Angkot yang benar-benar penuh sesak, bau amis daging dan ikan mentah menyeruak diselingi dengan bau keringat dari beberapa orang. Bahkan ada siswa SMP yang berpegangan pada pintu angkot, hanya agar dapat segera sampai rumahnya di desa seberang.
Gadis berambut pendek itu menghela napas kasar, sudah terbiasa dengan situasi yang sering dihadapinya. Hingga melewati beberapa jalanan rusak, angkot akhirnya berhenti di area pasar.
Dora turun perlahan membeli beberapa cemilan dilanjutkan dengan berjalan kaki sekitar 3 kilometer melintasi area perkebunan jeruk dan coklat milik warga. Barulah rumah itu terlihat, rumah yang begitu ramai dengan beberapa warga desa.
Ibu yang menikah lagi setelah kematian ayahnya sudah membuatnya cukup pusing. Bagaimana tidak, ini sudah pernikahan ke tiga bagi ibunya. Suaminya yang sekarang sudah cukup baik, mungkin. Tapi Dora tidak tahan tinggal dengan ayah sambungnya. Pria yang seolah ingin menerkamnya ketika sekolah menengah pertama.
Mengintipnya yang sedang mandi, dirinya benar-benar tidak nyaman. Karena itulah Dora memutuskan kembali tinggal bersama neneknya. Setelah kakaknya pergi melarikan diri dari rumah, tidak tahan dengan ayah sambung mereka yang sering mabuk.
Dora sejatinya memiliki seorang kakak perempuan, yang melarikan diri dari rumah ketika SMU. Seorang kakak yang berjanji akan kembali untuk menjemputnya, namun entah kapan.
Sudah 11 tahun berlalu setelah kepergian kakaknya, dan 10 tahun setelah kematian neneknya. Kini dirinya kembali lagi ke rumah sang ibu. Entah apa tujuan ibunya tiba-tiba memanggilnya. Namun, dilihat dari berkumpulnya beberapa tetangga sekitar, ini bukan hal yang sederhana. Sebuah masalah, masalah yang benar-benar besar.
"Dora, ayo masuk! Kamu mandi dulu," ucap sang ibu menyambutnya.
Matanya menelisik, ibunya menelfon berkali-kali memastikan dirinya berangkat kembali tepat waktu. Apa sebenarnya rencana ibunya?
Dora hanya menurut, membersihkan dirinya, kemudian memakai kebaya. Pasalnya beberapa warga yang ada di rumahnya juga mengenakan kebaya serta batik. Ada apa ini? Apa ibunya akan menikah lagi? Tapi poliandri dilarang di negara ini.
Wajahnya pucat pasi, membayangkan ibunya tidur satu ranjang dengan dua pria. Namun, ini adalah keputusan ibunya dirinya hanya harus mengangguk menyetujui.
*
Suasana yang cukup canggung dalam ruang tamu rumah tersebut. Suasana bagaikan lamaran, pasalnya pak Sutoyo sang mantan kepala desa membawa beberapa orang. Lengkap dengan beberapa kotak berisikan perhiasan, serta salah satunya bahkan berisikan sertifikat tanah.
Ini resmi, ibunya akan menikah lagi dengan pria beristri empat. Tapi bagaimana dengan ayah tirinya, pria yang terus menatap genit kearah Dora?
Gadis itu menghela napas kasar, benar-benar tidak menyukai situasi saat ini. Ayah tiri br*ngsek yang selalu berusaha mencari kesempatan melecehkannya dan kakaknya yang telah melarikan diri entah kemana.
"Ibu, apa ibu akan menikah lagi?" bisiknya pada Vera, ibunya.
"Tidak," jawaban dari Vera tersenyum.
"Lalu?" Dora mengenyitkan keningnya, menelan ludahnya sendiri mulai memiliki firasat buruk.
"Istri keempat pak Sutoyo meninggal seminggu yang lalu. Pak Sutoyo mengadakan semacam pemilihan untuk calon istri keempatnya yang baru. Usiamu sudah 25 tahun! Teman-teman sebayamu sudah mempunyai anak seusia sekolah dasar! Dan kamu bahkan masih perawan hingga sekarang!" ucap Vera menghujat putrinya.
"Lalu?" tanya Dora meyakinkan pemikirannya salah.
"Ibu mengirim fotomu, tidak di sangka pak Sutoyo setuju. Seserahan pernikahannya juga tidak sedikit, percayalah jika menikah dengan Sutoyo maka hidupmu akan terjamin. Tidak perlu jualan kue dan buah lagi," jawaban Vera meyakinkan putrinya.
"Aku tidak mau! Apa ibu sudah gila?! Aku tidak mau tinggal di harem, bersaing dengan tiga wanita senior untuk memperebutkan cinta dari permen karet keriput," bisik Dora benar-benar jengkel.
"Tapi ini satu-satunya peluang untukmu. Coba fikir, Jovan sudah akan menikah dengan Meira. Kamu hanya akan menjadi perawan tua keriput kesepian. Pak Sutoyo memberikan sertifikat toko sembakonya untuk kamu kelola," bisik Vera berusaha terlihat tersenyum.
"Kalian sedang bicara tentang apa? Lebih baik kita bicarakan tentang pernikahan saja. Dora, kamu pasti ingat saya? Saya dulu pernah memberikan ice cream padamu," ucap Sutoyo lembut, seakan bagaikan kisah cinta yang indah antara pasangan beda usia. Tentang seorang pemuda rupawan yang memberikan ice cream pada anak kecil, kemudian menikahi sang anak.
Tapi apakah itu kenyataannya?
"Dia bersikap seolah-olah ini adalah kisah romantis," batin Dora berusaha untuk tersenyum. Dalam ingatannya hal yang berbeda, bukan ice cream. Tapi es potong, saat itu anak Sutoyo yang seusia dengannya menjatuhkan es potong ke tanah. Karena kotor Sutoyo meninggalkan es potong dan membelikan yang baru pada putranya.
Sedangkan Dora memungut es potong, mencucinya di air kran kemudian memakannya. Benar-benar sebuah kenyataan yang berbanding terbalik.
Wajah gadis itu tetap berusaha tersenyum, berusaha menolak dengan sopan.
"Maaf sebelumnya, saya sudah punya pacar, jadi saya tidak bisa..." kata-kata Dora dipotong.
"Ibumu sudah bercerita, pacarmu seorang pegawai bank yang akan menikahi wanita lain," jawaban dari Sutoyo.
Sejenak Dora menatap tajam ke arah ibunya yang terus saja tersenyum, bagaikan orang bodoh.
"Ibu!" batinnya penuh amarah.
"Tapi saya sudah mempunyai pacar baru," jawaban dari Dora, masih mencari alasan pada orang tua yang bersikeras akan mencetak gol pada gawangnya ini.
"Siapa? Orang dari dusun mana? Apa dari desa yang sama denganmu? Biar saya temui, anak siapapun dia, tentara pun saya tidak takut!" komat-kamit mulut pak Sutoyo akan mengalahkan semua anak muda menggunakan kekuatan uang.
Dora benar-benar kehabisan akal, anak pejabat yang dikenalnya hanya anak pak lurah di desa sebelah. Itupun baru berusia tiga tahun.
Jemari tangannya mengepal, haruskah dirinya menggunakan nama Yoka lagi? Tapi dari pada dinikahkan kemudian pak Sutoyo melakukan gol pembukaan dirinya harus menghindar menggunakan nama Yoka.
Menghindar menggunakan nama Yoka? Apa suatu hari nanti Yoka yang akan diperbolehkan mencetak gol? Entahlah, sebaiknya tanyakan pada rumput yang bergoyang.
"Pak Sutoyo tau pemilik bangunan villa terbesar di kampung saya? Pacar saya tinggal di sana," kata-kata penuh dusta dan kesombongan dari bibir Dora.
"Tukang sapu, pelayan, atau security? Mereka bisa kasih kamu toko seperti saya?" tanya Sutoyo memandang hina.
"Dia bisa membelikan pusat perbelanjaannya! Pacarku pemilik vila di desa seberang! Namanya Yoka!" kata-kata dari mulut Dora membuat semua diam tertegun.
"Kamu sedang demam?" Sutoyo menghela napas kasar, menatap ke arah Dora, mengganggap mungkin gadis ini tengah linglung, karena cuaca panas di luar sana.
*
Sedangkan di tempat lain, pagi-pagi sekali Yoka telah terbangun dari tidurnya. Membuat sarapan mengusir semua pelayan dari dapur.
Meminta maaf? Itulah yang akan dilakukannya pada Dora. Bahkan mengepalkan nasi berbentuk wajah manusia, menggunakan rumput laut kering sebagai hiasan hidung, mulut, mata dan rambut pendeknya.
"Benar-benar mirip dengannya," batin Yoka, membayangkan senyuman di wajah Dora nantinya.
Apa mungkin mereka akan berbaikan? Atau mungkin berciuman? Dirinya benar-benar ingin memeluk tubuh itu.
"Aku sudah gila," gumam Yoka dalam hatinya, membayangkan tingkah lucu Dora
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 124 Episodes
Comments
rahma manulang
ga mungkin angeline..masa dia ga kenal sama angeline
2024-04-15
0
Sulaiman Efendy
BENARKN, TU DORA MAU DINIKAHKN, TPI PARAHNYA DGN PRIA TUA YG SDH PNY 3 ISTRI
2024-01-25
0
Lovesekebon
Hm 🤔🤭 permen karet
2023-02-16
1