Di kamar Chiara....
Sania dan Ray memeluk erat putri mereka. Tangis gadis itu sudah tak tertahan lagi. Air matanya tumpah dan bibirnya tertutup rapat. Tidak ada satu katapun yang keluar dari bibirnya.
"Sayang...!" Sania mengusap air mata anak gadisnya.
"Jangan sedih yaa, kamu pasti akan kembali dipertemukan dengan pria yang jauh lebih baik dari Daffin." Wanita paruh baya yang berprofesi sebagai dokter itu juga meneteskan air mata.
Chiara menatap wajah kedua orang tuanya. Ia melihat raut kemarahan, kekecewaan terpancar jelas di wajah mereka berdua.
"Kamu, jangan fikirkan apapun, Chi. Fokus saja pada dirimu, dan hatimu. Biar papi, mami dan abang kamu yang mengurus semua ini."
"Maafkan papi yang salah memilihkan pria itu untukmu."
"Papi menerima lamarannya terlalu cepat, Nak!" Ray mengusap lembut pipi Chiara.
Chiara menggeleng lemah. "Chiara yang harusnya minta maaf, Pi."
"Chiara udah buat malu keluarga kita. Kita pasti akan jadi bahan omongan warga sekitar bahkan juga rekan-rekan papi."
"Ssstt!" Sania meminta Chiara berhenti bicara. "Masa depan kamu jauh lebih penting dari sekedar omongan orang." Sania mengusapa rambut Chiara.
"Masa depan kamu lebih berarti dari sekedar reputasi, Sayang!"
Rion dan Bintang masuk ke dalam kamar itu. Bintang tersenyum kecil pada adik iparnya.
"Tegakkan kepalamu, Chi!" Bintang duduk dekat Chiara. "Terpuruk hanya karena pria sepertinya, adalah satu kebodohan, Chi."
"Bersyukurlah, Allah membuka semua kebohongan Daffin di saat yang tepat."
"Bi benar, Chi. Dan ternyata keraguan kamu terhadap pria itu gak salah!"
"Keraguan apa, Yon?" Tanya Ray dan Sania bersamaan.
Rion duduk di sofa dekat jendela besar di kamar gadis itu. "Chiara sempat ragu sama Daffin, pi."
"Untuk itu dia minta Rion bilang ke papi supaya pernikahan ditunda paling enggak selama setahun."
"Daffin kayak mau mengusai rumah sakit dengan meminta Chiara mengurus rumah sakit tanpa bantuan Rion!"
Ray dan Sania serta Bintang menatap Chiara dan menggeleng pelan.
"Kamu kenapa gak cerita sama mami papi."
"Chia takut, pi, mi. Papi akan selidiki dan pertunangan ini batal. Chia takut papi dan mami menanggung malu."
Mereka menghela nafas berat.
"Dan orang yang memutar video itu adalah Caraka."
Ray, Sania, Chiara dan Bintang menatap kearah Rion. "Pelakunya Caraka?"
"Pantes aja, bang Caraka minta Chia untuk membatalkan pertunangan ini. Apa mungkin karena dia tahu kelakuan Daffin?"
Kini bergantian, semua orang menatap Chiara.
"Papi harus ketemu dia." Ray berjalan keluar dari kamar.
"Pi, dia gak salah sepenuhnya!" Rion sedikit berteriak.
"Papi tahu apa yang harus papi lakukan, Yon!" Jawab Ray sebelum tubuhnya menghilang dibalik pintu.
Ray berjalan menuruni anak tangga dan matanya memindai dimana pria bernama Caraka itu berada. Pria yang sudah membuat pertunangan ini batal dan hancur berantakan.
Ray berjalan mendekat di kerumunan anak muda dan ternyata mereka sedang mendengar alasan Caraka melakukan semua ini.
Ray terpaku di tempatnya, di jarak 3 meter dari mereka.
Ia tidak bisa melihat wajah Caraka, tapi suara pria itu terdengar jelas.Ia mendengar bagaimana Caraka harus menyelamatkan Sabella dari kejaran Daffin, sekaligus harus menyelamatkan masa depan putrinya.
Ray mengerti begitu berat pertimbangan yang Caraka lakukan hingga pria itu berani memutuskan untuk menggagalkan pertunangan ini. Pria itu memikirkan segala resiko yang mungkin akan ia terima.
Dan Ray tersentuh saat Caraka sudah pasrah jika seandainya ia di pecat dari rumah sakit dan kesulitan untuk mencari rumah sakit yang mau mempekerjakannya.
Ray bahkan merasa miris saat Caraka sendiri khawatir akan keselamatan nyawanya. Ray juga faham, Daffin tidak akan membiarkan Caraka menang begitu saja.
Hinga, Ray mengatakan akan menjamin karir serta keselamatan Caraka.
"Om Ray!" Caraka terkejut saat melihat Ray ada dibelakang mereka. Apa lagi saat mendengar Ray akan menjamin karir dan keselamatannya.
Ray mendekat dan duduk di sebelah Caraka, dimana kursi itu awalnya di duduki oleh Shaka yang seketika langsung berdiri.
Ray menatap semua orang yang mengerubungi Caraka. Ada Nair, Nath, Zoya, Shaka, Syakilla, dan Ezra.
"Om perlu bicara hanya berdua dengan dia. Bisa tolong tinggalkan?" Pinta Ray yang sebenarnya masih shock dengan apa yang telah terjadi pada pertunangan anaknya.
Di meja itu hanya ada mereka berdua. Yang lainnya memilih membantu membereskan makanan yang ada di ruangan itu untuk segera di pindahkan ke dapur.
Soundsistem dan dekorasinya juga mulai dibereskan atas perintah Rion. Pertunangan ini memang sudah dibatalkan dan tidak akan ada keputusan yang berubah lagi.
Ray menatap Caraka yang menunduk lesu. Ray menghela nafas berat. Ada sisi positif dan negatif dari tindakan pria dewasa di hadapannya ini.
"Apa yang kamu inginkan dari om, Caraka?" Pertanyaaan yang membuat Caraka mengangkat wajahnya dan menatap Ray.
"Balasan apa yang kamu inginkan?" Tanya Ray lagi.
Caraka yang kebingungan dan ia hanya bisa menggeleng lemah. Ia tidak faham akan arti kata balasan yang Ray maksud. Balasan atas kesalahannya atau balasan atas kebaikannya memberitahu kebusukan calon menantu pria di depannya ini.
Ray menepuk bahu Caraka. "Terima kasih karena sudah melakukan semua ini."
"Cara kamu tidak salah kalau menurut om!"
Ray faham betul, Caraka memang putra dari seorang Abimanyu, pensiunan TNI. Tapi, mereka bukan dari keluarga kaya raya sepertinya. Wajar jika Caraka takut atas balasan yang akan Daffin lakukan.
"Kamu melakukan hal yang benar."
"Soal reputasi dan nama baik mereka yang hancur, biarkan saja." Caraka membulatkan matanya.
"Anggap saja semua ini karma dari rencana licik yang mereka susun serta kejahatan Daffin."
"Om percaya, putri Om gadis baik-baik. Dan om anggap ini adalah pertolongan dari Tuhan agar putri Om terhindar dari pria seperti Daffin itu."
"Sekali lagi, terima kasih Caraka."
"Sama-sama, Om." Caraka mengangguk. "Sekali lagi maaf."
"Bukan hanya Sabella, tapi juga demi Chiara."
"Sabella sudah kuanggap sebagai adikku sendiri, Om. Dan Chiara...." Caraka tidak berani mengatakan bahwa ia mencintai anak gadis pria di hadapannya ini.
"Om mengerti." Sambar Ray. "Bisa om minta rekaman aslinya, Ka?" Pinta Ray.
Caraka mengangguk. "Tentu om!"
"Baiklah, pengacara om akan urus semuanya. Dan yaaa dimana lokasinya?"
Caraka mencoba mengingat dimana rekaman itu diambil. "Cafe X, sekitar hampir jam 10 malam, Om."
Ray mengangguk. Ia hanya bertanya, siapa tahu mereka butuh rekaman cctv di tempat itu jika memang ada. Ray langsung meminta anak buahnya untuk mendapatkan rekaman Cctv sebelum Daffin bertindak lebih dulu. Ray hanya mengantisipasi segala kemungkinan yang akan terjadi.
Abraham dan Daffin pasti akan bertindak demi menyelamatkan reputasi dan nama baik mereka.
"Mulai sekarang, kamu akan diantar jemput bodyguard sewaan Om." Ray membuat Caraka tertegun.
"Saya rasa gak perlu, Om."
"Demi keselamatan kamu, Caraka. Minimal sampai tidak ada tanda-tanda pergerakan dari Daffin."
Caraka hanya bisa pasrah. Ia bersyukur, keluarga ini tidak marah padanya.
Huh! Seenggaknya, bebanku sedikit berkurang. Aku hanya perlu menunggu sampai beberapa hari ke depan. Apakah akan terjadi sesuatu pada pekerjaanku atau tidak. Batin Caraka.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 65 Episodes
Comments
sintesa destania
tak terfikirkan olehku hatiku senang karenamu😂
2023-02-21
0
Nur Denis
tenang sja bang caraka, semua bakal aman terkendali pkoknya 😂
2022-09-14
1
Andi Muh.taufik Andi sayyid
......
2022-09-13
1