Kini jemarinya yang tengah diobati, wajah tertunduk dengan rambut yang juga setengah kering. Wajah Yoka perlahan tersenyum, kali ini wanita di hadapannya menjadi selembar tissue yang baik.
Mungkin perlahan Dora akan paham, dan berhenti mencoba keluar dari villa. Mata Dora beralih menatap ke arah Yoka yang terlihat memperhatikannya. Dengan cepat pemuda itu mengalihkan pandangannya, salah tingkah.
"Terimakasih," ucap Dora tertunduk.
Yoka tersenyum, mengacak-acak rambut Dora. Kemudian menulis di papan putihnya.
'Jangan melarikan diri lagi, atau aku akan memasang tralis di kamarmu,' itulah yang tertulis.
"Dasar bisu! Itu karenamu tidak mengijinkan aku bertemu dengan Jovan!" ucap Dora sengit. Sedangkan Yoka menatap kesal, kembali menulis dengan cepat.
'Untuk apa menemuinya? Ingin tidur dengannya seperti yang dikatakan ibu temanmu?! Kamu ingin bersamanya?!'
Yoka benar-bebar kesal, setiap nama itu disebutkan oleh bibir wanita di hadapannya. Kata-kata dari Saswati dan Meira terbayang di benaknya.
Membayangkan Dora menyerahkan diri pada seorang pria bernama Jovan. Tidak boleh, Dora hanya miliknya, seseorang yang akan menemaninya tinggal di villa ini, menggantikan sosok Anggeline.
"Tidur dengannya?! Kamu bahkan mengambil ciuman pertamaku! Bagaimana ceritanya aku tidur dengan Jovan?! Ciuman saja tidak pernah! Kecuali dengan si br*ngesek yang pura-pura bisu sepertimu!" Makian yang keluar dari mulut Dora.
Yoka menipiskan bibir berusaha tidak tersenyum. Jadi benar-benar ciuman pertama? Dirinya yang pertama kali merasakan bibir Dora. Bahkan tanpa sadar pemuda itu menggigit bagian bawah bibirnya sendiri.
"Apa senyum-senyum! Kamu cuma mau menghinaku kan?! Iya! Aku tandatangan karena tertarik dengan gaji yang kamu tawarkan! Tapi aku menjual tenaga, bukan tubuh. Kamu fikir aku wanita penghibur?!" Lagi-lagi kata bentakan yang keluar dari mulut Dora. Tapi anehnya hanya dibalas dengan senyuman oleh Yoka. Pemuda yang kembali menulis di papan putihnya.
'Tetap tidak boleh keluar, jika hanya untuk menemui Jovan,' kalimat yang tertulis ditunjukkan Yoka penuh senyuman.
Kesal? Tentu saja, dengan cepat Dora bangkit. Hendak berjalan keluar dari kamar Yoka. Sedikit menoleh, mengeluarkan tatapan, bagaikan hendak mencabik-cabiknya.
"Aku muak! Mau mati atau terluka! Aku akan melompati tembok, aku juga ingin kuliah! Menemui Jovan, kemudian menampar wajahnya!" Lagi-lagi kata-kata dengan nada tinggi keluar dari mulut Dora. Wanita yang mulai melangkah pergi.
Si bisu yang egois, tetap saja si bisu yang egois baginya. Dora berjalan dengan cepat, namun langkahnya tiba-tiba terhenti. Tangan seorang pria yang bertelanjang dada melingkar di tubuhnya. Seorang pria yang memeluknya dari belakang. Menyandarkan dagunya pada bahu Dora.
"Jangan pergi," dua kata yang tertahan tidak dapat diucapkan Yoka. Pemuda yang kini tersenyum, memiliki apa yang dicarinya.
Tubuh yang kini didekapnya terasa hangat, ini benar-benar nyaman baginya. Pengganti Anggeline? Benar-benar pria br*ngesek yang masih mengira cinta pertama adalah cinta terakhir.
Bug!
Kakinya diinjak dengan keras oleh Dora, dengan cepat Yoka melepaskan pelukannya, memegangi kakinya yang terasa sakit.
"Berani memelukku?! Kamu pasti senang kan?! Mengira aku wanita murahan, kemudian menggodaku, mengira aku tidak perawan! Meniduriku dengan kasar, pada akhirnya merasa bersalah karena aku masih perawan seperti yang ada dalam novel-novel online!" Komat-kamit mulut Dora mengomel, pemuda yang menghela napas kasar, hanya dapat diam.
Tapi memang begitu bukan? Kala seorang wanita mengomel, sebagai seorang pria hanya dapat diam dan mendengarkan. Ketika omelan itu berakhir barulah mulai untuk membuatnya tidak marah lagi.
Namun mulut Dora yang terlanjur murka bergerak lebih cepat daripada motor bebek tangguh yang dimilikinya.
"Kamu dengar tidak?! Aku tidak tertarik dengan kekayaan! Bahkan menurutku pengawal di gerbang depan lebih gagah dari pada pemain piano lembek sepertimu! Pelayan pria bahkan lebih penyayang darimu! Aku tidak tertarik dengan kehidupanmu yang lurus dan datar. Makan, tidur, bermain alat musik, membaca di perpustakaan, apa lagi yang kamu lakukan? Hah?! Dasar pria bisu membosankan setengah mati!" ucap Dora tanpa henti, bahkan dirinya sempat terbatuk-batuk karena mengomel terlalu lama.
Yoka kembali menghela napas, mengambil tea pot, menuangkan teh hangat ke dalam cangkir. Kemudian menyodorkannya pada Dora penuh senyuman. Dengan tidak tahu malunya Dora meminum hingga tandas.
Pemuda itu kembali meraih papan putih dan spidolnya kemudian menulis.
'Kamu boleh menemui Jovan. Dan juga besok, mulailah mendaftar kuliah,'
"Mendaftar kuliah? Aku masih bekerja dan..." kata-kata wanita itu terpotong, pemuda yang menulis dengan lebih cepat.
'Aku yang akan membiayai, tapi ingat! Ini hanya pinjaman. Kamu harus mengembalikan dengan bekerja padaku, sepulang kuliah,' itulah kata-kata yang terlihat di papan putih.
Dora mulai berteriak, bahkan melompat, tanpa sadar dirinya memeluk Yoka erat.
"Terimakasih! Tapi aku tidak perlu menjual diri padamu kan?" tanya Dora curiga, mengingat biaya kuliah kedokteran yang besar.
Yoka menghela napas kasar kemudian menggeleng. Hatinya lebih terasa hangat lagi, bagaikan menerima terpaan angin musim semi, menatap wanita yang tersenyum dalam dekapannya.
Gadis yang memeluk penuh rasa haru, memeluk tubuh Yoka yang memakai celana panjang, masih tanpa atasan usai punggungnya diobati. Tidak menyadari dirinya kini memeluk tubuh pria, yang bertelanjang dada.
Hingga, Dora membulatkan matanya, tubuh dingin yang benar-benar indah, otot-otot perut dan dada Yoka. Walaupun tidak seperti pengawal penjaga gerbang, yang memiliki tubuh lumayan besar. Tapi ini sangat menggoda, tubuh yang lebih menarik daripada penjaga gerbang depan. Gadis muda yang fikirannya mulai tercemar hanya karena si bisu yang sering mencium dan menyentuh tubuhnya.
Dengan cepat Dora melepaskan pelukannya, gadis yang gelagapan, merasakan hawa panas yang aneh di sekujur tubuhnya.
"Terimakasih," Dora mundur sekitar tiga langkah, membungkuk 90 derajat, kemudian pergi melarikan diri dengan cepat.
Sementara Yoka hanya terdiam, tidak mengerti dengan wanita yang baru saja melarikan diri dari kamarnya.
Namun sang pemuda yang mulai tersenyum, menipiskan bibirnya. Piyama berbentuk kimono dikenakannya, pemuda yang menyelimuti dirinya memejamkan mata dalam senyuman. Tidak sabar menanti hari esok, hal apa saja yang akan terjadi.
*
Memakai pakaian terbaik yang dimilikinya, hari ini dirinya sarapan di dapur dengan cepat. Berjalan mencari keberadaan Arsen, yang akan mengantarnya untuk mencari informasi tentang kampus.
Namun pria paruh baya itu hanya terdiam, tidak terlihat berniat mengantar Dora sama sekali.
"Paman, ini sudah hampir siang, paman janji akan mengantarku mencari kampus yang cocok jadi..." kata-katanya terpotong.
"Katakan kamu akan berangkat pada tuan muda, mintalah ijin darinya. Setidaknya biarkan dia mencium keningmu, baru kamu boleh berangkat," kata-kata dengan ekspresi datar dari mulut Arsen.
"A...apa? Ijin? Mencium kening?! Paman bercanda kan?" tanya Dora tertawa kecil. Tapi hanya sejenak, tawanya terhenti, menatap ekspresi wajah datar yang ditunjukkan Arsen.
"Jadi paman tidak bercanda?!" tanya Dora memastikan, dijawab hanya dengan anggukan oleh Arsen.
Benar-benar tidak tanggung-tanggung berusaha mengganti Anggeline dari dalam hati Yoka. Ini bukan keinginan Yoka, tapi merupakan keinginan Arsen. Menginginkan sentuhan tubuh mereka lebih banyak, lebih banyak memiliki interaksi. Hingga ketika Anggeline menyesal nantinya, memohon pada Yoka untuk kembali. Tuan mudanya akan mengusirnya menggunakan *njing penjaga.
"Tuan muda saat ini ada jadwal berlatih wushu," ucap Arsen.
"Si lembek bisu bisa beladiri?!" gumam Dora tertawa, menganggap itu adalah lelucon.
"Kamu fikir dia mendapatkan bentuk tubuhnya dari mana? Otot-otot yang semalam kamu peluk dari depan dan belakang. Apa menyenangkan?" tanya Arsen, pada gadis yang wajahnya terlihat pucat pasi.
"Paman melihatnya?" Dora balik bertanya, dijawab dengan anggukan kepala oleh Arsen.
Pria paruh baya dengan ekspresi wajah datar mengenyitkan keningnya. Senyuman dan gelak tawa yang sejatinya tertahan dari tadi malam, masih disimpannya hingga sekarang, dalam wajah tegas tanpa ekspresi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 124 Episodes
Comments
Sulaiman Efendy
INI AKU BARU SUKA TOKOH PRIANYA JAGO BELADIRI, TDK SPRTI KENZO & TOMY. UNTUNGNYA KENZO & TOMY PNY PENGAWAL YG HEBAT2,, DN KENZO & TOMY PNY NYALI TINGGI, TRUTAMA KENZO...
2024-01-25
1
Lovesekebon
padahal Aslinya..Arsen pengen tertawa terbahak-bahak 🤭🤣🥰🥰
2023-02-16
1
✨Susanti✨
next
2022-10-08
2