Akhirnya, setelah mendapat persetujuan dari Bintang, maka ketiga perempuan itu kemudian pergi bersama ke ruang perawatan Ibu bintang.
"Dia Ibuku, Tapi sayangnya kita tidak masuk bisa masuk secara sembarangan. Dia sudah, selama 2 tahun dan terus-menerus hidup bergantung pada alat-alat yang dipasang pada tubuhnya." Ucap bintang sembari memandangi ibunya dari balik kaca yang disiapkan untuk keluarga memandangi pasien dalam ruangan.
"Ibu mu sakit apa?" Tanya Windy yang merasa sangat kasihan pada Bintang yang telah menceritakan bagaimana selama 2 tahun itu dia berjuang mati-matian untuk mendapatkan biaya agar Ibunya tetap dirawat di rumah sakit.
Bintang menghela nafas, "Awalnya Ibu dan ayahku mengalami kecelakaan, tetapi satu bulan setelah kecelakaan, ayahku meninggal, lalu Ibuku mengalami koma, demi pengobatan kedua orang tuaku, Aku sudah menjual banyak harta peninggalannya, jadi tidak ada lagi yang tersisa dari milik kami, kecuali hutang rumah sakit yang terus bertambah setiap hari." Ucap Bintang menjelaskan keadaannya sembari perempuan itu meneteskan air matanya menatap ke dalam kamar ibunya.
Dua perempuan yang mendengar ucapan Buntang hanya bisa menatap perempuan itu dengan rasa kasihan.
"Lalu selama ini bagaimana kau melunasi hutang rumah sakit Ayah dan ibumu?" Tanya Windy langsung membuat Bintang menyeka air matanya lalu perempuan itu tersenyum ke arah Rossa dan Windy.
"Untunglah Aku memiliki badan yang sehat dan kuat, jadi aku mengambil banyak sekali pekerjaan paruh waktu. Oya, Kalian bilang kalian ingin melukis? Ayo lakukan sekarang!" Ucap Bintang sembari memperbaiki pakaiannya yang kusut dan rambutnya yang berantakan agar bagus dilukis.
Dua perempuan yang melihat hal itu hanya bisa terpaku di tempat mereka, terutama Rossa yang tak pernah merasakan kesusahan sejak Ia lahir.
Dan juga, baru pertama kali itu Rossa melihat seorang perempuan yang ternyata begitu tersiksa, Baru beberapa detik yang lalu menangis, lalu tersenyum dan sekarang begitu bersemangat untuk mencari uang demi membayar biaya rumah sakit ibunya.
"Ayo pasang kanvas kita," ucap Windy pada Rossa membuat perempuan itu langsung tersadar lalu mereka dengan cepat menyiapkan peralatan melukis mereka.
"Jadi Apakah aku harus berdiri seperti ini?" Tanya bintang saat dia melihat dua orang di depannya selesai memasang seluruh perlengkapan mereka untuk melukis.
"Hm,,," Rossa memegang dagunya sembari berpikir tentang bagaimana mereka akan mencari suasana yang dramatis.
"Bagaimana kalau dia duduk sembari melihat tagihan rumah sakitnya? Lalu kita juga bisa sekaligus melukis ibunya yang terlihat dari balik kaca." Ucap Windy langsung membuat Rossa menjentikkan jarinya.
"Benar sekali, Kalau begitu mari kita mengambil kursi." Kata Rossa hendak pergi mengambil kursi ketika Bintang lebih dulu berlari mencari kursi lalu dia membawanya ke ruangan tersebut.
"Apakah begini?" Tanya Bintang yang bersemangat duduk di kursi sembari mengeluarkan surat tagihan rumah sakit orang tuanya.
"Ah,, ya, lalu bisakah kau memperlihatkan ekspresimu yang mendalam saat mengingat orang tuamu yang terbaring di rumah sakit dan juga biaya pengobatannya?" Tanya Windy langsung diangguki oleh Bintang.
Maka begitu, Bintang duduk tertunduk sembari memegang biaya tagihan rumah sakit orang tuanya dan satu tangannya berada di pipinya menghapus air mata yang langsung saja berderai ketika dia kembali membaca nominal tagihan rumah sakitnya.
Rossa dan Windy langsung menelan air liur mereka menatap suasana menyedihkan yang langsung terlihat di mata mereka.
"Ayo melukis saja," kata Windy setelah beberapa detik terdiam Karena rasa ibanya terhadap Bintang.
Maka begitu, keduanya langsung melukis dengan cepat agar Bintang tidak terlalu tersiksa dalam posenya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 97 Episodes
Comments
Suriani Amir ZA
Alhamdulillah masih lanjut ceritanya🤗
2022-09-03
0
◡̈⃝︎➤N୧⃝🆖LU⃝SI✰◡̈⃝︎👾
semangat terus otor
2022-09-03
0
Erniwati Lingga
lanjut dong tor ceritanya seru
2022-09-02
0