Ini pertama kalinya dirinya memasuki area kampus. Benar-benar tempat impiannya, jika saja tidak membantu Jovan mungkin dari tiga tahun yang lalu biaya kuliahnya sudah terkumpul. Walaupun harus hidup pas-pasan mengingat biaya kuliah kedokteran yang tinggi.
Beberapa mahasiswa terlihat membuka buku mereka, berdiskusi di area taman. Matanya menelisik, menatap beberapa dokter muda yang mungkin mencari gelar S2 atau mungkin spesialis. Sedangkan dirinya masih baru mendaftar, kapan dirinya akan sekeren mereka? Entahlah.
Hingga seorang pria membuatnya menghentikan langkah.
"Kamu dari jurusan apa?" tanya seorang pria yang mungkin dari pakaiannya yang sedikit formal merupakan dosen.
"Baru mendaftar hari ini. Lusa mungkin baru ikut ujian masuk..." jawaban dari Dora cengengesan.
"Begitu ya? Nama saya Hudson, dosen dari jurusan bisnis dan manajemen," ucap sang pemuda yang mungkin berusia awal 30-an mengulurkan tangannya.
"Dora," jawaban dari gadis itu tersenyum, menyambut uluran tangan pria di hadapannya.
Apakah ini jodohnya? Masa bodoh dengan perbedaan umur serta ras, yang terpenting pria ini memiliki sifat yang baik. Apa pria ini sudah menikah? Entahlah. Tapi dirinya tidak akan menjadi pelakor.
"Ayo duduk di sana. Ini untukmu, sebagai perkenalanku pada mahasiswi baru." Hudson memberikan minuman jeruk kemasan dengan bulir jeruk Florida asli, mengalami beberapa proses pengolahan khusus.
"Terimakasih," Dora meraihnya ikut duduk di bangku taman.
Pemandangan yang benar-benar diidamkannya. Perlahan dirinya tertegun seorang diri. Orang-orang yang terlihat sibuk membawa beberapa buku dan tas laptop.
"Kamu sudah punya pacar?" tanya Hudson tiba-tiba, membuat Dora terbatuk-batuk.
"Memangnya kenapa?" Dora balik bertanya, terasa aneh baginya. Seseorang yang baru pertama kali mengenalnya, menanyakan pertanyaan yang bersifat pribadi.
Hudson menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal, mengenyitkan keningnya mencari alasan.
"Hanya ingin tahu, bagaimana tipikal pria yang dengan mudah disukai wanita," jawaban darinya penuh senyuman.
Dora terdiam sejenak untuk berfikir, kemudian menghela napas kasar.
"Tampan, dia rela berkorban, mencemaskanku walaupun dia terluka, matanya benar-benar jernih, terkadang membuat emosiku meledak-ledak, tapi juga terkadang membuatku kagum, tipikal orang rapuh tapi rela berkorban untuk orang lain. Dia...dia..." kata-kata Dora terhenti sejenak.
"Kenapa yang terbayang malah si br*ngesek bisu?!" batinnya, membulatkan matanya heran dengan dirinya sendiri.
Hudson menghela napas kasar, kemudian tersenyum. Mengacak-acak rambut Dora gemas. Entah ada apa dengan pria ini, seorang pemuda yang aneh.
"Kita akan sering bertemu. Aku ingin lebih dekat denganmu..." ucap Hudson tersenyum, berjalan pergi meninggalkan Dora tertegun diam seorang diri.
"Apa dia playboy?" gumam Dora curiga, berdidik ngeri, rasa tertarik yang hilang begitu saja.
*
Dosen idola? Mungkin itulah seorang Hudson, pemuda yang kembali berjalan pergi entah kemana. Pandangan para mahasiswi rupawan yang tidak pernah lepas di manapun keberadaannya.
Kesal? Tentu saja, mati-matian mereka mendekati Hudson namun dosen muda itu malah terang-terangan menanyakan tentang kekasih dan tipe pria ideal pada seorang mahasiswi baru.
Dua orang mahasiswi jurusan bisnis dan manajemen yang memang mengikuti dari jauh dosen kebanggaan mereka menatap sinis ke arah Dora, berjalan mendekatinya.
"Hai, dari jurusan apa? Omong-omong namaku Shofie dan ini temanku namanya Siska," ucap Shofie berhati-hati, menahan segalanya dalam senyuman.
"Baru mau mendaftar jurusan kedokteran. Namaku Dora," Dora tersenyum, mungkin dalam anggapannya, mahasiswi disini cukup ramah untuk berteman dengannya.
"Rumahmu dimana? Apa profesi orang tuamu?" tanya Siska yang juga berhati-hati dalam segala tindakannya. Tidak ingin terkena masalah.
"Ayahku sudah meninggal, ibuku bekerja di ladang. Kami tinggal terpisah setelah ayah meninggal," jawaban jujur dari Dora.
Kedua mahasiswi itu saling menoleh, tersenyum, ingin memastikan satu hal lagi.
"Kamu kenal pak Hudson? Apa dia saudaramu?" tanya Shofie kembali.
"Kami baru saja berkenalan, aku hanya sekedar kenal saja," Dora kembali meminum minumannya.
Ekspresi wajah Sofie dan Siska berubah. Jemari tangan mereka mengepal, bukan dari keluarga kaya dan berpengaruh. Bukan juga kerabat Hudson. Jadi, mereka bebas melakukan apapun pada wanita penghibur, penggoda dosen muda ini.
"Aku fikir anak sultan dari mana," cibir Shofie tertawa.
Jemari tangan Siska bergerak cepat, mengambil tas ransel murah yang diletakkan Dora di sampingnya.
"Kembalikan!" pinta Dora, mencoba merebutnya. Namun yang terjadi Siska menjatuhkan semua isi dari tas ransel. Seketika semua barang jatuh berceceran.
Buku tabungan dengan saldo yang cukup sedikit. Bahkan kotak kecil berisikan uang koin, dari kebiasaannya mengumpulkan recehan. Beberapa buku novel, materi pelajaran yang telah tua dan sedikit robek, serta sesuatu yang paling memalukan, cadangan pembalut dan pakaian dalam wanita.
Dua orang wanita yang tertawa menatapnya, tas ransel besar tidak bermerek dengan desain ala kadarnya. Namun memiliki isi yang terlalu lengkap dan memalukan. Mulai dari jarum jahit bahkan papan putih kecil baru, hadiah darinya untuk Yoka sebagai tanda terimakasih.
"Ayahnya dari kampung, ibunya dari kampung, anaknya jelas kampungan!" teriak Shofie dengan sengaja, mengundang orang-orang untuk berkumpul.
Dengan cepat Dora memungut isi ranselnya satu persatu. Matanya menatap tajam ke arah Siska dan Shofie, jemari tangannya mengepal.
"Kalian menyukai pria bernama Hudson kan? Kalian tidak punya pesona makanya membullyku agar bisa mendekatinya," cibir Dora penuh hina. Entah kenapa kepercayaan diri tingkat tinggi dari Yoka diikutinya. Benar-benar kenarsisan yang hakiki.
"Aku memang cantik dari di lahirkan. Itu merupak anugerah dan musibah untukku. Sedangkan wajah kalian yang standar, mungkin Tuhan lupa memberikan kelebihan pada kalian. Jangan iri dengan wajahku yang mulus ini," komat-kamit mulut Dora berucap penuh percaya diri, menyelipkan rambut ke telinganya. Kemudian tersenyum, menunjukkan aura manis dari cinta pertama. Bagaikan Yoka yang menunjukkan aura rupawannya dalam pakaian apapun.
Mungkin satu hal yang disadari Dora kini, selain penampilan visual, aura di setiap gerak-gerik juga mendukung seseorang mempesona atau tidak.
Mata semua pria yang awalnya tertawa kini tertuju padanya. Cantik dan manis, walaupun dengan pakaian santai, bukan rambut panjang, hanya rambut pendek, ciri-ciri dan aura manis menyengat dari cinta pertama.
"Kalian jangan berbuat seperti itu! Hanya karena pak Hudson, dia hanya sekedar berkenalan!" mahasiswa lain yang tiba-tiba menjadi iba, melindungi Dora.
"Terimakasih," ucap Dora tersenyum malu-malu sedikit tertunduk pada sang mahasiswa.
"Sama-sama, boleh berkenalan?" tanya sang mahasiswa yang merupakan anggota senat.
Kesal? Tentu saja, dengan sepenuh keteguhan hati, menggunakan kekuatan bulan, Shofie akan menghukum Dora. Bergerak bersama Siska gadis berambut pendek itu diserang.
Tangannya di cakar, rambutnya dijambak. Bahkan Dora dipukul hingga sudut bibirnya sedikit membiru. Walaupun Dora hanya sempat melawan pada akhirnya Dora dapat mencakar leher Shofie.
Benar-benar situasi yang tidak kondusif.
*
Rektor saat ini belum hadir, masih dalam perjalanan. Seorang dosen berada di hadapan mereka, berkumpul di ruang rektor bersama tiga dosen lainnya. Total ada empat dosen dalam ruangan.
Yang terluka paling parah disini adalah Dora. Sedangkan yang menangis menjerit adalah Shofie yang terluka hanya di bagian leher saja.
Tiga orang wanita yang sama-sama acak-acakan, entah apa yang menyulut pertengkaran hingga dapat seperti ini.
"Aku permisi sebentar," Hudson meninggalkan ruangan membawa phonecellnya. Dijawab dengan anggukan oleh tiga orang dosen lainnya.
Pada akhirnya, setelah beberapa belas menit, orang tua dari Shofie datang juga. Seorang wanita yang bagaikan toko emas berjalan, mendekati Dora.
Plak!
Satu tamparan mendarat di pipinya, Dora hanya terdiam meraba pipinya yang terasa kebas. Ini sudah biasa untuknya yang tinggal seorang diri, bahkan dulu ada warga desa yang menuduhnya mencuri ayam. Hanya karena ayam peliharaan warga desa itu terlepas dan mencari makan ke pekarangannya.
"Kalian para dosen, bisa tidak lebih beretika lagi?! Menerima mahasiswi dengan penampilan seperti preman ini memasuki kampus?!" bentak ibu Shofie murka, seorang wanita yang suaminya bekerja sebagai rektor di kampus ini.
Benar, ayah dari Shofie adalah seorang rektor. Karena itu Shofie dan Siska bertanya terlebih dahulu tentang latarbelakang Dora. Tidak ingin diri mereka terkena masalah yang menyulitkan.
*
Sedangkan di tempat lain, Hudson tertawa lepas di toilet pria menghubungi Arsen yang sejatinya menitipkan Dora untuk diawasinya.
Hudson? Siapa sebenarnya sosok Hudson? Dia adalah salah satu guru pribadi Yoka, tidak semua datang bersamaan, memiliki jadwal khusus setiap harinya.
"Dia benar-benar mirip dengan Anggeline! Aku sampai tidak berkedip saat duduk di sampingnya. Tapi sifat dan perilakunya memang berbeda dengan Anggeline," ucapnya menetralkan tawanya.
Arsen yang tengah menyetir mobil hendak menjemput Dora, menghela napas kasar mengingat tuan mudanya yang lebih protektif saat ini. Menyuruhnya menjemput Dora tepat waktu, tidak ingin hal buruk terjadi pada sehelai tissue miliknya.
"Memang, karena itulah aku berniat menjadikannya sebagai nyonya muda. Sebelum Anggeline menyadari yang dinikahinya hanya cangkang kosong," ucap Arsen masih konsentrasi pada jalanan.
"Jadi Anggeline belum tahu, mengira Malik yang disayangi Narendra adalah juga anak kandung? Dasar wanita bodoh! Walaupun terlihat tidak menyayanginya, Narendra hanya akan memberikan segalanya pada putra kandungnya," Hudson menghela napas kasar.
"Setelah ini Martin berencana mengirim putranya untuk menjadi asisten tuan muda. Entah apa tujuannya," gumam Arsen.
"Kamu mencurigai Martin?" tanyanya.
"Entahlah, tapi dari awal dia yang paling mencurigakan dan sulit di tebak. Bukan bekerja untuk tuan Narendra ataupun tuan muda Yoka. Dia hanya setia dan bekerja untuk almarhum nyonya Melda," jawaban dari Arsen, menginjak pedal gasnya lebih dalam. Mengetahui masalah yang dihadapi Dora.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 124 Episodes
Comments
Triani
lagi lagi ngiklan ..wk wk wk...
2023-08-09
2
Maya Kitajima
kereeen dora..lanjutkan...jangan mau di buly..kamu punya pelindung yang kuat
2023-06-14
1
Lovesekebon
Hmm.. semakin menarik 🤔🙄🥰🥰
2023-02-16
0