Dengan sekuat tenaga dirinya kembali didorong. Benar-benar wanita menyebalkan bukan? Bagaimana cara mendekatinya?
Tapi satu hal, Yoka tidak akan melepaskannya. Kembali memeluknya, menginginkan kehangatan, sebentar saja, hanya untuk menenangkan dirinya.
Bau shampoo murah tercium, di sela rontaan gadis itu. Hingga Yoka melepaskan pelukannya, menatap ke arah Dora.
Wajah pucat pasi, tangan yang gemetar, namun bibir pemuda itu yang masih berusaha tersenyum.
"Apa kamu sakit?" tanya Dora menatap kearahnya.
Yoka menggeleng, membuka spidol dan meraih papan putih yang selalu dibawanya.
'Aku tidak sakit, hanya saja phonecellku rusak. Aku tidak bisa pulang, boleh aku menginap?' Kata-kata yang tertulis di papan putih.
Dengan cepat Dora menggeleng, dapat dibayangkan olehnya jika warga satu desa datang ke rumahnya. Menuduh dirinya memperkosa seorang pemuda bisu.
"Pulang sana!" bentak Dora mengusirnya.
Dhuar!
Suara petir menggelegar diiringi suara letupan dan listrik yang padam, mungkin salah satu gardu mengalami kerusakan. Ruangan yang benar-benar gelap gulita.
Tidak ada suara yang terdengar, Dora mulai meraba-raba mengambil senter kemudian menyalakannya. Matanya menelisik mengamati Yoka yang terlihat gelisah. Air mata pemuda itu mengalir.
"Apa kamu takut kegelapan?" tanya Dora ragu.
Yoka tiba-tiba kembali memeluknya, tubuh pemuda itu bergetar bagaikan menangis tanpa suara.
"Jadi benar-benar takut kegelapan?" Dora tertawa kecil menepuk punggungnya, berusaha menenangkan.
"Aku takut kamu dilukai dalam kegelapan..." batin Yoka, masih mengingat kematian ibunya. Wanita yang bersimbah darah mati di hadapannya, kala akan dilecehkan.
Pelukan yang benar-benar hangat, air matanya mengalir dalam rasa nyaman.
*
Hujan deras masih menerpa, pintu depan yang terbuka, kedua orang yang duduk di samping pintu dengan lilin yang menyala. Bukan untuk melakukan ritual pesugihan, ngepet. Melainkan memang hanya lilin itu satu-satunya sumber penerangan di ruangan tersebut.
Duduk di dekat pintu? Tidak ingin ada warga yang salah paham mengira mereka adalah pasangan mesum.
"Kenapa kamu ingin aku menjadi pelayan pribadimu?" tanya gadis itu menatap ke arah cahaya lilin.
'Karena kamu cantik dan pintar.' Kalimat rayuan tegangan tinggi ditulisnya.
"Karena wajahmu mirip dengan Anggeline. Jika aku tidak bisa mendapatkan sapu tanganku. Aku mungkin dapat hidup dengan selembar tissue." Kata-kata yang ada dalam hati pemuda itu.
Dora menoleh ke samping tiba-tiba, matanya menatap ke arah cermin tua yang terpajang di dinding.
"Jika diperhatikan aku memang cantik. Bahkan lebih cantik dari Meira," batinnya, masih pura-pura bersikap so cool. Padahal dalam hati ingin melompat-lompat kegirangan.
'Kamu ngantuk? Berbaringlah, aku akan pulang saat hujan reda.' Papan putih itu, kembali dilumuri tinta spidol.
"Aku tidak ngantuk! Tidak akan pernah tidur! Siapa tahu kamu mau melecehkanku saat aku tidur. Kemudian, meninggalkan," Kata-kata Dora terhenti menatap kegelisahan dalam raut wajah Yoka.
Melecehkan? Pemuda yang mengepalkan tangannya, situasi yang sempurna dengan adanya petir. Jemari tangannya tiba-tiba digenggam Dora.
"Jangan GR kamu takut kegelapan, karena itu wajahmu pucat kan?" tanyanya tersenyum. Dengan cepat Yoka mengangguk membenarkan.
*
Tidak akan pernah tidur? Kini Yoka berbaring di lantai setelah didekap Dora yang tertidur nyenyak. Mengeluarkan suara dengkuran kencang, dengan liurnya yang sedikit menetes ke lantai.
Wajah Yoka tersenyum, menyingkap anak rambut yang menutupi wajah Dora.
"Kamu bilang tidak akan tidur. Tapi dalam hitungan menit sudah tertidur. Benar-benar tidak memiliki kewaspadaan, dasar," batin Yoka, merasakan perasaan nyaman yang aneh.
Hingga suara mobil terdengar Arsen keluar dari mobil, segera berlari membawa payung hitam.
"Tuan muda," ucapnya, membawa dua buah payung. Menatap hal yang aneh, Yoka yang biasanya merasa sesak dan ketakutan saat malam gelap dengan hujan petir kini berbaring di lantai dingin dengan tenang.
Pemuda yang segera bangkit, meraih papan putih dan spidolnya.
'Aku akan memeriksa dokumen disini saja.' Itulah tulisan yang terlihat.
"Baik tuan muda." Arsen berjalan menuju mobilnya, mengambil tas besar berisikan tumpukan dokumen.
Arsen menghela napas kasar, benar-benar tidak pantas untuk tuan mudanya. Selain wajah yang cantik, tidak ada yang dimiliki wanita itu.
Bagaikan Dora akan menjadi menantunya, mengingat dirinya yang mandul tidak memiliki keturunan. Bekerja pada almarhum ibu Yoka dari Yoka belum terlahir.
"Tuan muda, dari keluarga mana Dora berasal? Dia lulusan apa? Apa saja aset yang dimilikinya?" tanya Arsen penasaran.
Yoka menulis dengan cepat di papan putihnya.
'Dia dari luar negeri, masih balita, aset yang dimilikinya sebuah peta dan seekor monyet putih.' Jawaban yang tertulis disana, membuat Arsen mengenyitkan keningnya.
"Dia tokoh animasi yang keluar dari TV?" tanyanya masih penasaran, mengingat tokoh animasi gadis berambut pendek.
Kesal? Tentu saja dirinya tengah bekerja, membaca dokumen. Tapi Arsen terus mengganggunya.
'Iya!' jawaban tegas yang tertulis di papan.
"Tuan anda masih waras kan?" tanya Arsen memastikan.
"Dasar! Br*ngesek! Menyebalkan! Tidak bisakah aku bekerja dengan lebih tenang!?" batin Yoka benar-benar membaca dokumen satu-persatu.
*
Pagi mulai menjelang hujan telah reda. Mengiringi kepergian Arsen tanpa tuannya. Pria paruh baya yang menghela napas kasar.
"Apa wanita itu akan sama saja dengan Anggeline!? Hanya menjadikan tuan muda sebagai batu pijakan?" gumamnya dalam mobil yang meninggalkan tempat tersebut.
Sedangkan Dora membuka matanya, mengamati keadaan sekitarnya. Bau aroma makanan tercium, benar-benar bebauan yang manis.
Perlahan dirinya bangkit, berjalan mencari arah sumber bebauan. Seorang pemuda terlihat disana, dengan sabar memasak makanan. Memasak? Dapur bagaikan medan perang baginya. Baru pertama kali memasak ikan diatas minyak panas. Memegang tutup panci melindungi wajahnya. Sambil sesekali memasukan kayu bakar kecil ke dalam tungku.
Terkadang membuat gerakan bagaikan bela diri. Bagaikan koki di kuil Shaolin. Pemuda yang benar-benar sombong, menunjukkan kemampuannya dengan benar-bebar norak. Dirinya harus sesekali memberi pelajaran. Agar segera pergi dari hidupnya.
***
"Ayo naik!" kata-kata dari mulut Dora, dengan Yoka yang memangku dua buah kotak besar cukup berat berisikan buah kiloan dan jajanan pasar ala nenek-nenek.
Motor mulai melaju dengan kecepatan tinggi, ingin rasanya Yoka berteriak mengumpat wanita yang membawa motor bebek.
"Wanita sialan! Jika aku mati bagaimana?! Aku bahkan tidak tahu rasanya malam pertama!" batinnya, benar-benar kesal.
Hingga motor bebek, bertenaga kuda miliknya terhenti di salah satu rumah ibu-ibu. Kedua box perlahan diturunkan Yoka.
"Ini pacarnya ya Dora? Jarang-jarang ada anak muda yang bisa diajak hidup susah." gumamnya kagum.
Mulut Dora yang hendak menjelaskan. Tiba-tiba disumpal kue cubit oleh Yoka. Pemuda yang mengangguk antusias, membenarkan bahwa dialah pacar seorang Dora.
"Dasar sial!" gumam Dora kalah satu langkah lagi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 124 Episodes
Comments
Arima Nur
pasangan yg romantis 😂😂😂enak kan Dora kue cubitnya🤭
2024-06-06
0
rahma manulang
/Drool//Facepalm//Facepalm/
2024-04-14
0
Ran Aulia
🤣🤣🤣🤣
2023-07-09
3