Caraka bersiap dengan memakai celana pendek dan kaos putihnya. Ia memakai pomade, menyisir rambutnya dengan rapi dan tak lupa menyemprotkan parfum. Ia segera keluar dari kamar sambil menyambar jaket denim yang sudah ia siapkan diatas ranjang.
Malam ini, ia ingin mencari udara segar. Hal yang sangat jarang Carakan lakukan. Karena ia hanya akan keluar jika ada urusan rumah sakit, keluarga dan Sabella.
Kali ini, ia keluar atas keinginannya sendiri. Ia hanya mengikuti kemana angin membawanya. Menikmati waktu luangnya yang tak banyak.
Caraka keluar dari kamar dan seorang gadis yang kebetulan berselisihan jalan dengannya seketika terbahak.
"Hahahah... Crazy!" Tawanya lepas. "Ganteng banget, kamu bang!" puji Syakilla. Tidak biasanya ia melihat Carakan tampil rapi malam-malam begini. Karena Caraka yang sering ia lihat adalah Caraka yang akrab dengan boxer dan kaos oblong.
"Mau kemana?" tanya kemudian.
Caraka menghela nafas karena Syakilla mentertawakannya yang sedang galon... alias gagal move on!
Melupakan Chiara, belum ingin. Meninggalkan Sabella, masih harus cari bukti.
"Hang out!" jawabnya asal.
"Emang punya temen?" tanyanya menahan tawa. Gadis yang baru saja berjalan dari dapur itu senang sekali menggoda si jomblo ngenes di depannya ini.
"Ada lah! Entar di sana juga dapet temen!" jawabnya santai. Caraka berjalan melewati tubuh sang adik yang bahkan sampai memutar arah demi bisa terus memandang dirinya.
"Hati-hati!" Syakilla melambaikan tangannya.
"Sebelum kenalan, lihat dulu kakinya bang! Napak di tanah apa enggak!" Ia tertawa geli.
"Sebenernya dia mau kemana ya?" Syakilla bermonolog, lalu mengangkat bahunya. "Terserahlah. Palingan Sabella lagi, Sabella lagi..."
Caraka berjalan melewati ruang tamu rumahnya. "Mau kemana, Ka?" suara lembut mamanya membuat langkah kakinya berhenti.
Ia melihat kearah sofa dan tersenyum kecil. "Keluar sebentar, Ma."
"Sabella lagi?" tanya Sora. Sementara Abi hanya diam saja mendengarkan keduanya berbicara.
Caraka tertawa. "Enggak. Nih lagi mau belajar cari yang lain!"
"Doain dapet yang sesuai sama ekspektasi mama papa."
"Carakan pergi dulu. Assalamualaikum!" Pamitnya melanjutkan langkah.
Caraka tidak tahu, ada hati sepasang orang tua yang iba padanya, sebab harus mencari gadis lain demi membuat mama dan papanya senang.
Sora tahu, Caraka sedang berusaha meninggalkan Sabella yang hanya berstatus sebagai temannya itu. Sora tidak melarang Caraka berhubungan dengan Sabella, tapi ia hanya berulang kali meminta untuk menjaga jarak.
Sora juga berulang kali meminta Caraka untuk mengenal gadia lain, agar tidak hanya ada Sabelle di dekatnya, hal yang membuat Abi-suaminya merasa was-was.
Caraka memilih mengendarai motor matic papanya. Sejenis motor besar yang jika dikendarai, kakinya bisa lurus ke depan.
"Naik ini aja. Siapa tahu dapet cewek sederhana dan gak matre..." Caraka tertawa sendiri.
"Lagi pula kan niatnya cari angin. Kalau naik mobil, bukan cari angin dong!"
Caraka sebenarnya tidak punya tempat tujuan. Ia hanya berputar-putar saja. Dan mendadak ia ingin ke hotel dimana Sabella dan Daffin terlihat bersama kemarin. Ia berharap akan menemukan petunjuk. Karena, kecurigaannya membuat dirinya sulit tidur.
Caraka nongkrong di warung kopi pinggir jalan. Tempat ini lumayan ramai dan yang pasti kopinya enak. Ia juga bisa melihat ke halaman hotel karena gerbang hotel yang terbuka.
Caraka duduk sendirian di meja paling ujung. Ia mencoba melakukan panggilan video dengan Sabella.
Dan ternyata, gadis itu menjawab panggilannya. Caraka terkesiap, ia langsung mendekatkan wajahnya ke layar ponsel agar Sabella tidak bisa melihat lokasi dimana Caraka berada sekarang.
"Hai Mas!" sapa Sabella dengan senyum lebarnya. "Tumben VC aku?"
"Heem... gak apa-apa. Cuma mau pastiin, kamu masih di luar kota atau udah balik. Aku mau bicara hal penting." Dan itu hanya akal-akalan Caraka saja.
"Yaaahh... aku masih di luar kota nih!" Ucap Sabella dengan nada sesal. "Ada hal penting apa, Mas?"
"Nanti aja Bel, nunggu kamu pulang "
"Lihat! Aku masih di hotel." Sabella menggunakan kemera belakangnya dan mengarahkan ponsel seseluruh kamar agar Caraka bisa melihat sekeliling.
Caraka terkejut saat melihat seorang laki-laki masuk dari arah pintu dan Sabella langsung memindahkan arah ponselnya kearah lain.
"Percaya kan, Mas?" ucap Sabella seolah Caraka tidak melihat pria yang baru saja masuk.
"Heem... Aku percaya... Kamu berapa lama disana?" tanya Caraka.
"Besok atau lusa aku udah balik. Kebetulan ada beberapa job tambahan di sini."
Job tambahan melayani Daffin? Batin Caraka.
"Ah, syukurlah. Lancar rezeki ya, Bell."
Panggilan diakhiri karena Sabella beralasan akan pergi bersama timnya. Caraka menghela nafas. Ia segera menghabiskan kopi di depannya dan bersiap meninggalkan tempat ini.
"Kemungkinan Sabella memang masih di dalam. Dan Daffin baru saja masuk," gumam Caraka saat ia sudah menaiki sepeda motornya. Ia memakai helm dan segera melajukan kendaraannya.
Aku semakin yakin, Sabella dan Daffin punya hubungan spesial. Tapi aku gak bisa buktikan apapun. Kalau aja Rion tahu sebrengs*ek apa calon iparnya itu, pasti dia sendiri yang akan membuat pertunangan itu batal.
Kalau aku mengatakan pada Rion tanpa bukti, bisa habis aku. Dia pasti berfikir aku hanya cari gara-gara dan ingin pertunangan itu dibatalkan.
***
Chiara merasa tidak tenang malam ini, karena alasan Daffin meeting dengan papanya yang menurutnya tidak masuk akal.
Sehabis magrib atau sehabis Sholat Isya, masih ada waktu luang. Dan jam 9 malam begini, biasanya orang-orang mulai beristirahat.
Apa mungkin ada masalah mendadak dengan perusahaan mereka? Apa mungkin hal itu terlalu urgent sehingga harus segera dibahas dan diselesaikan? Batin Chiara.
"Menebak-nebak begini, gak akan bikin aku tenang. Yang ada aku malah mikir yang aneh-aneh!" gumam Chiara kesal.
Ia membuka pintu kamarnya menuju balkon. Ia duduk meringkuk di sofa minimalis berwarna cream itu.
Ia memeluk bantal sofa dan matanya menatap ke arah langit yang bertabur bintang.
"Aku gak sabar menunggu sampai besok malam. Aku ingin tahu, seperti apa teman-teman Daffin."
"Apakah cara mereka berteman sama seperti Bang Rion, Nath, Nair, Ethan dan yang lainnya?"
"Ataukah mereka termasuk orang-orang penggila kehidupan bebas. Club malam, balapan motor atau mobil, atau mungkin penggila wanita malam..."
"Ya Allah..!" Chiara mengusap wajahnya. "Semakin aku mikirin ini, semakin terasa jauh jarak antara aku dan Mas Daffin," ucapnya kesal.
"Kenapa aku gak tau seujung kuku pun tentang pria itu?"
"Dan bodohnya.... Ah!" Chiara menutup wajahnya dengan batal persegi itu. Ia kesal pada dirinya sendiri yang dengan mudah menerima Daffin.
Ia selama ini hanya melihat Daffin dari sisi karier dan pekerjaannya saja. Ia akui Daffin memang sosok yang tampan dan berwibawa. Cara bicaranya nyaris sempurna, seperti kalangan pebisnis sukses lainnya.
"Syaaaaaa!" rengek Chiara saat wajah Syakilla muncul di layar ponselnya. Ia tidak bisa hanya diam dan diam merasakan kegalauan yang luar biasa ini.
Bercerita pada Syakilla mungkin pilihan tepat. Jika pada Lovely, ia tidak yakin waktunya pas karena gadis itu tengah melanjutkan S2nya di liar negeri.
"Hahahah... Kenapa Chi?" Syakilla tertawa melihat wajah Chiara yang sedang mewek di depan layar ponselnya.
"Muka kamu begitu banget?"
"Aku nyerah deh!" ucap Chiara pada Syakilla. "Aku nyerah pura-pura baik-baik aja."
Syakilla tertawa pelan. "Aku tahu kamu bimbang kan?"
Chiara mengangguk.
"Kelihatan dari wajah kamu, Chi. Kamu mau tunangan tapi gak ada aura bahagia sedikitpun di wajah kamu."
"Kamu menyesal?" Chiara diam saja menatap Syakilla.
"Ck! Gini nih nasibnya jadi dokter. Bisa nyembuhin orang, tapi gak bisa nyembuhin hati sendiri!" Keluh Syakilla.
"Beda kasus, Sya!"
"Sama aja sih menurutku! Abangku tuh, galau kayak orang gila gara-gara kamu mau tunangan!"
Chiara membulatkan matanya. Ia memang tidak pernah lagi bertemu Caraka sejak undangan pertunanganya sudah di kirim ke rumah mereka.
"Udah, gak usah difikirin!" lanjut Syakilla cepat. Ia merasa salah bicara soal Caraka. Ia rasa itu bukan haknya untuk memberi tahu Chiara mengenai kondisi abangnya.
"Bang Caraka udah biasa begitu, entar kalau dia fokus kerja, masalah dihidup dia minggir sendiri kok."
Chiara hanya angguk-angguk kepala saja. Ia sedang memikirkan apakah ia harus cerita pada Syakilla mengenai rencananya dan Daffin untuk bertemu dengan teman-teman calon tunangannya itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 65 Episodes
Comments
Nur Denis
saran aku gak usah di lanjutin pertunangannya, mending sma bang caraka aja😅😅😅
2022-09-07
1
Elviza mela
mending cerita biar syakilla bisa beri solusi...
2022-09-06
1
Lihayati Khoirul
harus cerita takutnya nanti di jebak
2022-09-06
1