Bab 8 Butuh Bukti

Caraka bersiap dengan memakai celana pendek dan kaos putihnya. Ia memakai pomade, menyisir rambutnya dengan rapi dan tak lupa menyemprotkan parfum. Ia segera keluar dari kamar sambil menyambar jaket denim yang sudah ia siapkan diatas ranjang.

Malam ini, ia ingin mencari udara segar. Hal yang sangat jarang Carakan lakukan. Karena ia hanya akan keluar jika ada urusan rumah sakit, keluarga dan Sabella.

Kali ini, ia keluar atas keinginannya sendiri. Ia hanya mengikuti kemana angin membawanya. Menikmati waktu luangnya yang tak banyak.

Caraka keluar dari kamar dan seorang gadis yang kebetulan berselisihan jalan dengannya seketika terbahak.

"Hahahah... Crazy!" Tawanya lepas. "Ganteng banget, kamu bang!" puji Syakilla. Tidak biasanya ia melihat Carakan tampil rapi malam-malam begini. Karena Caraka yang sering ia lihat adalah Caraka yang akrab dengan boxer dan kaos oblong.

"Mau kemana?" tanya kemudian.

Caraka menghela nafas karena Syakilla mentertawakannya yang sedang galon... alias gagal move on!

Melupakan Chiara, belum ingin. Meninggalkan Sabella, masih harus cari bukti.

"Hang out!" jawabnya asal.

"Emang punya temen?" tanyanya menahan tawa. Gadis yang baru saja berjalan dari dapur itu senang sekali menggoda si jomblo ngenes di depannya ini.

"Ada lah! Entar di sana juga dapet temen!" jawabnya santai. Caraka berjalan melewati tubuh sang adik yang bahkan sampai memutar arah demi bisa terus memandang dirinya.

"Hati-hati!" Syakilla melambaikan tangannya.

"Sebelum kenalan, lihat dulu kakinya bang! Napak di tanah apa enggak!" Ia tertawa geli.

"Sebenernya dia mau kemana ya?" Syakilla bermonolog, lalu mengangkat bahunya. "Terserahlah. Palingan Sabella lagi, Sabella lagi..."

Caraka berjalan melewati ruang tamu rumahnya. "Mau kemana, Ka?" suara lembut mamanya membuat langkah kakinya berhenti.

Ia melihat kearah sofa dan tersenyum kecil. "Keluar sebentar, Ma."

"Sabella lagi?" tanya Sora. Sementara Abi hanya diam saja mendengarkan keduanya berbicara.

Caraka tertawa. "Enggak. Nih lagi mau belajar cari yang lain!"

"Doain dapet yang sesuai sama ekspektasi mama papa."

"Carakan pergi dulu. Assalamualaikum!" Pamitnya melanjutkan langkah.

Caraka tidak tahu, ada hati sepasang orang tua yang iba padanya, sebab harus mencari gadis lain demi membuat mama dan papanya senang.

Sora tahu, Caraka sedang berusaha meninggalkan Sabella yang hanya berstatus sebagai temannya itu. Sora tidak melarang Caraka berhubungan dengan Sabella, tapi ia hanya berulang kali meminta untuk menjaga jarak.

Sora juga berulang kali meminta Caraka untuk mengenal gadia lain, agar tidak hanya ada Sabelle di dekatnya, hal yang membuat Abi-suaminya merasa was-was.

Caraka memilih mengendarai motor matic papanya. Sejenis motor besar yang jika dikendarai, kakinya bisa lurus ke depan.

"Naik ini aja. Siapa tahu dapet cewek sederhana dan gak matre..." Caraka tertawa sendiri.

"Lagi pula kan niatnya cari angin. Kalau naik mobil, bukan cari angin dong!"

Caraka sebenarnya tidak punya tempat tujuan. Ia hanya berputar-putar saja. Dan mendadak ia ingin ke hotel dimana Sabella dan Daffin terlihat bersama kemarin. Ia berharap akan menemukan petunjuk. Karena, kecurigaannya membuat dirinya sulit tidur.

Caraka nongkrong di warung kopi pinggir jalan. Tempat ini lumayan ramai dan yang pasti kopinya enak. Ia juga bisa melihat ke halaman hotel karena gerbang hotel yang terbuka.

Caraka duduk sendirian di meja paling ujung. Ia mencoba melakukan panggilan video dengan Sabella.

Dan ternyata, gadis itu menjawab panggilannya. Caraka terkesiap, ia langsung mendekatkan wajahnya ke layar ponsel agar Sabella tidak bisa melihat lokasi dimana Caraka berada sekarang.

"Hai Mas!" sapa Sabella dengan senyum lebarnya. "Tumben VC aku?"

"Heem... gak apa-apa. Cuma mau pastiin, kamu masih di luar kota atau udah balik. Aku mau bicara hal penting." Dan itu hanya akal-akalan Caraka saja.

"Yaaahh... aku masih di luar kota nih!" Ucap Sabella dengan nada sesal. "Ada hal penting apa, Mas?"

"Nanti aja Bel, nunggu kamu pulang "

"Lihat! Aku masih di hotel." Sabella menggunakan kemera belakangnya dan mengarahkan ponsel seseluruh kamar agar Caraka bisa melihat sekeliling.

Caraka terkejut saat melihat seorang laki-laki masuk dari arah pintu dan Sabella langsung memindahkan arah ponselnya kearah lain.

"Percaya kan, Mas?" ucap Sabella seolah Caraka tidak melihat pria yang baru saja masuk.

"Heem... Aku percaya... Kamu berapa lama disana?" tanya Caraka.

"Besok atau lusa aku udah balik. Kebetulan ada beberapa job tambahan di sini."

Job tambahan melayani Daffin? Batin Caraka.

"Ah, syukurlah. Lancar rezeki ya, Bell."

Panggilan diakhiri karena Sabella beralasan akan pergi bersama timnya. Caraka menghela nafas. Ia segera menghabiskan kopi di depannya dan bersiap meninggalkan tempat ini.

"Kemungkinan Sabella memang masih di dalam. Dan Daffin baru saja masuk," gumam Caraka saat ia sudah menaiki sepeda motornya. Ia memakai helm dan segera melajukan kendaraannya.

Aku semakin yakin, Sabella dan Daffin punya hubungan spesial. Tapi aku gak bisa buktikan apapun. Kalau aja Rion tahu sebrengs*ek apa calon iparnya itu, pasti dia sendiri yang akan membuat pertunangan itu batal.

Kalau aku mengatakan pada Rion tanpa bukti, bisa habis aku. Dia pasti berfikir aku hanya cari gara-gara dan ingin pertunangan itu dibatalkan.

***

Chiara merasa tidak tenang malam ini, karena alasan Daffin meeting dengan papanya yang menurutnya tidak masuk akal.

Sehabis magrib atau sehabis Sholat Isya, masih ada waktu luang. Dan jam 9 malam begini, biasanya orang-orang mulai beristirahat.

Apa mungkin ada masalah mendadak dengan perusahaan mereka? Apa mungkin hal itu terlalu urgent sehingga harus segera dibahas dan diselesaikan? Batin Chiara.

"Menebak-nebak begini, gak akan bikin aku tenang. Yang ada aku malah mikir yang aneh-aneh!" gumam Chiara kesal.

Ia membuka pintu kamarnya menuju balkon. Ia duduk meringkuk di sofa minimalis berwarna cream itu.

Ia memeluk bantal sofa dan matanya menatap ke arah langit yang bertabur bintang.

"Aku gak sabar menunggu sampai besok malam. Aku ingin tahu, seperti apa teman-teman Daffin."

"Apakah cara mereka berteman sama seperti Bang Rion, Nath, Nair, Ethan dan yang lainnya?"

"Ataukah mereka termasuk orang-orang penggila kehidupan bebas. Club malam, balapan motor atau mobil, atau mungkin penggila wanita malam..."

"Ya Allah..!" Chiara mengusap wajahnya. "Semakin aku mikirin ini, semakin terasa jauh jarak antara aku dan Mas Daffin," ucapnya kesal.

"Kenapa aku gak tau seujung kuku pun tentang pria itu?"

"Dan bodohnya.... Ah!" Chiara menutup wajahnya dengan batal persegi itu. Ia kesal pada dirinya sendiri yang dengan mudah menerima Daffin.

Ia selama ini hanya melihat Daffin dari sisi karier dan pekerjaannya saja. Ia akui Daffin memang sosok yang tampan dan berwibawa. Cara bicaranya nyaris sempurna, seperti kalangan pebisnis sukses lainnya.

"Syaaaaaa!" rengek Chiara saat wajah Syakilla muncul di layar ponselnya. Ia tidak bisa hanya diam dan diam merasakan kegalauan yang luar biasa ini.

Bercerita pada Syakilla mungkin pilihan tepat. Jika pada Lovely, ia tidak yakin waktunya pas karena gadis itu tengah melanjutkan S2nya di liar negeri.

"Hahahah... Kenapa Chi?" Syakilla tertawa melihat wajah Chiara yang sedang mewek di depan layar ponselnya.

"Muka kamu begitu banget?"

"Aku nyerah deh!" ucap Chiara pada Syakilla. "Aku nyerah pura-pura baik-baik aja."

Syakilla tertawa pelan. "Aku tahu kamu bimbang kan?"

Chiara mengangguk.

"Kelihatan dari wajah kamu, Chi. Kamu mau tunangan tapi gak ada aura bahagia sedikitpun di wajah kamu."

"Kamu menyesal?" Chiara diam saja menatap Syakilla.

"Ck! Gini nih nasibnya jadi dokter. Bisa nyembuhin orang, tapi gak bisa nyembuhin hati sendiri!" Keluh Syakilla.

"Beda kasus, Sya!"

"Sama aja sih menurutku! Abangku tuh, galau kayak orang gila gara-gara kamu mau tunangan!"

Chiara membulatkan matanya. Ia memang tidak pernah lagi bertemu Caraka sejak undangan pertunanganya sudah di kirim ke rumah mereka.

"Udah, gak usah difikirin!" lanjut Syakilla cepat. Ia merasa salah bicara soal Caraka. Ia rasa itu bukan haknya untuk memberi tahu Chiara mengenai kondisi abangnya.

"Bang Caraka udah biasa begitu, entar kalau dia fokus kerja, masalah dihidup dia minggir sendiri kok."

Chiara hanya angguk-angguk kepala saja. Ia sedang memikirkan apakah ia harus cerita pada Syakilla mengenai rencananya dan Daffin untuk bertemu dengan teman-teman calon tunangannya itu.

Terpopuler

Comments

Nur Denis

Nur Denis

saran aku gak usah di lanjutin pertunangannya, mending sma bang caraka aja😅😅😅

2022-09-07

1

Elviza mela

Elviza mela

mending cerita biar syakilla bisa beri solusi...

2022-09-06

1

Lihayati Khoirul

Lihayati Khoirul

harus cerita takutnya nanti di jebak

2022-09-06

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 Caraka Abimanyu
2 Bab 2 Chiara Arrayan Danadyaksa
3 Bab 3 Numpang Sarapan
4 Bab 4 Curiga
5 Bab 5 Endors
6 Bab 6 Dukungan
7 Bab 7 Syakilla in Action
8 Bab 8 Butuh Bukti
9 Bab 9 Misi dimulai
10 Bab 10 Tukang Intip
11 Bab 11 Strategi
12 Bab 12 Sabella Dan Daffin
13 Bab 13 Pertemuan Caraka dan Chiara
14 Bab 14 Pergi bersamaku
15 Bab 15 Caraka menyerah?
16 Bab 16 Kejutan
17 Bab 17 Huru Hara
18 Bab 18 Alasan Caraka
19 Bab 19 Ray dan Caraka
20 Bab 20 Friend Zone
21 Bab 21 Pergi
22 Bab 22 Terpuruk
23 Bab 23 Menolak Damai
24 Bab 24 Pertemuan
25 Bab 25 Panik
26 Bab 26 Dugaan
27 Bab 27 Titik Terang
28 Bab 28 Pamit
29 Bab 29 Kuat Terlihat Lemah
30 Bab 30 Rencana
31 Bab 31 Serangan Lagi
32 Bab 32 Tentang Raihan
33 Bab 33 Tertangkap
34 Bab 34 Dikejar Musuh
35 Bab 35 Keisengan Daffin
36 Bab 36 Selamat
37 Bab 37 Bersyukur
38 Bab 38 Pemakaman Abraham
39 Bab 39 Dukungan Keluarga
40 Bab 40 Celebration
41 Bab 41 Comblangin.
42 Bab 42 Misi Dimulai
43 Bab 43 Bukan Double Date
44 Bab 44 Ungkapan
45 Bab 45 Kesempatan
46 Bab 46 Jangan Sakiti!
47 Bab 47 Caraka Vs Danu
48 Bab 48 Syarat Jadi Mantu
49 Bab 49 Penolakan
50 Bab 50 Polisi
51 53. Bercocok Tanam
52 Bab 51 Saingan Baru
53 Bab 52 Gak Modal
54 Bab 53 Bercocok Tanam
55 Bab 54 Abang Ipar
56 Bab 55 Marry me!
57 Bab 56 Persiapan Pernikahan
58 Bab 57 Pasangan Baru
59 Bab 58 Sah
60 Bab 59 Resepsi
61 Bab 60 Honeymoon
62 Bab 61 Paris
63 Bab 62 Romantis
64 Bab 63 Kabar Bahagia di Hari Bahagia
65 Bab 64 Keluarga Besar
Episodes

Updated 65 Episodes

1
Bab 1 Caraka Abimanyu
2
Bab 2 Chiara Arrayan Danadyaksa
3
Bab 3 Numpang Sarapan
4
Bab 4 Curiga
5
Bab 5 Endors
6
Bab 6 Dukungan
7
Bab 7 Syakilla in Action
8
Bab 8 Butuh Bukti
9
Bab 9 Misi dimulai
10
Bab 10 Tukang Intip
11
Bab 11 Strategi
12
Bab 12 Sabella Dan Daffin
13
Bab 13 Pertemuan Caraka dan Chiara
14
Bab 14 Pergi bersamaku
15
Bab 15 Caraka menyerah?
16
Bab 16 Kejutan
17
Bab 17 Huru Hara
18
Bab 18 Alasan Caraka
19
Bab 19 Ray dan Caraka
20
Bab 20 Friend Zone
21
Bab 21 Pergi
22
Bab 22 Terpuruk
23
Bab 23 Menolak Damai
24
Bab 24 Pertemuan
25
Bab 25 Panik
26
Bab 26 Dugaan
27
Bab 27 Titik Terang
28
Bab 28 Pamit
29
Bab 29 Kuat Terlihat Lemah
30
Bab 30 Rencana
31
Bab 31 Serangan Lagi
32
Bab 32 Tentang Raihan
33
Bab 33 Tertangkap
34
Bab 34 Dikejar Musuh
35
Bab 35 Keisengan Daffin
36
Bab 36 Selamat
37
Bab 37 Bersyukur
38
Bab 38 Pemakaman Abraham
39
Bab 39 Dukungan Keluarga
40
Bab 40 Celebration
41
Bab 41 Comblangin.
42
Bab 42 Misi Dimulai
43
Bab 43 Bukan Double Date
44
Bab 44 Ungkapan
45
Bab 45 Kesempatan
46
Bab 46 Jangan Sakiti!
47
Bab 47 Caraka Vs Danu
48
Bab 48 Syarat Jadi Mantu
49
Bab 49 Penolakan
50
Bab 50 Polisi
51
53. Bercocok Tanam
52
Bab 51 Saingan Baru
53
Bab 52 Gak Modal
54
Bab 53 Bercocok Tanam
55
Bab 54 Abang Ipar
56
Bab 55 Marry me!
57
Bab 56 Persiapan Pernikahan
58
Bab 57 Pasangan Baru
59
Bab 58 Sah
60
Bab 59 Resepsi
61
Bab 60 Honeymoon
62
Bab 61 Paris
63
Bab 62 Romantis
64
Bab 63 Kabar Bahagia di Hari Bahagia
65
Bab 64 Keluarga Besar

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!