Bug!
"Ini data laporan yang harus di periksa!" ucap Samy yang kini berada di hadapan Yoka.
'Aku tidak ingin terlibat dengan perusahaan!' tegas Yoka dengan papan putih di tangannya, menatap tajam ke arah pemuda di hadapannya.
Ini adalah hari ketiga Samy tinggal di villa ini. Hal yang dilakukannya? Mendesak Yoka agar berobat ke psikiater dan datang ke perusahaan orang tuanya selaku pemegang saham warisan ibunya.
"Tidak mau?!" bentak Samy tiba-tiba.
'Aku tetap tidak mau!' tegas Yoka, menunjukkan tulisan pada papan putihnya.
"Dora! Pegangi dia!" perintah Samy yang telah cukup akrab dengan Dora selama tiga hari ini.
Wanita yang segera memeluk Yoka dari belakang, menahan tubuh pemuda yang lebih tinggi darinya.
"Aku tidak akan bisa bertahan lama!" ucap Dora, merasakan tenaga Yoka yang meronta. Dan benar saja, dua orang itu mulai lagi, menggelitiki tubuh Yoka, tiada henti.
Yoka berusaha melawan namun percuma, hanya suara tawa samar yang mungkin terdengar. Samy menyeringai, bertambah semangat.
"Aku akan memegangnya! Dora lepaskan sepatunya!" perintah Samy. Wanita berambut pendek itu segera menurut. Melepaskan sepatu Yoka, mulai menulis dengan jarinya di telapak kaki Yoka.
"Hentikan!" batin Yoka tidak mengeluarkan suara sedikitpun, bagaikan korban pelecehan dengan dua tersangka, Dora dan Samy.
Sedangkan Arsen hanya menggeleng-gelengkan kepalanya heran pada tiga orang dewasa yang bertingkah bagaikan anak kecil.
Hingga suara mobil memasuki villa terdengar. Pertanda seseorang datang, seseorang yang diijinkan masuk dengan mudah oleh penjaga gerbang.
Mobil berwarna merah menyala bagaikan cabe setan mulai terparkir di area depan villa. Seperti biasa para pelayan berjejer rapi saat dirinya lewat, melebihi sambutan mereka pada Yoka sang pemilik villa.
Rambut panjang berwarna pirang, kulit putih terawat lengkap dengan softlens kecoklatan. Pakaian bermerek terlihat mahal, lengkap dengan tas kecil berharga milyaran rupiah.
"Nyonya besar," ucap pelayan tertunduk.
"Buatkan aku menu seperti biasanya. Hati angsa dimasak dengan red wine tahun 1990," ucapnya mulai duduk di sofa. Tapi perhatiannya sedikit teralih, mengendus bebauan yang berbeda.
Plak!
Tiba-tiba seorang pelayan ditamparnya. Marah dan kesal merasakan aroma berbeda dari pengharum ruangan. Pengharum ruangan yang biasanya beraroma jasmine, kini berganti lavender.
Entah kenapa nyai Kunti ini datang lagi, nyai Kunti yang benar-benar menyukai harum aroma melati (jasmine). Hingga menjambak rambut seorang pelayan wanita.
"Aku hanya pergi selama 2 bulan! Apa kalian tidak tahu aturan?! Aroma di semua ruangan harus jasmine! Kenapa lavender?!" bentaknya murka.
"Tuan Arsen mengatakan, tuan muda lebih menyukai aroma lavender, jadi..." kata-kata sang pelayan terhenti. Pelayan itu meringis merasakan rambutnya dijambak semakin kencang oleh Anggeline.
"Dengar! Yoka mengikuti semua yang aku suka. Semua yang aku sukai, dia juga pasti menyukainya! Ganti!" teriak Anggeline.
"Baik nyonya besar," sang pelayan berjalan keluar menuju gudang mencari pengharum ruangan beraroma melati, untuk nyi Kunti yang tiba-tiba datang.
Hingga beberapa saat kemudian, Arsen berjalan menuruni tangga diikuti dengan Yoka. Pemuda yang menatap ke arah Anggeline tanpa berkedip.
Masih teringat di benaknya kala mereka bermain piano bersama. Saat Anggeline mengatakan mencintainya, berjanji akan tinggal di villa ini menerima semua kekurangannya.
Tapi sekarang? Semua hanya ilusi, Anggeline yang dulu sudah tidak ada lagi. Dirinya masih gemetaran hingga saat ini. Kala menyaksikan dengan mata kepalanya sendiri Anggeline berciuman dengan Malik. Membawanya ke villa, seakan tidak menganggap keberadaan Yoka.
Suara-suara racauan aneh dari kamar Anggeline, saat Malik menginap. Dirinya hanya dapat menitikkan air matanya, duduk seorang diri di balik pintu.
Bodoh? Naif? Tepatnya bukan itu, Yoka benar-benar kesepian, kehadiran seseorang yang berstatus kekasih, membuatnya bagaikan lengkap. Hingga membiarkan Anggeline melakukan apapun, kecuali meninggalkannya.
Dirinya mungkin terlanjur terikat pada Angeline. Satu-satunya pilihan untuknya, dengan lugunya menganggap cinta pertama adalah cinta terakhir.
Tapi apakah dirinya akan memaafkan Anggeline jika kembali? Karena dialah sapu tangan yang dimiliki Yoka. Setidaknya itulah keyakinannya, menatap rupa wanita itu lagi.
Plak!
Satu pukulan melayang di bahu Yoka, seorang pemuda yang menyadarkannya dari lamunan.
"Sama! Kalian lahir dari satu mesin fotocopy ya?" tanya Samy yang muncul entah darimana bersama Dora. Menatap ke arah Anggeline dari jauh.
"Tidak mungkin! Aku lahir dari rahim wanita cantik, kembang desa!" jawaban dari Dora yang kini berada di sisi kiri Yoka. Sementara Samy merangkul Yoka di sisi kanannya. Yoka yang kesal, menulis dengan cepat di papan putihnya.
'Kembang desa? Pantas saja kamu seperti kembang 7 rupa!' Kesalnya menatap tajam ke arah Dora.
"Samy, dia memujiku setinggi langit. Dia mengatakan kecantikanku melebihi 7 jenis bunga indah..." Dora tertawa, diikuti dengan tawa Samy.
Sementara Yoka hanya dapat memijit pelipisnya sendiri. Dora benar-benar terkena pengaruh Samy. Pemuda yang menarik telinga Samy dan Dora, ingin kembali ke lantai dua, melupakan kehadiran Anggeline.
"Yoka!" panggil Anggeline.
Hingga dirinya melangkah, suara itu mengingatkannya kembali, melupakan hal terpenting yang bagaikan nyawa di hidupnya.
"Kenapa aku bisa lupa?" batin Yoka kembali ke fase galau. Melepaskan tangannya dari telinga Samy dan Dora, kembali melangkah turun.
"Itu siapa?" tanya Samy yang melangkah di samping Dora. Gadis yang menatap punggung Yoka tanpa berkedip, menghela napas berkali-kali.
"Mantan tidak tahu diri," jawaban Dora.
"Oh... cemburu?" tanya Samy.
"Tidak siapa yang cemburu! Yoka berhak memiliki perempuan lain! Lagi pula kami tidak memiliki hubungan!" jawab Dora gelagapan, dirinya benar-benar tidak cemburu. Hanya hatinya yang terasa sakit, tidak ingin Yoka kembali pada Anggeline.
Bahkan sempat berfikir berapa harga salon untuk mewarnai rambut dan memakai softlens. Dirinya tidak boleh kalah, mungkin menggunakan sedikit tabungan biaya kuliahnya untuk membeli baju berkelas tidaklah mengapa.
"Kamu tidak cemburu?" tanya Samy kembali. Dan kembali lagi gadis itu menggeleng.
Sedangkan jantung Yoka berdegup lebih cepat entah kenapa. Pemuda yang tidak mengerti perasaannya sendiri, seketika senang, tersenyum-senyum sendiri mendengar Dora yang mungkin cemburu padanya.
"Wanita bodoh!" batin Yoka, berusaha menetralkan dirinya, masih melangkah mendekati Anggeline.
Mata Anggeline menelisik ada dua penghuni baru di villa ini. Dua orang yang membuat Yoka hampir mengabaikannya, dengan kembali ke lantai dua.
"Yoka!" panggil Anggeline. Yoka memang kembali turun tapi diikuti seorang wanita dan seorang pria. Bercengkrama sembari menuruni tangga.
"Kenapa kartu ATM dan rekeningku belum kamu isi?! Dasar bisu tidak berguna!" bentak Anggeline melempar kartu ke lantai marmer. Telah lebih dari satu tahun terbiasa dimanjakan oleh Yoka.
Yoka hanya menunduk, hendak meraih phonecellnya, mengirim uang dengan tujuan rekening tabungan Anggeline. Mengapa bisa seperti ini? Mungkin jika begini Anggeline akan kembali padanya.
Dora tiba-tiba datang, merebut phonecell Yoka, kemudian mencium pipinya. Yoka hanya terdiam meraba pipinya, masih berusaha keras menetralkan detak jantungnya yang semakin cepat saja.
"Dasar wanita murahan tidak tahu malu! Ini pacarku, kenapa dia harus mengirim uang padamu!" teriak Dora murka.
Angeline melihat persamaan wajahnya dan Dora, menghela napas kasar.
"Kamu hanya penggantiku! Boneka pajangan tidak tahu diri!" Umpat Anggeline, tersenyum sinis, pada Dora.
"Dua wanita memperebutkan satu pria?" gumam Samy mulai menipiskan bibir menahan tawanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 124 Episodes
Comments
Sulaiman Efendy
WANITA JALANG MURAHAN, PNY SUAMI MNTA UANG SAMA YOKA
2024-01-25
0
Lovesekebon
Yoka haru berbangga diri dan segera menemukan peta 🤭🤭
2023-02-16
1
Ida Blado
siapa lakinya siapa yg di mintai duit,,, dan si bisu bodohnya gk sembuh2
2022-11-15
3