Caraka mengangguk pelan lalu ia tersenyum pada gadis yang ia cintai itu. Gadis yang dengan rasa percaya diri bisa ia gapai, tapi nyatanya malah jadi seperti ini.
Ia teringat kata Bintang, ia terlalu main-main untuk mendapatkan gadis sehebat dan sebaik Chiara.
"Syukurlah kalau kamu bahagia, Chi!" ucap Caraka dengan penuh lapang dada.
"Aku hanya ingin tahu hal itu..." Caraka menatap Chiara dalam-dalam karena setelah pertunangan nanti ada banyak kemungkinan yang akan terjadi. Dan bisa saja ia tidak akan bisa bertemu Chiara kembali.
Mungkin Chiara akan terus bahagia bersama Daffin. Mungkin Chiara akan sering menangis setelah tahu sifat asli Daffin, atau bahkan mungkin gadis itu akan pergi jauh demi menghindari luka.
Dan Caraka, dia akan tetap berdiri meski badai sekali pun yang menerpa tubuhnya. Rasa cintanya tak akan pernah berubah. Chiara tetap gadis istimewa dimatanya.
Caraka tersenyum miring. "Padahal aku berharap kamu mau pergi jauh bersamaku meninggalkan pesta pertunangan itu," ucap Caraka memberanikan diri. Ia masih berusaha agar Chiara tidak bersama Daffin.
Chiara menatap dalam wajah Caraka. Ada raut sedih, khawatir dan putus asa. Chiara melihat Caraka sungguh tampak berbeda.
Chiara menebak-nebak, apakah ini karena ia tak membalas perasaan Caraka atau karena pria itu kecewa sebab Chiara memilih Daffin tanpa memberinya alasan apapun.
Chiara menghela nafas. Syakilla benar, menjalin hubungan dengan orang yang telah lama kita kenal akan jauh lebih baik, karena kita sudah tahu baik buruknya orang tersebut.
Seperti aku bisa yang merasakan betapa aku mengenali bang Caraka. Aku bisa tahu perasaannya bahkan saat dia hanya diam.
Sementara Daffin?
Huuh! Apa yang kufikirkan ini? Aku gak boleh mikir yang lain dulu. Aku harus fokus sama pertunanganku.
Chiara menggeleng pelan. Ia berusaha membuang fikiran aneh yang sempat melintas dalam otaknya.
"Aku tidak mungkin melakukan semua itu, Bang! Semua ini keputusanku. Papi dan Bang Rion juga setuju. Dan pertunangan itu tinggal 2 hari lagi."
"Justru karena kamu masih punya waktu 2 hari, Chi... Fikirkan baik-baik, karena waktu dua hari menentukan masa depanmu."
"Jangan fikirkan soal aku, tapi fikirkan tentang masa depanmu."
"Aku ikhlas melepas kamu, asal kamu bahagia..."
"Asal pria itu, pria yang baik..."
"Aku akan berusaha melupakan perasaan yang sudah berulang kali ku ungkapkan tapi belum ada balasan."
Caraka tersenyum miris. "Dan pertunangan ini, ku anggap sebagai penolakan dari kamu, Chi..."
Chiara menggigit bibir bawahnya. "Maaf kalau abang ternyata masih menunggu jawabanku."
"Aku mengira, abang lebih memilih..."
"Sabella?" potong Caraka dan ia menggeleng.
"Kelak, siapapun pasanganku, aku akan menjadikan wanita itu ratu dalam hati dan rumahku..." lanjut Caraka.
"Meski itu kamu atau siapapun, Chi."
"Sabella hanya temanku! Dan sepertinya semua orang salah menilai mengenai kami."
"Dia satu-satunya teman diluar pekerjaanku sebagai dokter dan diluar lingkaran pertemanan kita."
"Dan rasanya percuma saja, meski ribuan kali ku katakan aku gak ada hubungan istimewa sama dia."
"Yang penting, aku gak melibatkan perasaan apapun dalam pertemanan kami."
"Dan aku yakin, kelak akan ada gadis yang percaya hal itu. Karena aku berprinsip, kepercayaan terhadap pasangan itu kunci keberhasilan suatu hubungan."
Chiara tertegun mendengar apa yang Caraka katakan. Chiara membenarkan apa yang ia dengar barusan.
Percaya terhadap pasangan adalah kunci keberhasilan suatu hubungan.
Bagaimana mungkin hubunganku dan Daffin akan berhasil kalau belum apa-apa aku sudah meragukannya seperti ini?
Aku belum melihat kesehariannya di rumah. Bahkan aku baru beberapa jam bersama teman-temannya dan keraguanku semakin besar. Batin Chiara.
"Bagaimana Kak Bintang percaya pada Rion yang jauh lebih muda untuk membimbingnya," ucap Caraka lagi setelah menunggu Chiara untuk bicara namun, gadis itu malah diam dan termenung.
Chiara seketika langsung fokus pada Caraka yang menyebut nama abang dan kakak iparnya.
"Bagaimana Kak Zoy percaya kebahagiaannya ada pada bang Ezra, yang tidak punya harta sebanyak dirinya," lanjut Caraka lagi.
"Bagaimana Naira yang percaya bahwa Nair adalah jodohnya meski pria itu kesulitan mendapat restu orang tuanya sendiri."
"Dan bagaimana Tiara percaya pada Nath untuk menjadikan pria itu sebagai suaminya, meski pria itu juga yang sudah menodainya." Caraka tertawa hambar.
Caraka cukup pintar untuk menilai suatu hubungan dari apa yang ia lihat dan terjadi pada saudara-saudaranya.
Caraka tahu, dibalik hubungan yang langgeng ada pergolakan batin yang luar biasa dahsyat terlebih saat kita akan menentukan pilihan.
"Menjalani hubungan itu bukan berdasarkan sekaya apa dia dan bagaimana cara dia memperlakukan orang lain."
"Hubungan itu dari hati, Chi. Kalau kamu yakin, jalani. Kalau enggak..." Caraka menggeleng. "Lebih baik mundur."
"Karena kalau sudah terlanjur masuk dalam jurang penyesalan, sebanyak apapun harta dan seberkuasa apapun kita serta orang dibelakang, gak akan bisa menyelamatkan kita dengan mudah."
Chiara hanya diam saja. Ia tentu tahu kisah orang-orang yang Caraka sebutkan tadi. Dimana salah satunya ada kakak iparnya sendiri, Bintang.
Caraka mengulurkan tangannya. "Selamat, Chiara! Semoga kamu bahagia."
Chiara terkesiap dan ia menatap uluran tangan itu cukup lama, lalu perlahan menjabat tangan besar milik dokter spesialis itu.
"Terima kasih, bang!" Chiara tersenyum kecil. "Doakan aku selalu bahagia dengan pilihanku."
"Maaf aku tidak bisa menerimamu karena..."
"Aku faham." Potong Caraka. Karena jika dibahas lagi, pembicaraan mereka akan berputar-putar di titik yang sama, yaitu kedekatannya dengan Sabella.
"Ayo kita pulang!" ajak Caraka.
Chiara mengangguk.
"Terima kasih, atas waktunya Chi!"
"Perlu ku antar?" tawar Caraka.
Chiara menggeleng. "Aku bawa mobil."
***
Sabella memeluk lutut disebuah kamar hotel yang entah sejak kapan menjadi kediaman keduanya setelah apartemen.
Setelah melampiaskan kecemburuannya, Daffin meninggalkan Sabella begitu saja hanya dengan meninggalakan sepucuk surat dan setumpuk uang.
Sabella menghela nafas berkali-kali. Entah sampai kapan ia akan terus terjerat dengan pria seperti Daffin. Pria yang mencintainya dengan cara yang salah.
Ponselnya berdering. Managernya menghubungi. Sabella menghembuskan nafas kasar. Manager dan asistennya tentu mencarinya yang tidak ada kabar sejak malam tadi, terlebih saat malam tadi, mereka tahu ia pergi dengan Caraka.
"Ya Dev," sapanya pada Devi, manager yang sudah bekerja padanya sejak awal mula kariernya.
"Kamu dimana, Sabella? Aku hampir lapor polisi karena kamu gak ada kabar sejak kemarin."
"Aku di tempat biasa!" jawab Sabella.
"Daffin lagi? Astaga!" Suara wanita di loudspeaker ponselnya terdengar begitu kesal.
"Malam ini akan ku jemput. Kita ada pemotretan. Aku udah re-scedule jadwal yang harusnya untuk besok."
"Kenapa?" tanya Sabella. "Aku lagi gak fit, Dev!"
"Aku gak bisa atur ulang jadwal lagi, Bel. Fotografer dan klien tidak punya jadwal kosong lagi selain malam ini."
"Jam 7. Ku jemput kamu di depan hotel."
"Tapi Dev..."
"Ayolah Sabella..."
"Ini kontrak besar. Dan job kamu sudah mulai berkurang semenjak kamu gak bisa profesional gara-gara Daffin itu!" Marah Devi membuat Sabella merasa kesal.
"Tolong bantu aku, Bel!"
"Aku capek dimarahin terus sama klien karena kamu."
"Oke... oke! Jemput aku jam 7 malam ini!"
Sabella membuang asal ponselnya. Seharian ini ia hanya berada di dalam hotel dan tidak melakukan perawatan seperti yang Daffin minta. Ia lebih suka menyimpan semua uang dari Daffin.
Jika dihitung, mungkin uang itu sudah cukup banyak untuk modal ia kabur keluar negeri. Pilihan terakhir, jika ia tidak bisa lepas dari Daffin dan mendapatkan Caraka.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 65 Episodes
Comments
Andi Syafaat
lanjut
2022-09-10
2
Elviza mela
mana mau caraka... udah beda keyakinan trus keluarga caraka juga gak setuju... dan sepertinya caraka bakalan pergi jauh setelah pertunangan chiara ya... lagian kamu gak bakalan bisa pergi dari daffin bel...
2022-09-10
2
Andi Sayyid
lanjut
2022-09-10
3