Yoka menghela napas kasar, duduk seorang diri di balkon kamarnya. Entah apa yang ada di fikirannya, air putih yang ada di gelasnya telah tandas.
Takut akan kegelapan? Dirinya memang takut, namun sinar bulan purnama malam ini begitu terang. Bunga lily putih yang terkena cahaya bulan, terlihat sedikit berkilau. Wajahnya tersenyum, hingga menyadari satu hal.
Seorang wanita mengendap-endap berjalan ke area belakang rumah. Seperti tahanan yang hendak melarikan diri. Kesal? Tentu saja, apa Dora begitu menyukai Jovan hingga berusaha keras untuk melarikan diri?
"Dasar tukang selingkuh!" batin seseorang pria yang kesal setengah mati. Bukan karena cemburu, dirinya hanya merasa tidak rela kala membayangkan bibir itu dinikmati pria lain. Sehelai tissue yang hanya boleh dimilikinya.
Brak!
Suara gelas yang diletakkannya dengan kasar diatas meja terdengar. Yoka mulai turun mengikuti langkah wanita menyebalkan yang tidak bisa diam. Matanya menelisik, menatap Dora yang berdiri diantara pembatas kolam renang dan tebing.
Tidak akan melepaskannya? Tentu saja, perlahan Yoka berenang di kolam tanpa disadari Dora. Handak menariknya kembali, namun hal yang tidak diduga terjadi. Wanita sialan itu terjatuh dari pembatas kolam.
"Dora!" suara panggilan yang tertahan tidak dapat dikeluarkannya. Jantungnya berdegup cepat, dengan segera menaiki pembatas kolam renang, melompat mengikutinya.
Hatinya terasa cemas, insting yang benar-benar terasa untuk menyelamatkan wanita yang kini berada di dasar sungai yang dalam. Tidak ingin kehilangannya, tidak ingin. Benar-benar menginginkan Dora dalam kehidupannya.
"Dasar wanita sialan!" batinnya tersenyum di dalam air meraih tangan Dora memeluk tubuhnya, dalam arus air sungai yang deras.
Semua terasa nyaman, dirinya bagaikan menemukan sesuatu yang kurang dalam kehidupannya. Merindukannya, bagaikan ratusan tahun tidak bertemu.
"Aku akan melindungimu," janji Yoka dalam hatinya, memeluk Dora erat. Merasakan arus sungai yang semakin deras, menghempaskan tubuh mereka.
Brak!
Punggungnya terbentur bebatuan sungai, tetap mendekap tubuh Dora, benar-benar melindunginya. Benar-benar merasa sakitnya goresan bebatuan tajam pada punggungnya.
"Kamu harus hidup,"pinta Yoka tanpa kata yang keluar dari mulutnya, menatap rambut dari wanita yang mendekapnya dengan erat, menyembunyikan wajah pada dada bidangnya.
Brak!
Benturan kedua terjadi, mereka terseret arus cukup jauh. Hingga tangan Yoka yang telah tergores batu sungai, memegang akar pohon, menghentikan tubuh mereka terseret lebih jauh.
*
Napas mereka tidak teratur, duduk di pinggir sungai. Mata Dora menelisik, dirinya tadi hampir saja mati. Tapi mengapa Yoka bisa muncul? Satu pertanyaan yang tidak dimengertinya.
Namun kemeja putih yang robek, dengan darah mengalir. Yoka terluka karena melindunginya.
Jemari tangan halus yang biasanya hanya bermain piano itu terlihat sedikit lebam, bergerak menyentuh pipi Dora.
Jantung Dora berdegup lebih cepat entah kenapa. Kala jemari dingin yang basah itu membelai pipinya, perlahan. Mengusap bibirnya, entah apa yang ada di fikiran Dora. Rasa terimakasih? Apa mungkin hanya itu?
Mata sang pemuda yang menatap lekat padanya. Seakan meminta ijin, entah apa yang akan dilakukannya. Tubuh basah yang kedinginan, perlahan saling mendekat. Jemari tangan Yoka menjalar ke tengkuk gadis di hadapannya.
Ingin rasanya Dora menolak semuanya. Kala hati dan fikirannya tidak sejalan. Rasa berdebar yang benar-benar nyaman, saat menatap wajah rupawan sang pemuda bisu.
Hanya mengikuti insting, matanya terpejam hampir bersamaan dengan wajah pemuda yang semakin mendekat. Sentuhan bibir terasa, mengantarkan suhu yang lebih hangat, sepasang bibir yang bergerak perlahan, tanpa terburu-buru atau penuh napsu. Bagaikan sang pemilik hanya mencari ketenangan dalam ciuman panjang mereka.
"Aku sudah gila!" batin Dora, mencengkeram lengan kemeja putih yang dipakai Yoka. Dirinya bagaikan wanita murahan yang dengan mudah bibirnya dapat dipermainkan pria. Namun, dirinya bagaikan dikendalikan Yoka.
Menuntunnya untuk membalas segalanya, hingga pangutan itu terhenti. Napas mereka memburu, menghirup udara dengan serakah.
"Ki... kita tidak melakukan apapun tadi! Lupakan kejadian tadi!" bentak Dora pada pemuda yang duduk di sampingnya. Mengalihkan pandangannya ke arah lain.
Sementara Yoka tersenyum, meraba bibirnya sendiri. Menemukan apa yang dicarinya, sesuatu yang bagaikan narkotika untuknya.
Ada apa dengan gadis ini? Apa karena rupanya yang sama dengan Anggeline? Dirinya mulai ragu, memegang dada kirinya, jantungnya berdetak lebih cepat dari biasanya.
Malam yang begitu gelap, pasalnya tepi sungai terdapat banyak pohon yang rimbun menghalangi cahaya bulan masuk. Tidak gemetar ketakutan? Tentu saja, jemari tangan Dora diraihnya, menggenggamnya erat. Ini benar-benar nyaman dan hangat.
Sementara Dora hanya diam, ingin menarik tangannya yang digenggam Yoka. Namun, hatinya ingin lebih lama seperti ini. Wajah wanita berambut pendek yang diam-diam tersenyum.
"Aku benar-benar sudah gila," batin Dora, hanya membiarkan hatinya yang bertindak kali ini saja.
Beberapa sinar lampu senter terlihat. Suara teriakan beberapa orang terdengar.
"Tuan muda!"
"Tuan muda!"
Beberapa pengawal yang mungkin menyadari tuan mereka melompat dari pembatas kolam renang. Mencari di daerah aliran sungai, berharap dapat menemukannya.
"Kami disini!" teriak Dora.
Dengan cepat Arsen dan beberapa pengawal segera berlari menghampiri mereka.
"Tuan muda," ucap Arsen cemas, melepaskan jasnya, dipergunakan untuk menyelimuti Yoka yang basah kuyup.
Pengawal lainnya membimbing Dora untuk kembali mengikuti langkah Arsen dan Yoka. Mata Dora tidak lepas menatap punggung Yoka yang berselimut jas hitam.
Wanita yang tertegun, merasa ada yang aneh dalam dirinya. Ingin melihat wajah pemuda rupawan itu, hanya ingin, ciuman yang terjadi beberapa saat lalu kembali terbayang. Tidak ada kata rayuan yang keluar dari bibir Yoka. Namun, dirinya membalas ciumannya, bahkan bergerak agresif.
Dora mengigit bagian bawah bibirnya sendiri, bagaikan menginginkannya lagi.
Plak!
Gadis itu menampar pipinya sendiri. Merutuki fikiran bersihnya yang mulai mesum.
"Aku tidak mungkin menyukai si bisu, aku tidak mungkin menyukai si bisu, aku tidak mungkin menyukai si bisu."Mantra yang diucapkannya berulang-ulang bingung dengan dirinya sendiri.
*
Pemuda yang hanya duduk menggunakan celana panjang kering, usai membersikan dirinya. Rambut yang terlihat masih basah, luka lebam dan goresan ada di punggungnya.
Arsen perlahan masuk ke dalam kamar Yoka membawa kotak P3K, mengingat pemuda sensitif yang tidak nyaman jika harus pergi ke rumah sakit. Serta menolak kedatangan dokter panggilan ke villanya.
"Tuan muda," ucapnya menunduk memberi hormat.
'Obati aku!' tulisan yang ditunjukkan papan putih Yoka.
Arsen tersenyum menyeringai, yang membuat terluka harus yang mengobati bukan? Inilah kesempatannya menyingkirkan sang batu kapur dari hati tuan mudanya. Mengganti dengan batu berlian, yang terlihat seperti batu kali dari luar.
"Bukan aku yang akan mengobati anda. Tapi orang yang membuat anda terluka, adalah orang yang harus bertanggung jawab," ucap Arsen masih tetap tersenyum.
*
Canggung? Begitulah suasana saat ini, untuk pertama kalinya dirinya menyentuh punggung pria dewasa. Seorang pemuda yang tidak memakai atasan.
Tidak bisakah Arsen menyediakan cotton bud? Hanya kapas yang disediakannya. Membuat bukan hanya ringisan akan perihnya obat yang terasa. Tapi juga sentuhan pelan jemari Dora.
Pria dan wanita satu ruangan. Yoka sama sekali tidak berani menoleh, darahnya berdesir hebat saat ini. Begitupun dengan Dora, antara takut dan ingin melihat wajah Yoka lagi.
Mereka tidak sedang jatuh cinta. Hanya saja perasaan tertarik yang membuat debaran di hati mereka tidak teratur. Benar-benar tidak jatuh cinta sama sekali, hanya saling merindukan dan takut kehilangan.
Apakah ini penyakit kronis seperti jantung koroner? Entahlah, mungkin saja, hanya mereka yang tahu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 124 Episodes
Comments
rahma manulang
makna lain dari jatuh cinta
2024-04-14
0
rahma manulang
sami mawon
2024-04-14
0
Lovesekebon
Bukan cinta 🥰🥰 tapi perasaan saling merindukan
2023-02-16
1