Entah apa yang harus Lila rasakan saat ini, ia sendiri tak mengerti. Haruskah ia senang saat Biru sudah kembali mengingat identitasnya? Jika Biru sudah mulai ingat siapa dirinya, maka ia harus rela jika suatu saat Biru akan meninggalkannya kembali ke kehidupan aslinya. Dan itu mungkin akan terjadi sebentar lagi.
“Aku Biru Adhitama, anak dari Abimanyu Adhitama. Apa kau pernah mendengar nama itu?” tanya Biru pada Lila.
Lila menggelengkan kepalanya. Di desanya tidak ada yang memiliki nama seperti itu.
“Aku tidak kenal. Mungkin kau bukan berasal dari desa ini,” jawab Lila.
“Desa?” tanya Biru sambil mengerutkan dahinya.
“Iya. Sekarang kau tinggal di desa bersamaku. Waktu itu aku menemukanmu hanyut di sungai. Lalu aku membawamu ke rumah untuk diobati. Karena kau tidak bisa mengingat siapa dirimu, makanya kau tinggal disini sementara waktu,” jelas Lila.
Biru terdiam sejenak. Ia mulai mengingat kembali kejadian-kejadian yang terjadi pada dirinya. Ingatan itu sekarang mulai jelas di kepalanya. Ia sudah mengingat semuanya dengan sempurna.
Ia teringat saat mobil yang ia kendaraan menabrak pembatas jalan dan membawanya terjatuh masuk ke dalam jurang. Saat itu ia bersusah payah untuk melepaskan seatbelt dan keluar dari mobil meski kakinya dalam kondisi terjepit. Hingga akhirnya ia berhasil keluar dari dalam mobil. Setelah itu ia berusaha berjalan mencari pertolongan tapi kakinya terasa sangat sakit hingga akhirnya ia tergelincir dan jatuh terguling hingga tercebur ke sungai. Lalu kemudian ia tak ingat apa-apa lagi.
“Katakan padaku, sekarang bulan apa?” tanya Biru tiba-tiba.
“Ini sudah masuk bulan oktober, Biru.”
“Oktober? Berarti aku hampir dua bulan disini?” tanya Biru yang terlihat panik.
Biru ingat betul, hari itu ia akan pergi menghadiri pesta ulang tahun Luna di bulan agustus. Jika sekarang sudah bulan oktober, maka itu artinya sudah hampir dua bulan ia berada disana.
“Benar. Kau sudah hampir dua bulan tinggal disini. Apa kau tidak ingat? Kau lupa siapa aku?” tanya Lila dengan nada cemas.
“Aku ingat, kau Lila. Tapi...”
“Tapi apa?”
“Berarti sudah lama sekali aku meninggalkan kota. Aku bukan berasal dari desa. Aku dari kota. Aku seorang pengusaha di kota.”
Lila terkejut. Tak disangka tebakannya selama ini benar. Biru memang seorang pengusaha. Itu sebabnya sewaktu ia menemukan Biru, pria itu memakai setelan jas yang tampak bagus dan mahal harganya.
“Terakhir yang aku ingat, aku pergi mengunjungi salah satu resort milik keluargaku yang sedang dibangun. Setelah itu aku buru-buru pulang karena harus menghadiri acara ulang tahun tunanganku. Ya, aku sudah memiliki tunangan. Namanya Luna.”
Deg.
Hati Lila mendadak dire-mas dengan kuat. Ia kembali mengingat sebuah kalung berinisial L yang ada pada Biru. Berarti kalung itu adalah kalung yang akan dihadiahkan oleh Biru untuk tunangannya. Pria ini ternyata sudah memiliki seseorang yang spesial di hatinya. Dan wanita itu adalah Luna, bukan Lila.
“Lila,” panggil Biru yang membuat Lila tersadar dari pikirannya.
Lidah Lila seakan tercekat untuk berkata-kata. Ada rasa pilu yang menjalar di hatinya, mematahkan harapannya, memudarkan angannya, tapi tak menyurutkan cintanya. Cukup sakit, tapi tak berda-rah.
“I-iya. Lalu bagaimana?” tanya Lila dengan suara yang dibuat sebiasa mungkin.
“Aku harus kembali ke kota.” Biru tampak sangat antusias dengan ucapannya.
Lagi-lagi tebakan Lila benar adanya.
“Aku harus kembali ke kota secepatnya, Lila. Keluargaku pasti sangat mencemaskanku. Ayahku, ibuku, dan tentunya Luna, tunanganku. Mereka pasti sangat khawatir tentang keberadaanku.”
“T-tapi...kau masih sakit.”
“Setelah aku sembuh, aku akan segera pulang. Aku harus pulang, Lila. Mereka pasti sangat merindukanku. Aku sudah terlalu lama berada disini. Aku harus segera kembali ke kota.”
Lila hanya bisa mengangguk. Biru terlihat ingin sekali bisa cepat pulang ke tempat asalnya. Keinginan Biru tak mungkin bisa ia cegah.
***
Biru sudah kembali beristirahat di ruang tamu. Lila memintanya untuk sarapan dan minum obat terlebih dahulu agar kondisinya segera membaik. Karena merasa belum sehat, Biru dengan patuh mengikuti saran Lila. Sekarang ia kembali tertidur di ruang tamu.
Sementara Lila sendiri berada di kamarnya. Ia membuka lemari pakaian dan mengambil jas Biru yang terlipat rapi disana. Lila memeluk jas itu dan menciumnya dalam-dalam.
Ia sempat membayangkan akan melihat Biru memakai jas ini lagi, tapi jika hal itu terjadi berarti Biru akan segera pergi meninggalkannya. Sepertinya hal itu akan menjadi kenyataan. Biru sudah kembali mengingat siapa dirinya dan ia sangat antusias berencana kembali ke kota.
“Ternyata pertemuan kita hanya dua bulan saja,” lirih Lila sambil meneteskan airmatanya.
Tok tok tok.
Terdengar suara ketukan pintu dari luar yang tak mengijinkannya larut dalam kesedihan lebih lama. Lila cepat-cepat menghapus airmatanya dan menyimpan kembali jas milik Biru. Ia pergi keluar untuk memeriksa siapa yang datang.
Ternyata Paman Hardi yang datang untuk memeriksa keadaan Biru. Pria paruh baya itu juga membawakan beberapa obat tambahan untuk Biru. Paman Hardi sempat melihat wajah Lila seperti habis menangis, tapi ia tak menanyainya langsung. Ia segera memeriksa keadaan Biru terlebih dahulu.
“Syukurlah lukanya tidak terlalu dalam. Dalam beberapa hari lukanya akan sembuh,” ucap Paman Hardi setelah selesai memeriksa Biru.
“Syukurlah kalau begitu. Terimakasih banyak atas kebaikan Paman. Untung saja ada Paman yang menolongnya cepat.”
“Tidak perlu berterimakasih begitu. Kau sudah Paman anggap seperti anak Paman sendiri. Paman senang bisa membantu kalian. Ngomong-ngomong apa dia tadi sudah sadar?”
Lila mengangguk. “Dia sudah sempat sadar tadi pagi. Dia...dia juga sudah ingat siapa dirinya yang sebenarnya. Bahkan dia sudah berencana untuk kembali pulang ke kota kalau sudah sembuh total,” jawab Lila dengan raut wajah yang berubah mendung.
“Apa itu yang membuat kau menangis?” tanya Paman Hardi.
“Ti-tidak kok, Paman. Aku....” Lila terbata.
Paman Hardi menepuk pundak gadis yang sedang dirundung kegalauan itu. “Tidak perlu khawatir. Takdir itu terkadang memang unik. Kalau memang dia adalah takdirmu, dia akan kembali padamu.”
Lila tau Paman Hardi sedang berusaha menghiburnya. Hampir dua bulan tinggal bersama dan beraktivitas bersama, tak mungkin ia tak rindu jika nanti mereka harus berpisah. Apakah mereka akan berpisah selamanya? Atau mungkinkah takdir kembali mempertemukan mereka?
.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 55 Episodes
Comments
Hana Hana
amnesianya ga hilang 😀 kemarin2 lupa identitas,sekarang lupa udah tinggal d desa lila.piye thor
2023-07-30
0
☠ᵏᵋᶜᶟ༄༅⃟𝐐𝐌ɪ𝐌ɪ🧡ɪᴍᴏᴇᴛᴛ𝐀⃝🥀
pasti akan terasa rindu, karena sudah terbiasa bersama
2022-10-12
1
☠ᵏᵋᶜᶟ༄༅⃟𝐐𝐌ɪ𝐌ɪ🧡ɪᴍᴏᴇᴛᴛ𝐀⃝🥀
tuu kan tuu kan... hatiku serasa ikut teriris iris mak 🥺🥺🥺😭🤧🤧
2022-10-12
0