Biru pulang dengan membawa segumpal rindu di hatinya. Ia tak menyangka akan merasa sangat berat untuk meninggalkan Lila. Sepanjang perjalanan ia tak banyak bicara pada supir truk yang mengangkutnya. Ia hanya duduk bersandar sambil melihat ke jendela luar. Desa yang ditinggalinya selama dua bulan ini sangat asri dan indah.
Kenapa aku terus menerus merasa tak tega meninggalkan Lila? Mungkin karena dua bulan ini aku selalu bersamanya. Dia juga gadis yang baik. Semoga dia baik-baik saja tinggal sendirian disana. Batin Biru.
Belum apa-apa dia sudah khawatir memikirkan Lila. Dia juga baru kepikiran soal Reza yang sepertinya sangat ambisius menginginkan Lila. Ah, kenapa tadi ia tak berpesan pada Paman Hardi untuk menjaga Lila? Semoga saja Paman Hardi dan keluarganya selalu menjaga Lila seperti biasanya. Ia semakin cemas memikirkan Lila.
Jauhnya perjalanan membuat Biru lelah dan tertidur di truk. Ternyata jarak dari desa Lila ke kota cukup memakan waktu hingga berjam-jam. Mereka sampai di kota saat hari sudah gelap.
Setelah akhirnya mereka sampai di kota, supir truk membangunkan Biru. Truk itu berhenti di sebuah pasar besar. Dari sana Biru harus melanjutkan perjalanan dengan taksi untuk sampai di rumahnya. Sebelum turun, Biru mengucapkan terimakasih terlebih dahulu pada supir truk itu.
Biru pergi ke jalan besar dan memberhentikan taksi. Syukurnya ia masih ingat dengan jelas dimana alamat rumahnya. Supir taksi pun mengantarnya hingga ke tempat tujuan.
Ketika taksi berhenti tepat di depan gerbang rumahnya yang menjelang tinggi, security pun menghampiri taksi tersebut. Pria bertubuh tinggi itu terkejut melihat Tuan Muda mereka kembali dalam keadaan hidup.
“Tuan Biru?” security itu sangat terkejut.
“Ya, aku selamat,” jawab Biru dengan senyum berwibawa khas dirinya.
Pintu gerbang pun segera dibuka dan ia mempersilahkan taksi itu masuk ke dalam.
Mendengar desas desus Tuan Mudanya pulang dengan taksi, penghuni rumah mendadak terkejut dan heboh. Mereka segera memberitahu ayah dan ibu Biru.
Biru keluar dari taksi dan meminta salah satu pelayan rumah membayar taksinya. Ia sendiri langsung masuk ke dalam rumah untuk bertemu dengan orang tuanya.
“Biru.....” pekik Riana yang melihat putra semata wayangnya masih hidup dan berdiri tegap dengan gagahnya.
Wanita paruh baya itu langsung berlari dan menghamburkan diri ke pelukan anak satu-satunya yang kini jauh lebih tinggi darinya.
“Ibu selalu yakin kau akan kembali, Biru. Ibu selalu yakin itu. Ibu sangat merindukanmu disini, Nak. Ibu rindu.” Suara Riana terdengar serak karena menangis.
Biru pun balas memeluk ibunya dengan erat karena ia juga sangat merindukan ibunya. Sudah dua bulan ini ia tak memeluk ibunya tersayang lagi. Ia pun ikut menangis terharu karena akhirnya bisa berkumpul lagi dengan keluarganya.
“Aku juga sangat merindukan ibu dan ayah. Aku senang sekali bisa kembali lagi ke rumah ini, Bu. Aku rindu ibu,” rengek Biru yang masih memeluk ibunya.
Sang ayah, Tuan Abimanyu, juga menghampiri anak dan istrinya lalu memeluk mereka berdua. Pria paruh baya ini meskipun tak banyak bicara dan selalu tampak tenang, tapi hatinya sebenarnya selalu gelisah saat Biru tak kunjung ditemukan.
Sekarang pewaris tunggalnya sudah kembali lagi dalam keadaan sehat dan tak kurang satu apapun. Tentu saja ia sangat bahagia dan bersyukur atas semua ini.
Pelukan sudah terlerai, Riana tampak tak sabar ingin mendengar cerita dari putranya yang menghilang selama dua bulan ini. Tak ada yang berubah dari Biru selain warna kulitnya yang sedikit lebih gelap dan jambang yang mulai tumbuh lebat di sekitar wajahnya.
“Ceritakan pada ibu, kemana saja kau selama ini? Ayah dan ibu sudah mencarimu kemana-mana, tapi kau malah tidak ditemukan. Sekarang tau-tau kau muncul dengan sendirinya.” Riana penasaran sekali dengan kehidupan putranya selama dua bulan ini.
“Biarkan Biru membersihkan dirinya dan makan dulu. Dia masih terlihat lelah. Kita punya waktu banyak. Biarkan dia istirahat dulu,” saran Abimanyu.
“Tapi ibu penasaran dengan apa yang terjadi padanya,” desak Riana.
“Ibu jangan khawatir, aku akan ceritakan semuanya. Tapi ayah benar, aku lelah sekali, Bu. Perjalanan kesini sangat jauh. Nanti aku pasti cerita semua pada ibu dan ayah. Sekarang aku mau mandi dulu,” ucap Biru.
“Baiklah. Pergilah mandi. Ibu tunggu di meja makan. Ibu akan siapkan makanan yang banyak untukmu.” Riana pun mengalah.
“Terimakasih, Bu. Ngomong-ngomong kamarku masih sama kan tempatnya seperti yang dulu?” gurau Biru.
“Tidak, kamarmu sudah ayah pindahkan ke gudang belakang,” jawab ayahnya yang membuat mereka tergelak.
Sudah lama sekali Biru merindukan suasana hangat bersama orang tuanya seperti ini. Bisa kembali lagi ke rumah adalah suatu anugerah yang luar biasa bagi Biru.
***
Drrrt drrttt drrrt drrttt.
Handphone milik Bisma tiba-tiba bergetar tanpa henti. Ternyata ada panggilan masuk dari seseorang yang sengaja tak ia simpan nomornya. Bisma yang tengah makan malam di apartemennya, menghentikan aktivitasnya dan mengangkat panggilan itu.
“Hallo. Ada perkembangan terbaru apa di rumah itu?” tanya Bisma tanpa basa-basi.
“Tuan, malam ini Tuan Biru sudah kembali lagi ke rumah ini. Dia selamat dalam kecelakaan itu, Tuan.”
Bisma langsung terbelalak. Berita ini sangat mengejutkannya.
“Kau yakin?” tanya Bisma memastikan.
“Yakin, Tuan. Dia sudah kembali berkumpul dengan keluarganya lagi.”
Bisma sangat geram mendengar itu. Ia kecewa Biru ternyata masih hidup.
“Arrggghhhhhh sia-lan!”
Brugh.
Ia menghempas kuat handphone-nya ke lantai hingga panggilan itu terputus tiba-tiba.
“Kau sudah seperti kucing saja yang bernyawa banyak, Biru. Aku harus mencari cara lain untuk menyingkirkanmu.”
.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 55 Episodes
Comments
☠ᵏᵋᶜᶟ༄༅⃟𝐐𝐌ɪ𝐌ɪ🧡ɪᴍᴏᴇᴛᴛ𝐀⃝🥀
isshh 🙄🙄🙄 ternyata Bisma punya mata-mata di rumah Biru. semoga cepat ketahuan yaa
2022-10-12
1
☠ᵏᵋᶜᶟ༄༅⃟𝐐𝐌ɪ𝐌ɪ🧡ɪᴍᴏᴇᴛᴛ𝐀⃝🥀
masih nangis lagi neh mak 🥺🥺😭😭😭😭🤧🤧🤧
2022-10-12
0
Bundanya Robby
hati hati biru ... Jefri musnah kan shi baskom
2022-10-03
0