Chiara Arrayan Danadyaksa. Seorang dokter muda berusia 24 tahun, berparas cantik dan juga berkepribadian baik.
Di dalam kamar luas bernuansa biru shabby, gadis itu memandang foto dirinya bersama keluarga besarnya.
Ada Ray dan Sania- papi dan maminya. Ada Rion dan Bintang - abang dan kakak iparnya serta Queen dan Prince, dua keponakan lucu yang sudah berusia 8 dan 4 tahun.
Ia tersenyum memandang foto itu. Ditangannya ada undangan pertunangannya. Seminggu lagi, ia akan bertunangan dengan pria bernama Daffin.
"Kak Bi, sebentar lagi aku akan bertunangan."
Ia bicara dengan memandang foto Bintang yang tengah tersenyum manis itu. Ia memang terbiasa meminta nasehat kepada kakak iparnya itu.
"Daffin, ku tahu dia pria baik. Papi dan Mami serta bang Rion juga mengenalnya."
"Huuuh!" Chiara menghembuskan nafas lewat mulutnya.
"Aku menyukainya. Aku suka caranya menyatakan perasaannya padaku."
Beberapa minggu lalu, Daffin menyatakan perasaannya pada Chiara pada saat mereka sedang makan siang bersama di sebuah restoran.
Flashback On
"Chiara..." Pria berjas rapi di depan Chiara menatapnya begitu dalam.
"Ya..."
"Aku ingin mengatakan sesuatu padamu." Di luar jam kerja mereka memang tidak menggunakan bahasa formal.
Chiara mengangguk. "Katakan saja! Akan ku dengarkan," jawab Chiara pada pria yang berusia 3 tahun lebuh tua darinya.
"Aku... aku menyukaimu. Aku mencintaimu, Chi!"
To the point, Daffin mengungkapkan perasaannya membuat Chiara menatap serius pria di depannya.
Daffin perlahan meraih tangannya dan tersenyum kecil. "Aku jatuh cinta padamu sejak lama."
"Aku berusaha meyakinkan perasaanku dan jawabannya tetap sama. Aku benar-benar mencintaimu!"
"Selama ini aku tidak mengungkapkannya karena aku menunggumu hingga kamu selesai dengan program internship dan semua proses untuk kamu bisa menjadi seorang dokter."
"Aku benar-benar menunggu kamu selesai dengan urusan pendidikanmu."
"Aku ingin, saat aku menyatakan perasaanku, aku bisa langsung melamarmu dan bertunangan denganmu."
Chiara merasa jantungnya berdebar hebat. Ia sedang dilamar oleh seorang pria yang ia kenal sejak beberapa tahun lalu itu.
"Chiara, jadilah kekasihku. Dan kelak, menikahlah denganku. Aku berjanji akan membahagiakanmu dan tidak akan membatasi karirmu."
Flashback Off.
"Aku juga suka dia yang gantle langsung memintaku dari papi," lanjut Chiara masih bermonolog dengan foto Bintang.
"Tapi H-7 menjelang pertunangan kami, aku menjadi sedikit ragu padanya." Chiara tertunduk lesu. Ia membolak-balik undangan mewah ditangannya.
"Aku tiba-tiba mengkhawatirkan banyak hal. Apa seperti ini bujuk rayu setan saat manusia melangkah mendekat menuju pernikahan?"
"Ataukah ini yang namanya firasat bahwa apa yang ku pilih adalah salah?"
"Tapi, papi dan mami gak mungkin memutuskan orang yang salah untuk menjadi pendampingku. Selama ini mereka selalu melakukan yang terbaik dan alhamdulillah hasilnya baik."
"Lalu kenapa aku takut gak bahagia hidup dengannya?"
"Kak, kakak tau sendiri kan?" Chiara kembali menatap dan berbicara dengan foto Bintang.
"Role mode pasangan favoriteku, kan kalian berdua. Kakak dan Bang Rion." Chiara tertawa pelan. Ia seperti orang gila yang bicara sendiri.
"Kalian saling menyayangi satu sama lain. Dan aku suka cara Bang Rion memperlakukan kakak dengan begitu istimewa."
"Kakak terlihat spesial dimatanya. Dan aku ingin pria seperti itu yang akan menjadi suamiku kelak, Kak!"
"Apa aku mundur saja?" Chiara mendadak menjadi pesimis dengan pilihannya.
"Kadang aku berfikir, apa lagi yang ku cari lagi dalam hidupku?" Ia kembali melihat kertas undangan itu.
"Aku sudah menjadi seorang dokter, aku punya pekerjaan bahkan rumah sakit juga."
"Daffin juga gak melarang aku kalau nanti aku mau lanjut spesialis."
"Hidupku gak akan kekurangan materi. Semua sudah terjamin dan aku yakin Papi dan Bang Rion gak akan membiarkan hidupku susah."
Chiara menatap foto Bintang. "Kakak bilang cinta itu adalah rasa gak rela saat melihat pasangan kita dekat dengan gadis lain."
"Kakak bilang, cinta itu membuat kita menangis saat merasa bahagia dan bersedih."
"Orang yang kita cintai itu sebenarnya orang yang paling berpotensi membuat kita terluka. Bahkan hanya satu kalimat bentakan dari pasangan kita bisa begitu melukai perasaan."
"Dan semua itu gak aku temukan dalam diri Daffin, kak." Ucap Chiara kesal.
Chiara menghela nafas. Ia membaringkan tubuhnya diatas ranjang.
Banyak pria yang berusaha mendekatiku, tapi mengapa Daffin yang akan menjadi tunanganku. Kenapa aku sepertinya menyesali semua keputusanku untuk bersamanya?
"Bang Caraka, dia pernah memintaku untuk menikah dengannya. Tapi aku mengabaikannya."
Ia ingat pria bernama Caraka yang juga pernah menyatakan perasaan padanya. Bahkan pria itu sudah pernah mengajaknya menikah, dan mengatakan akan setia menunggu dirinya sampai ia siap untuk menerima pria itu.
Caraka bukan orang lain, ia masih ada hubungan kerabat dengan Bintang.
"Huh! Siapa suruh dia selalu nempel sama model seksi itu," kesal Chiara.
"Siapa juga yang mau sama pria gagal move on kayak dia. Entah gagal nove on atau memang dia yang suka php sama semua cewek." Keluh Chiara lagi.
Sejak ia masih kuliah dulu, Caraka mulai intens menunjukkan perhatian dan perasaannya.
Berulang kali pria itu mengatakan bahwa ia serius dengannya. Tapi, berulang kali pula Chiara mendapati fakta bahwa pria itu masih begitu dekat dengan mantannya.
Siapa yang tidak minder jika dibandingkan dengan model berbody bak gitar spanyol itu.
Menurut Chiara, kebanyakan pria menilai seorang gadis, pasti dengan meletakkan "nilai fisik" diurutan nomor satu. Dan Chiara yakin, pria bernama Caraka itu juga melakukan hal yang sama.
Berulang kali, Chiara meminta Caraka untuk menyelesaikan urusan pria itu dengan model seksi yang pernah menjadi kekasih Caraka.
Caraka selalu mengatakan urusan mereka sudah selesai. Bagaimana mungkin urusan mereka selesai sementara keduanya masih sering terlihat jalan bersama.
"Huh!" Chiara menghembuskan nafas berat.
"Semoga pilihan untuk bersama Daffin adalah keputusan yang tepat."
"Kak Bi sering bilang, bukankah cinta bisa tumbuh karena kita terbiasa bersama."
"Dan semoga rasa kagum dan penilaian ku yang tinggi terhadap Daffin, suatu saat nanti bisa berubah menjadi rasa cinta yang dalam hingga kami bisa hidup bersama untuk saling melengkapi."
Chiara memang jarang menceritakan masalahnya pada orang lain. Tapi, ia pendengar yang baik. Semua nasehat kakak iparnya itu selalu ia dengar dan ia ingat.
Chiara mencari nama Daffin Alexander Abraham di mesin pencarian di ponselnya. Dan muncullah sederet prestasi pria muda lulusan universitas di Amerika itu.
Sekarang, Daffin membantu orang tuanya mengurus banyak bisnis yang mereka geluti. Salah satunya adalah distributor alat medis dan obat-obatan. Dan perusahaan Daffinlah yang mensuplay peralatan medis dan obat-obatan di rumah sakit Danadyaksa hingga Ray dan Rion mengenal pria itu dengan baik.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 65 Episodes
Comments
Andi Sayyid
lanjut
2022-09-04
1
Andi Syafaat
lanjut
2022-09-03
3
Andi Muh.taufik Andi sayyid
......
2022-09-03
3