"Pagi sayang!" Sapa Daffin pada Chiara yang baru sampai di rumah sakit. Pria itu menunggu gadisnya di parkiran khusus yang disediakan untuk jajaran direksi dan staff rumah sakit ini.
"Kamu disini?" Tanya Chiara heran karena Daffin yang harusnya sibuk di kantor malah menunggunya di parkiran rumah sakit.
"Iya... kebetulan aku lewat dan pengen ketemu kamu, jadi aku tunggu aja disini." Daffin memeluk singkat tubuh langsing Chiara.
"Memangnya kamu dari mana, Mas? Kok bisa mampir kesini? Gak mungkin dari rumah, kan?" Tanya Chiara curiga.
Jarak rumah Daffin dan kantornya lumayan jauh dari rumah sakit. Lalu dari mana pria itu hingga bisa mampir karena melewati rumah sakit ini.
"Ehm... aku tadi dari hotel," jawab Daffin cepat.
"Ya, dari hotel. Aku nginep di hotel setelah makan malam sama temen-temenku yang kebetulan baru ngerayain ulang tahun, Sayang!" Jawab Daffin.
Malam tadi, Daffin memang mengatakan bahwa pria itu sedang berada di salah satu restoran milik temannya dan mereka sedang merayakan acara ulang tahun salah satu temannya.
Dan pria itu tidak mengabari Chiara jam berapa acara itu selesai.
"Kamu tahu sendiri, kan! Kalau laki-laki udah ngumpul sama temennya, pasti suka lupa waktu. Jadi aku lebih milih nginap di hotel dari pada pulang ke rumah."
"Aku juga gak bisa tidur terlalu malam. Jadi karena mengantuk dan bahaya nyetir sendiri, aku putusin untuk Check in."
"Untung juga di mobil ada baju ganti." Pria itu tertawa gugup.
Chiara mengangguk tenang meski ia melihat ekspresi Daffin yang sedikit berbeda.
"Mau masuk?" Tanya Chiara.
Daffin menggeleng. "Aku cuma pengen ketemu kamu. Udah hilang kangennya kok!"
"Aku ke kantor dulu, sayang!" Daffin mengusap rambutnya.
"Have a nice day and take care!" Daffin tersenyum kecil.
"Kamu juga." Chiara melihat kepergian Daffin dan ia melambaikan tangannya. Pria itu langsung masuk ke dalam mobil dan segera meninggalkan tempat itu.
Chiara langsung masuk ke gedung rumah sakit dan segera berjalan menuju ruangannya. Ia sebenarnya merasa curiga pada pria yang mendadak banyak bicara saat ia terus menatap mata pria itu.
Tapi, Chiara tidak punya waktu untuk memikirkan Daffin. Banyak pekerjaan yang harus ia lakukan sekarang.
***
Sore hari, Caraka baru saja keluar dari gedung rumah sakit. Ia melajukan mobilnya tanpa arah.
"Sabella?" Caraka mengerem mendadak saat melihat Sabella dengan masker dan topi yang ia pakai, masuk ke dalam sebuah mobil mewah. Caraka dapat dengan mudah mengenali Sabella meski hanya dengan melihat postur tubuhnya.
Gadis itu sepertinya sedang terburu-buru. Tapi Caraka tidak mengenali mobil yang ditumpangi gadis itu.
"Mungkin rekan kerjanya, atau sesama teman modelnya!" gumam Caraka mencoba tidak peduli. Ia sudah bertekat untuk tidak lagi akrab dengan gadis itu.
Ia bahkan sudah bertekad untuk menjauh dari Sabella, sebisa mungkin. Nasehat Bintang cukup membuatnya sadar bahwa hubungannya dengan Sabella memang menyebabkan hubungan lainnya memburuk.
Pertama, perdebatan dengan orang tuanya. Kedua, selalu dipandang remeh oleh sepupu-sepupunya, seperti Rion, Nath dan Nair. Dan ketiga, ia bahkan kehilangan kesempatan untuk bisa bersama Chiara.
Caraka kembali melajukan mobilnya. Tapi siapa sangka, mobilnya dan mobil yang ditumpangi Sabella ternyata searah. Mobil mereka berhenti bersebelahan saat lampu merah.
Tangan Sabella terulur keluar saat pengamen berdiri sambil bernyanyi di samping kaca mobilnya. Ini yang Varaka suka dari Sabella, ia tidak sombong dan suka berbagi.
Tapi keningnya berkerut saat dengan jelas, dari kaca mobil yang terbuka ia melihat Sabella bersama pria yang ia kenal, yaitu Daffin, calon tunangan Chiara.
"Apa hubungan antara Sabella dengan Daffin?" gumam Caraka dibalik kaca mobilnya yang tertutup.
Sebelum kaca mobil yang Sabella tumpangi benar-benar tertutup, Caraka bisa melihat gadis itu merangkul lengan Daffin dengan begitu mesra.
Caraka membuka mulutnya tak percaya. "Gil*a!" mak *inya. "Ada hubungan apa mereka?" geramnya.
"Chiara tau atau enggak Daffin main gil* begini?" gumam Caraka lagi.
"Sabella... selama ini aku gak pernah tahu kalau dia kenal sama Daffin padahal kami lumayan akrab."
"Apa Daffin juga begitu? Dia gak pernah tahu kalau Sabella kenal denganku?"
"Sabella, aku akui kamu memang pintar menyembunyikan kehidupan pribadimu dari media."
"Buktinya sampai sekarang aku gak pernah menjadi kejaran wartawan karena mengenal kamu."
"Tapi apa dengan kepintaran ini, kamu memanfaatkannya untuk hal tidak baik?"
"Daffin dari keluarga terpandang, dan dia gak mungkin mau namanya terseret dan dihubung-hubungkan denganmu?"
"Lalu hubungan apa yang terjalin diantara kalian?"
Lampu lalu lintas berubah menjadi hijau, Caraka kembali melajukan mobilnya. Jarak mobil mereka lumayan jauh dan satu hal lagi yang paling mengejutkan yang Caraka lihat, Sabella dan Daffin masuk ke dalam hotel tempatnya menjemput gadis itu tadi malam.
Caraka mendadak tersadar, hotel yang mereka masuki adalah salah satu usaha milik keluarga Daffin. Hotel ini sudah memiliki banyak cabang hampir di setiap kota besar di pulau Jawa.
Caraka mencengkram setir mobilnya. "Ada yang main api sepertinya!"
Ia kembali melajukan mobilnya. Ia hanya berputar-putar saja di jantung ibu kota. Dadanya masih bergemuruh hebat. Ia tidak rela melepas Chiara bersama pria baj*ngan seperti Daffin.
Dan kakinya mengerem mendadak saat melihat di R Cafe, tepatnya di area parkir terlihat mobil para papa muda.
Ia otomatis membelokkan mobilnya ke sana. Ia disambut baik oleh pelayan yang mengenalnya dengan baik. Wajah tampan itu sangat mudah dikenali. Tubuh sixpack nan menggoda itu tak mungkin bisa hilang dari ingatan para gadis.
"Rion ada diatas?" tanyanya pada pelayan cafe.
"Ya, Mas. Ada teman-teman yang lain juga," jawab pelayan itu.
"Pesen cheese cake sama minumnya air putih dingin aja, mbak! Tolong antar keatas ya?"
Caraka langsung menuju ke lantai dua dimana ruangan Rion ada di sana setelah memesan apa yang ingin ia makan.
Caraka membuka pintu ruangan Rion dan tiga pria tampan langsung menatapnya.
"Kenapa? Damagenya kek aktor-aktor korea ya?" tanyanya percaya diri sambil melangkahkan kaki mendekati empat pria itu.
Rion, Nath dan Ethan langsung membuang padangan dengan bibir mencebik.
"Hahah... gitu banget muka kalian!"
Caraka duduk di sofa sementara Rion tengah memerikasa laporan Cafe. Ia yang sibuk mengurus perusahaan, Cafe dan rumah sakit, harus tetap bekerja meski sedang berkumpul dengan teman-temannya.
"Sibuk terus, Bos!" Sindir Caraka.
Rion tertawa mengejek. "Namanya juga cowok, mainnya sama pekerjaan! Bukan sama perasaan perempuan!"
Deg!
Ada jantung yang terhantam keras. Siapa lagi kalau buka jantung Caraka.
"Buahahahahah!" Nath dan Ethan kompak tertawa.
"Jantung langsung rontok!" Nath masih terkekeh.
"Ginjal langsung tukaran tempat sama kantung kemih!" tambah Ethan.
"Definisi sakit tidak berdarah yang sesungguhnya!" sahut Nath lagi.
Keduanya tahu, sindiran itu untuk siapa. Yang pasti, untuk pria dewasa yang masih belum menikah hingga saat ini.
"Ck!" Decak Caraka kesal. "Kalo cowok main barbie, baru boleh kalian ketawain!"
"Lagian, yang terlihat baik, belum tentu baik," lanjutnya lagi. Ia mendadak mengingat saat Daffin dan Sabella masuk ke dalam hotel.
Mau apa mereke di dalam? Apa mungkin ada bisnis atau kerja sama? Tapi aku gak pernah tahu Sabella ada pemotretan untuk promosi salah satu usaha milik keluarga Daffin.
Tapi ini hotel loh! Masa ia mereka main catur di dalam. Ck! Aku kenapa sih? Aku sebenarnya gak peduli mereka mau apa. Tapi kasian Chiara kalau Daffin itu ternyata pria berengs*k. Batin Caraka.
Caraka mengambil ponselnya dan menghubungi Sabella, namun tidak di jawab oleh gadis itu. Caraka meletakkan ponselnya dengan sedikit kesal karena rasa penasarannya tak terjawab.
Ia memilih menyuapkan cheese cakenya meski tatapan ke tiga pria dewasa itu tertuju padanya.
****
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 65 Episodes
Comments
Lihayati Khoirul
gak cocok Davin sama Chiara
smg ketahuan Chiara .
jika Davin berjalan dg Sabella.
2022-09-04
1
Andi Sayyid
lanjut
2022-09-04
1
Andi Syafaat
lanjut
2022-09-03
2