9. Panen Mangga

“Lila...Lila....kau dimana?” teriak Biru dari dalam rumah.

Setelah selesai sarapan pagi, Lila langsung pergi begitu saja ke belakang rumah meninggalkan Biru yang masih sarapan tadi.

“Kemana sih gadis kecil itu? Selalu saja pergi tiba-tiba,” keluh Biru.

Ia pun menyusul Lila ke belakang rumah. Suasana kebun di belakang tampak sepi. Ia tak melihat ada Lila disana. Ia melihat ke sekeliling kebun, matanya tertuju pada sebuah keranjang yang sudah terisi beberapa buah mangga disana. Ia pun pergi mendekati keranjang itu.

“Siapa yang mengambil mangga ini?” tanya Biru keheranan.

Dug.

“Aduh...” Biru meringis saat merasakan sesuatu jatuh tepat di atas kepalanya. Ia mengusap-usap kepalanya lalu mendongak ke atas. Ternyata Lila yang melemparinya dengan mangga dari atas.

“Hei, kau sengaja ya melempariku? Sakit tau!” omel Biru.

“Siapa suruh kau disana? Aku kan mau melempar mangga itu ke dalam keranjang,” kata Lila sambil terkekeh. Ia dengan santai duduk di salah satu cabang pohon sambil menjuntaikan kakinya.

“Cepat turun sini! Kau sudah seperti monyet saja bergelantungan di atas pohon,” ejek Biru.

“Tidak mau. Aku masih mau memetik mangga. Lagipula monyet itu adanya di pohon pisang, bukan pohon mangga,” sanggah Lila.

“Ada juga yang di pohon mangga,” kekeuh Biru.

“Mana ada,” sangkal Lila.

“Ada. Tuh yang di atas tuh!” kata Biru sambil menunjuk Lila yang masih berada di atas pohon.

“Enak saja!” gerutu Lila. Lila dengan cepat memetik satu mangga lagi dan melemparnya ke arah Biru. “Rasakan ini!”

“Hei, nanti kepalaku bisa benjol,” ucap Biru setelah menghindar dari lemparan Lila. “Ayo turun sini! Nanti kau jatuh. Kita ambil mangga dengan galah saja.”

“Tidak mau ah,” tolak Lila.

“Turun, nanti kau jatuh. Aku akan mengguncang pohon ini supaya kau turun, ya. Ayo turun, cepat!” Biru mulai mengguncang pohon mangga itu.

“Iya, iya, berhenti. Nanti aku jatuh nih. Aku turun sekarang.”

Mau tidak mau Lila pun mulai turun dari pohon karena Biru memaksanya.

“Hati-hati, Lila. Ulurkan tanganmu sini!”

Biru mengulurkan kedua tangannya pada Lila saat gadis itu sudah berada di cabang pohon yang paling bawah. Lila menyambut uluran tangan itu dan menggenggam tangan Biru dengan erat.

Grep!

Dengan sigap Biru menarik Lila lalu menahan kedua pinggangnya. Secara perlahan Biru menurunkan Lila hingga kakinya jejak ke tanah. Ah, lagi-lagi mereka harus melewati moment-moment romantis seperti itu ia dengan jantung yang berdebar-debar.

“Lain kali pakai galah saja, tidak usah memanjat. Bagaimana kalau kau jatuh?” kata Biru menasehati Lila.

“Kalau jatuh ya tinggal bangun,” jawab Lila sambil terkekeh.

Biru yang gemas mendengar jawaban Lila langsung mencubit kedua pipi gadis itu dengan pelan. “Selalu saja menjawab kalau diberi tau,” ujar Biru sambil terus mencubit Lila.

Paman Hardi yang baru saja datang membawakan obat untuk Biru tak sengaja melihat kedekatan mereka. Tadinya Paman Hardi datang melalui pintu depan. Tapi karena rumah Lila tampak sepi, ia memutar pergi ke kebun belakang. Dan benar Lila memang berada disana bersama Biru.

Paman Hardi tersenyum melihat Lila yang sudah mulai nyaman bersama Biru. Mereka terlihat begitu akrab. Namun ada juga rasa khawatir dalam benaknya. Ia khawatir jika ingatan Biru sudah kembali, maka pria itu akan pergi meninggalkan Lila yang sudah terbiasa beraktivitas bersamanya.

“Paman? Kenapa Paman diam disitu? Paman mencariku?” tanya Lila saat melihat Paman Hardi berada disana.

Lila menepis tangan Biru yang masih berada di pipinya lalu menghampiri Paman Hardi. Biru pun mengikuti langkah Lila.

“Paman membawakan ini untuknya. Ini ramuan supaya kakinya semakin kuat dipakai berjalan tanpa tongkat,” jawab Paman Hardi seraya memberikan sesuatu pada Lila.

“Terimakasih, Paman. Paman baik sekali,” ucap Lila.

“Terimakasih, Paman. Terimakasih banyak menolongku dari awal. Aku tidak akan pernah melupakan kebaikan Paman padaku selama ini,” ucap Biru dengan tulus.

“Tidak perlu berterimakasih. Paman ikhlas melakukannya. Lalu, apa rencanamu selanjutnya dengan kakimu yang sudah bisa berjalan?” tanya Paman Hardi.

“Aku akan mencari tau tentang identitasku. Mungkin aku akan pergi keluar untuk mencari informasi tentang diriku,” jawab Biru.

Mendengar Biru akan pergi, lagi-lagi membuat Lila seakan tak rela. Perubahan di raut wajahnya dapat dibaca dengan baik oleh Paman Hardi.

Paman Hardi pun mengangguk. “Semoga urusanmu lancar.”

“Terimakasih, Paman. Maaf sekarang aku tidak bisa membalas kebaikan Paman. Tapi aku berjanji, pasti akan membalasnya nanti,” kata Biru dengan sungguh-sungguh.

“Lila lebih berhak untuk itu. Dari awal dia lah yang menyelamatkanmu. Yang penting kau selalu mengingatnya meskipun nanti kau sudah mengingat siapa dirimu sebenarnya,” ucap Paman Hardi yang sarat akan makna.

***

Setelah kepulangan Paman Hardi, Biru dan Lila melanjutkan kegiatan mereka memetik mangga yang sudah masak di pohon. Kemudian, mereka pun pergi ke pasar membawa hasil panen mangga di kebun Lila untuk dijual kepada pemborong yang sudah menjadi langganan membeli mangga Lila.

Mangga-mangga itu pun ditimbang semuanya, setelah itu pemborong memberikan bayaran sesuai dengan banyaknya mangga.

“Panen kali ini banyak juga hasilnya. Aku merasa sangat bersyukur,” seru Lila sambil melihat lembaran uang di tangannya dengan gembira.

“Simpan dengan baik untuk kebutuhanmu,” sahut Biru sambil mengacak gemas rambut Lila. Lila pun mengangguk.

Lila menyimpan uang itu di dalam saku celananya kemudian ia mengajak Biru pulang ke rumah.

Rupanya gerak-gerik mereka berdua menjadi perhatian seseorang sejak awal mereka datang ke pasar bersama. Ada sepasang mata yang menatap cemburu pada kemesraan mereka.

“Lila!”

Lila dan Biru sontak berhenti saat mendengar ada seseorang yang memanggil namanya. Lila menoleh ke sumber suara. Ternyata ada Reza yang memanggilnya. Reza adalah salah satu pemuda di desa itu yang sudah lama menyukai Lila, tapi sayang Lila tak pernah suka padanya.

Menurut Lila, Reza adalah pria yang suka mengganggu wanita. Tak hanya itu, ia juga sok kuat dan sering mengajak duel pemuda lain di desa. Ia sudah seperti preman saja di mata Lila.

“Siapa mereka?” tanya Biru saat melihat Reza dan dua orang temannya menghampiri mereka.

“Preman pasar. Tidak usah dihiraukan. Ayo kita pulang!” ajak Lila. Ia malas kalau harus berhadapan dengan pria itu. Biasanya Reza kalau mendekatinya selalu ingin merayunya saja. Lila sendiri tentu tak pernah suka diperlakukan seperti itu.

Mereka baru beberapa langkah berjalan tapi Reza sudah menghadang mereka. Reza langsung memberi tatapan tak suka pada Biru. Ia cemburu ada pria lain yang mendekati Lila, gadis yang sudah lama ia suka.

Biru tentu saja balas menatap dengan tajam pria yang ada di depannya. Ia sama sekali tak gentar meski mereka datang bertiga.

.

Bersambung...

Terpopuler

Comments

BUNDA ZAHRA

BUNDA ZAHRA

Hajar biru jangan sampai lila disakiti orang lain

2022-12-12

2

Fransiska Widyanti

Fransiska Widyanti

saingan nih

2022-11-09

0

☠ᵏᵋᶜᶟ༄༅⃟𝐐𝐌ɪ𝐌ɪ🧡ɪᴍᴏᴇᴛᴛ𝐀⃝🥀

☠ᵏᵋᶜᶟ༄༅⃟𝐐𝐌ɪ𝐌ɪ🧡ɪᴍᴏᴇᴛᴛ𝐀⃝🥀

mellow mak mellow 🥺🥺🥺

2022-10-11

0

lihat semua
Episodes
1 1. Kecelakaan
2 2. Siapa Aku?
3 3. Tuan Amnesia
4 4. Merawat Biru Dengan Baik
5 5. Tak Nyaman
6 6. Kalung Dengan Inisial L
7 7. Biru Tak Kunjung Ditemukan
8 8. Biru Berangsur Pulih
9 9. Panen Mangga
10 10. Calon Suami
11 11. Perhatian Biru
12 12. Jatuh Cinta?
13 13. Rencana Reza
14 14. Biru Terluka
15 15. Aku Biru Adhitama
16 16. Rencana Kembali Ke Kota
17 17. Tak Ingin Berpisah
18 18. Kalung Untuk Lila
19 19. Aku Selamat
20 20. Terngiang
21 21. Dia Bukan Calon Suamimu
22 22. Aku Senang Kau Kembali
23 23. Kekhawatiran Lila
24 24. Musuh Dalam Selimut
25 25. Tugas Untuk Jay
26 26. Pergi Ke Desa
27 27. Kiriman Dari Biru
28 28. Gelagat Mencurigakan
29 29. Foto Lila
30 30. Mengunjungi Rumah Lila Lagi
31 31. Permintaan Luna
32 32. Kesabaranku Sudah Habis
33 33. Rencana Melamar Lila
34 34. Menentukan Pilihan
35 35. Penolakan Luna
36 36. Ancaman Luna
37 37. Terus Mendesak
38 38. Mencelakai Paman Hardi
39 39. Kau Memaksaku Melakukan Ini
40 40. Terpaksa Menikah Dengannya
41 41. Kenapa Kau Lama Sekali?
42 42. Membawa Lila Ke Kota
43 43. Tempat Tinggal Baru
44 44. Hadiah Untuk Lila
45 45. Bertemu Orang Tua Biru
46 46. Ternyata Dia
47 47. Aku Tetap Memilihmu
48 48. Selesaikan Urusan Kalian
49 49. Ngambek
50 50. Musuh Berkedok Sahabat
51 51. Hal Penting Lain
52 52. Menghabiskan Malam Bersama
53 53. Mendaftar Kursus
54 54. Menjenguk Paman Hardi
55 55. Pengakuan Luna
Episodes

Updated 55 Episodes

1
1. Kecelakaan
2
2. Siapa Aku?
3
3. Tuan Amnesia
4
4. Merawat Biru Dengan Baik
5
5. Tak Nyaman
6
6. Kalung Dengan Inisial L
7
7. Biru Tak Kunjung Ditemukan
8
8. Biru Berangsur Pulih
9
9. Panen Mangga
10
10. Calon Suami
11
11. Perhatian Biru
12
12. Jatuh Cinta?
13
13. Rencana Reza
14
14. Biru Terluka
15
15. Aku Biru Adhitama
16
16. Rencana Kembali Ke Kota
17
17. Tak Ingin Berpisah
18
18. Kalung Untuk Lila
19
19. Aku Selamat
20
20. Terngiang
21
21. Dia Bukan Calon Suamimu
22
22. Aku Senang Kau Kembali
23
23. Kekhawatiran Lila
24
24. Musuh Dalam Selimut
25
25. Tugas Untuk Jay
26
26. Pergi Ke Desa
27
27. Kiriman Dari Biru
28
28. Gelagat Mencurigakan
29
29. Foto Lila
30
30. Mengunjungi Rumah Lila Lagi
31
31. Permintaan Luna
32
32. Kesabaranku Sudah Habis
33
33. Rencana Melamar Lila
34
34. Menentukan Pilihan
35
35. Penolakan Luna
36
36. Ancaman Luna
37
37. Terus Mendesak
38
38. Mencelakai Paman Hardi
39
39. Kau Memaksaku Melakukan Ini
40
40. Terpaksa Menikah Dengannya
41
41. Kenapa Kau Lama Sekali?
42
42. Membawa Lila Ke Kota
43
43. Tempat Tinggal Baru
44
44. Hadiah Untuk Lila
45
45. Bertemu Orang Tua Biru
46
46. Ternyata Dia
47
47. Aku Tetap Memilihmu
48
48. Selesaikan Urusan Kalian
49
49. Ngambek
50
50. Musuh Berkedok Sahabat
51
51. Hal Penting Lain
52
52. Menghabiskan Malam Bersama
53
53. Mendaftar Kursus
54
54. Menjenguk Paman Hardi
55
55. Pengakuan Luna

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!