14. Biru Terluka

Setelah sarapan, Lila tampak pergi ke belakang rumahnya. Ia ingin menyapu halaman belakang yang sudah banyak dipenuhi oleh dedaunan yang gugur.

“Kau mau apa?” tanya Biru yang melihat Lila membawa sapu lidi ke belakang rumah.

“Kalau aku pegang sapu tentu saja aku mau menyapu. Masa begitu saja kau tanya,” jawab Lila sambil berlalu meninggalkan Biru.

Biru mengikuti gadis itu dari belakang. “Mana tau kau mau terbang dengan sapu seperti itu,” ledek Biru.

Lila menoleh ke arah Biru lalu tergelak dengan ucapannya. “Kau pikir aku nenek sihir. Sudahlah, kau menggangguku saja.”

“Nanti kau rindu kalau aku tidak ada lagi untuk  mengganggumu.”

“Bicaramu dari kemarin seperti kau sudah ingat saja siapa dirimu.”

“Ya siapa tau. Kita kan tidak pernah tau apa yang akan terjadi di masa nanti.”

Baru saja Lila ingin membalas lagi, seorang anak kecil berusia sekitar sepuluh tahun datang menghampiri Lila dengan membawa kantong plastik di tangannya.

“Kak Lila, aku mencarimu tadi. Aku panggil dari pintu depan tapi tidak ada yang menyaut,” keluh anak laki-laki itu.

“Maaf, Kakak kan di belakang. Sedang menyapu. Ada apa kau datang kemari?” tanya Lila.

“Ini kak, ada ikan dari ayah. Ambillah.” Anak laki-laki itu mengulurkan kantong plastik di tangannya dan Lila langsung menerimanya.

“Wah, terimakasih banyak, Ferdi. Sampaikan salamku pada ayah dan ibumu, ya. Bilang pada mereka terimakasih banyak,” ucap Lila pada anak kecil bernama Ferdi yang ternyata anak Paman Hardi dan Bibi Fatma.

“Baik, Kak. Aku pulang dulu.” Ferdi pamit pulang, tapi sebelumnya ia sempat melihat ke arah Biru dan tersenyum canggung.

“Jadi dia anak Paman Hardi yang mengobatiku?” tanya Biru sambil menatap punggung Ferdi yang kian menjauh.

“Iya. Paman Hardi dan istrinya memang baik sekali. Mereka selalu perhatian padaku,” jawab Lila.

“Aku berhutang budi pada Paman Hardi. Suatu saat aku akan membalas kebaikannya,” ucap Biru sungguh-sungguh.

Tiba-tiba Lila tersenyum licik lalu memberikan sapu lirik ke tangan Biru. “Apa-apaan ini?” tanya Biru kebingungan.

“Kau tidak mau membalas kebaikanku juga? Gampang saja, kau sapu halaman ini sampai bersih ya. Aku mau memasak ikan ini. Da......”

Lila melambaikan tangannya lalu segera meninggalkan Biru masuk ke dalam rumah.

“Hei, kenapa jadi aku yang menyapu? Kau ini menolong tidak ikhlas. Pamrih. Aku mana bisa menyapu. Lila.....” protes Biru yang diabaikan Lila.

Dari dalam rumah Lila cekikikan melihat Biru yang tetap menyapu tapi sambil menggerutu. Jika dilihat dari caranya menyapu, sepertinya pria itu memang belum pernah melakukan hal itu sebelumnya.

***

Malam ini Lila sudah menyiapkan ikan yang telah ia masak tadi siang. Ia berencana akan membagikannya pada Paman Hardi sebagian.

“Bi, aku titip rumah, ya. Aku mau ke rumah Paman Hardi sebentar,” pamit Lila yang sudah menenteng sebuah bungkusan di tangannya.

“Ini sudah malam. Ada perlu apa kesana?” tanya Biru yang sedang duduk di ruang tamu.

“Mau mengantar ini. Ikan yang sudah aku masak. Aku masak ikan bumbu kuning kesukaan Paman Hardi. Aku mau membagikan ini padanya sebagai ucapan terimakasih,” jawab Lila sambil mengangkat bungkusan di tangannya.

“Biar aku saja. Kau tunggu di rumah saja.” Biru berdiri lalu mengambil bungkusan itu dari Lila.

“Kau yakin? Kau tau kan rumah Paman Hardi yang mana?”

“Tau, bawel,” jawab Biru sambil menoel hidung Lila. “Aku akan mengantarnya. Kau di rumah saja. Siapkan makan malam untukku, ya. Aku juga mau mencoba ikan buatanmu ini.” Biru seperti berpesan pada istrinya saja kalau seperti itu.

“Iya, iya. Sudah, lekas antar sana! Setelah itu langsung pulang, ya.”

“Baiklah.”

Biru pun pergi mengantarkan makanan itu. Setelah Biru pergi, Lila bergegas menyiapkan meja makan dan menata makan malam mereka disana. Ia senang bisa menyiapkan makanan untuk Biru seperti ini. Ia merasa seperti seorang istri yang tengah menyiapkan makan malam untuk suaminya.

***

“Reza, lihat! Itu bukannya pria asing yang bersama Lila waktu di pasar itu?” tanya Dani yang sedang bersama Reza dan kedua teman lainnya.

Reza mengikuti arah pandang Dani, ternyata benar Biru tampak berjalan sendirian tanpa ada Lila di sampingnya.

“Kau benar. Itu dia,” jawab Reza sambil tersenyum menyeringai.

“Oh, jadi itu pria yang kau bicarakan itu? Badannya besar juga,” sahut temannya yang lain.

“Badannya memang besar, tapi dia sendiri, kita berempat. Dia tidak akan mungkin menang melawan kita,” ucap Reza.

“Kau mau menghajarnya sekarang?” tanya Dani.

“Sebenarnya rencanaku, besok baru aku akan membuat perhitungan padanya di dekat sungai, tapi.....” Reza melihat ke sekelilingnya. Jalanan saat itu sangat sepi. Hanya ada mereka saja disana. “Sepertinya sekarang saat yang tepat untuk membuat perhitungan padanya,” lanjut Reza.

“Kau serius? Di jalan? Kalau ada yang lihat bagaimana?” tanya teman yang lainnya.

“Jangan banyak omong! Kalau kalian takut, pergi sana! Aku bisa menghadapinya sendiri.” Reza terdengar gusar. Ia tak mau membuang kesempatan emas ini. Sudah tak sabar rasanya ia ingin menghajar Biru.

“Ya sudah, kami ikut bersamamu,” sahut Dani kemudian.

Reza pun mengangguk lalu mengajak teman-temannya menghadang Biru.

Biru yang sedang berjalan sendiri cukup terkejut karena tiba-tiba dihadiri oleh empat pria sekaligus. Dua di antara mereka pernah Biru lihat saat di pasar.

“Permisi, aku mau lewat,” ucap Biru dengan sopan namun tegas. Ia berusaha terus jalan tapi Reza menghadang tepat di depannya.

“Kenapa terburu-buru? Takut? Di depan Lila kau sudah seperti jagoan saja! Sekarang kau tidak ada nyalinya,” hina Reza.

Biru tersenyum sinis. Pria ini ternyata masih menyimpan rasa sakit hati padanya. “Aku yang takut atau kau yang takut sampai membawa anak buah seperti ini?” sindir Biru dengan nada santai.

Reza langsung menarik kerah baju Biru, ia menatap pria itu dengan tatapan permusuhan.

“Hei, orang asing. Aku peringatkan padamu, jauhi Lila karena dia hanyalah milikku! Pergi dari kehidupannya dan jangan pernah mendekatinya lagi!” ancam Reza.

Biru menarik tangan Reza yang memegang kerah bajunya. Ia pun balas menatap Reza dengan tajam.

 “Aku tidak akan pernah meninggalkannya hanya karena ancaman darimu. Aku akan tetap tinggal bersamanya!” tolak Biru secara terang-terangan.

“Cih, sepertinya kau tidak bisa dikasih tau baik-baik!” geram Reza.

Reza langsung mengangkat tangannya dan melayangkan tinjunya ke arah Biru. Biru dengan sigap menangkap tangannya Reza dan balas memukul pria itu sampai terhuyung ke belakang.

Teman-teman Reza yang lain tentu tak tinggal diam. Mereka berkelahi dengan curang, menyerang Biru secara bersamaan. Empat lawan satu tentu saja Biru kewalahan. Dengan sekuat tenaga Biru bertahan dan membalas pukulan dari keempat orang itu.

Brugh!

Biru menendang kuat teman Reza sampai jatuh ke tanah. Pria itu tak kuat lagi untuk bangun. Kini hanya sisa mereka bertiga melawan Biru sendirian.

Reza melihat Biru bukankah lawan yang sembarangan. Saat Dani dan satu temannya masih berkelahi dengan Biru, ia mengambil batang kayu yang ada di semak pinggir jalan lalu memukulkan dengan keras tepat di kepala Biru.

Brugh.

Biru ambruk dengan da-rah segar mengalir dari kepalanya.

***

Praaaaannngggg!

Riana, ibu Biru, tak sengaja menjatuhkan gelas di tangannya saat sedang makan malam bersama suaminya di kediaman keluarga Adhitama di kota. Hatinya mendadak gelisah. Tiba-tiba saja ia memikirkan putra semata wayangnya, Biru.

“Kamu kenapa, Sayang?” tanya ayah Biru khawatir.

“Mas, kok aku tiba-tiba teringat Biru, ya Mas? Apa sampai sekarang Biru belum ada kabarnya lagi, Mas?” tanya Riana dengan sangat gelisah.

“Sayang, sabar dulu. Habiskan dulu makananmu. Nanti kita bicarakan lagi soal ini,” bujuk ayah Biru.

“Tapi aku tiba-tiba khawatir sekali sama Biru, Mas.”

“Iya, iya, Mas tau. Tenang dulu. Kita bicarakan nanti, ya.”

Riana jadi tak berselera melanjutkan makan malamnya. Ia langsung berdiri meninggalkan meja makan dan masuk ke kamarnya begitu saja.

.

Bersambung....

Terpopuler

Comments

Atiqa Fairuz Khalisa

Atiqa Fairuz Khalisa

langsung pulih ingatannya.

2023-05-15

0

Ricis

Ricis

dan habis itu ingatan Biru mulai kembali normal ☺️

2022-10-01

1

Adila Ardani

Adila Ardani

up nya tambah donk thor 😍😍

2022-10-01

0

lihat semua
Episodes
1 1. Kecelakaan
2 2. Siapa Aku?
3 3. Tuan Amnesia
4 4. Merawat Biru Dengan Baik
5 5. Tak Nyaman
6 6. Kalung Dengan Inisial L
7 7. Biru Tak Kunjung Ditemukan
8 8. Biru Berangsur Pulih
9 9. Panen Mangga
10 10. Calon Suami
11 11. Perhatian Biru
12 12. Jatuh Cinta?
13 13. Rencana Reza
14 14. Biru Terluka
15 15. Aku Biru Adhitama
16 16. Rencana Kembali Ke Kota
17 17. Tak Ingin Berpisah
18 18. Kalung Untuk Lila
19 19. Aku Selamat
20 20. Terngiang
21 21. Dia Bukan Calon Suamimu
22 22. Aku Senang Kau Kembali
23 23. Kekhawatiran Lila
24 24. Musuh Dalam Selimut
25 25. Tugas Untuk Jay
26 26. Pergi Ke Desa
27 27. Kiriman Dari Biru
28 28. Gelagat Mencurigakan
29 29. Foto Lila
30 30. Mengunjungi Rumah Lila Lagi
31 31. Permintaan Luna
32 32. Kesabaranku Sudah Habis
33 33. Rencana Melamar Lila
34 34. Menentukan Pilihan
35 35. Penolakan Luna
36 36. Ancaman Luna
37 37. Terus Mendesak
38 38. Mencelakai Paman Hardi
39 39. Kau Memaksaku Melakukan Ini
40 40. Terpaksa Menikah Dengannya
41 41. Kenapa Kau Lama Sekali?
42 42. Membawa Lila Ke Kota
43 43. Tempat Tinggal Baru
44 44. Hadiah Untuk Lila
45 45. Bertemu Orang Tua Biru
46 46. Ternyata Dia
47 47. Aku Tetap Memilihmu
48 48. Selesaikan Urusan Kalian
49 49. Ngambek
50 50. Musuh Berkedok Sahabat
51 51. Hal Penting Lain
52 52. Menghabiskan Malam Bersama
53 53. Mendaftar Kursus
54 54. Menjenguk Paman Hardi
55 55. Pengakuan Luna
Episodes

Updated 55 Episodes

1
1. Kecelakaan
2
2. Siapa Aku?
3
3. Tuan Amnesia
4
4. Merawat Biru Dengan Baik
5
5. Tak Nyaman
6
6. Kalung Dengan Inisial L
7
7. Biru Tak Kunjung Ditemukan
8
8. Biru Berangsur Pulih
9
9. Panen Mangga
10
10. Calon Suami
11
11. Perhatian Biru
12
12. Jatuh Cinta?
13
13. Rencana Reza
14
14. Biru Terluka
15
15. Aku Biru Adhitama
16
16. Rencana Kembali Ke Kota
17
17. Tak Ingin Berpisah
18
18. Kalung Untuk Lila
19
19. Aku Selamat
20
20. Terngiang
21
21. Dia Bukan Calon Suamimu
22
22. Aku Senang Kau Kembali
23
23. Kekhawatiran Lila
24
24. Musuh Dalam Selimut
25
25. Tugas Untuk Jay
26
26. Pergi Ke Desa
27
27. Kiriman Dari Biru
28
28. Gelagat Mencurigakan
29
29. Foto Lila
30
30. Mengunjungi Rumah Lila Lagi
31
31. Permintaan Luna
32
32. Kesabaranku Sudah Habis
33
33. Rencana Melamar Lila
34
34. Menentukan Pilihan
35
35. Penolakan Luna
36
36. Ancaman Luna
37
37. Terus Mendesak
38
38. Mencelakai Paman Hardi
39
39. Kau Memaksaku Melakukan Ini
40
40. Terpaksa Menikah Dengannya
41
41. Kenapa Kau Lama Sekali?
42
42. Membawa Lila Ke Kota
43
43. Tempat Tinggal Baru
44
44. Hadiah Untuk Lila
45
45. Bertemu Orang Tua Biru
46
46. Ternyata Dia
47
47. Aku Tetap Memilihmu
48
48. Selesaikan Urusan Kalian
49
49. Ngambek
50
50. Musuh Berkedok Sahabat
51
51. Hal Penting Lain
52
52. Menghabiskan Malam Bersama
53
53. Mendaftar Kursus
54
54. Menjenguk Paman Hardi
55
55. Pengakuan Luna

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!