang masih duduk di atas batu.
“Mau berenang bersama?” ajak Biru sambil mengulurkan tangannya pada Lila.
Lila mengerutkan keningnya kemudian menggelengkan kepalanya. “Tidak. Aku tidak mau. Kau mandi saja sendiri,” tolak Lila.
Sedetik kemudian pria itu malah menarik Lila hingga mereka sama-sama jatuh ke dalam sungai.
“Bi....apa yang kau lakukan?” protes Lila dengan kesal sambil meraup wajahnya yang terkena air.
“Kita berenang bersama. Hampir dua bulan aku disini, kita tidak pernah berenang di sungai ini bersama.”
“Tidak, ah. Aku mau pulang saja.”
“Tunggu!” Biru dengan cepat menahan tangan Lila.
Pria itu menatap Lila dengan dalam. Lila pun mendadak terdiam tak berani membantahnya.
“Terimakasih sudah menyelamatkanku hari itu. Kalau kau tidak memilih untuk menyelamatkanku, mungkin saat ini aku tidak hidup sampai sekarang. Ayah dan ibuku pasti selamanya akan kehilangan putra semata wayang mereka...”
“Aku kembali ke kota karena mereka sangat berhak atas diriku. Aku punya tanggung jawab disana yang harus aku penuhi. Perusahaan keluargaku juga membutuhkanku. Banyak hal di kota yang harus aku selesaikan.”
“Aku pulang ke kota bukan berarti aku akan melupakanmu begitu saja. Mana mungkin aku bisa melupakan gadis penyelamatku. Kau begitu baik dan sabar merawatku. Aku tidak akan pernah melupakanmu, Lila. Tidak akan pernah.”
Lila tertegun dengan perkataan Biru. Ia tak mengerti mengapa tiba-tiba Biru menjelaskan hal itu kepadanya. Biru seolah sedang memberi penjelasan padanya kenapa ia harus pergi ke kota secepatnya dan hal itu sedikit membuatnya tenang.
Tadi sewaktu Biru pergi ke rumah Paman Hardi, ternyata pria itu bukan hanya menjelaskan bagaimana caranya untuk pergi ke kota, tapi juga memberi sedikit nasehat kepada Biru tentang Lila.
“Jika kau ingin kembali ke kota, kau bisa ikut truk pengangkut barang. Truk itu tak setiap hari ada. Hanya dua bulan sekali saja biasanya mereka datang. Dan sesuai jadwal, dua hari lagi truk itu akan datang kesini di pagi hari, lalu kembali ke kota siangnya.”
“Biru, jika kau ingin pulang ke kota, pulanglah, Paman tidak melarangmu. Paman mengerti kau memiliki keluarga disana dan ada tanggung jawab yang harus kau penuhi. Untuk itu, berpamitanlah dengan baik pada Lila. Gadis penyelamatmu yang selama ini merawatmu dengan baik. Dua bulan kalian tinggal bersama pasti memberikan kesan baginya. Dia pasti akan kesepian jika kau nanti kembali ke kota. Paman harap kau mengerti apa yang Paman sampaikan.”
Biru menangkup wajah Lila dengan kedua tangannya. Ia bisa melihat raut kesedihan yang tertahan di wajah manis itu.
“Jangan sedih, kita akan selalu berteman meski aku sudah kembali ke kota. Dan sesuai janjiku, aku akan mengganti beras yang aku habiskan selama tinggal dirumahmu,” ucap Biru sambil terkekeh lalu menguyel-nguyel pipi Lila. Biru berusaha menghibur gadis itu.
“Baguslah kalau begitu. Kau memang penghabis berasku dan rotiku juga!” balas Lila dengan senyum yang dipaksakan di wajahnya. Padahal dalam hati, gadis itu masih tak rela berpisah dengan Biru.
“Kau memang pelit! Aku sampai kurus karena kau pelit memberikan makan. Sekarang aku akan membalasmu. Rasakan ini!”
Biru mengangkat pinggang Lila hingga kaki gadis itu tak jejak lagi, lalu memutar Lila dengan cepat sehingga gadis itu menjerit.
“Bi.....nanti jatuuuhhhhh......”
Byuuuuurrrrrr
Biru sengaja melepas Lila hingga gadis itu masuk ke dalam air.
“Birruuuuu! Awas ya, aku balas!” pekik Lila.
Lila dengan nafas terengah segera menghampiri Biru dan menarik pria itu ke dalam air. Ia menarik pundak Biru kuat-kuat sampai pria itu tenggelam ke dalam sungai. Biru tentu tak tinggal diam. Setelah keluar dari dalam air, ia kembali menarik Lila sehingga mereka sama-sama masuk ke dalam air.
Saat keluar dari air, mereka saling beradu pandang lalu tergelak bersama. Sejenak mereka lupa kalau sebentar lagi mereka akan berpisah. Entah itu berpisah sementara atau untuk selamanya. Yang pasti saat ini mereka tengah bahagia mengukir kenangan yang akan tersimpan dalam ingatan jika nanti mereka tak bersama. Sungai itu, menjadi saksi kenangan indah mereka.
.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 55 Episodes
Comments
☠ᵏᵋᶜᶟ༄༅⃟𝐐𝐌ɪ𝐌ɪ🧡ɪᴍᴏᴇᴛᴛ𝐀⃝🥀
pasti pak Hardi telah memberikan wejangan kepada Biru tentang bagaimana Lila merawatnya
2022-10-12
1
☠ᵏᵋᶜᶟ༄༅⃟𝐐𝐌ɪ𝐌ɪ🧡ɪᴍᴏᴇᴛᴛ𝐀⃝🥀
sementara ini mungkin Biru takkan berpikir sampai ke sana, yang dia ingat tentulah keluarga dan tunangannya. entah nanti nggak tau apa yang akan terjadi kedepannya...
2022-10-12
0
lucky gril
lanjuuut atuh
2022-10-03
0