Caraka sengaja melajukan mobilnya perlahan, sengaja mengulur waktu agar lebih lama sampai di apartemen gadis itu. Tujuannya hanya satu, yaitu melihat apakah Daffin akan menghubunginya untuk bertemu.
"Mampir ke minimarket sebentar ya, Bell! Gak apa-apa kan?" tanya Caraka saat mereka hampir sampai di apartemen Sabella. Mobil itu sudah parkir di pinggir jalan.
Sabella mengangguk. "Aku tunggu disini aja gak apa-apa kan, Mas?" tanya gadis itu.
"Mau titip sesuatu?" tanya Caraka. Sabella menggeleng.
Harusnya Daffin sebentar lagi sampai di rumah Chiara. Dan semoga perkiraanku tepat. Daffin pasti langsung pulang dari rumah Chiara. Batin Caraka.
Caraka mengambil beberapa barang yang sebenarnya tidak ia terlalu ia butuhkan. Caraka juga tak lupa membeli beberapa macam es krim dan cemilan untuk asisten dan tim Sabella yang tinggal di sebelah apartemen gadis itu.
Caraka masuk ke mobil da meletaklan belanjaannya di kursi belakang. "Nanti, titip ke teman-teman kamu, ya Bel!"
Caraka mengenal beberapa orang yang dekat dengan Sabella untuk urusan pekerjaan. Dan semuanya begitu kompak untuk tidak membiarkan Caraka terendus media.
"Gak usah repot-repot, Mas!"
"Biasa aja, Bell!"
Benar tebakan Caraka. Ponsel Sabella berdering, meski ia tidak tahu pasti siapa yang menghubungi gadis itu. Apakah Daffin atau orang lain.
Sabella mengambil ponselnya dan kembali meletakkan ponsel itu di tasnya tanpa menjawab atau menolak panggilan.
"Kenapa gak diangkat, Bel?"
"Gak penting, Mas. Dari manager aku. Palingan nyuruh cepat balik!"
"Cuma nebak-nebak?" tanya Caraka sambil tertawa. "Dijawab aja. Aku janji gak akan nguping!"
Sabella tertawa pelan. "Kamu denger juga gak apa-apa, Mas. Udah biasakan kalau aku lagi sama kamu, tiba-tiba ada yang nelfon dan minta aku untuk cepat balik!"
Caraka tertawa. "Sering banget, Bel."
Tak butuh waktu lama, mereka tiba di sebuah kawasan apartemen. Sabella turun tanpa menawari Caraka untuk masuk dulu, seperti biasanya.
"Thanks, Mas!" ucap Sabella sambil mengangkat plastik belanjaan yang diberi oleh Caraka.
Caraka mengangguk dan memutar mobilnya untuk keluar dari kawasan itu. Belum jauh, Caraka melihat Sabella menempelkan ponselnya ketelinga.
Caraka menaruh curiga dan ia tidak keluar dari kawasan itu. Ia parkir sebentar ke area dekat taman.
Benar dugaannya, mobil Daffin masuk ke kawasan itu dan Caraka langsung mengikutinya.
Caraka melihat dari jauh, Sabella masih menunggu diluar gedung apartemen dan Daffin langsung turun dari mobil, lalu menarik gadis itu untuk masuk ke mobilnya. Sabella terlihat menurut saja. Ia tidak melawan sedikitpun.
Caraka mengikuti mobil mereka dari belakang. Dan mobil itu kembali masuk ke hotel yang sama.
Caraka tidak bisa masuk ke dalam dan tidak ingin tau kelanjutan dari kejadian ini. Yang pasti, mereka memang melakukan hal peting di dalam hotel itu.
Caraka sampai di rumah dan melihat Shaka masih di rumahnya. Pria itu menonton tv bersama Syakilla.
"Belum pulang?" tanya Caraka. "Gak dicariin nyokap?" lanjutnya.
"Nanya apa ngusir?" tanya Shaka balik.
Caraka menyeringai. "Yang ke dua!"
"Ck!" Decak Shaka.
Caraka tertawa dan menghempaskan diri ke sofa. "Dapat hasil apa kalian malam ini?"
Shaka menyadarkan kepalanya di sofa. "Kalau lihat, pasti langsung nyari sabun!" Ejek Shaka.
Caraka menatap Shaka dan adiknya bergantian. Ia mengerti maksud dari kata nyari sabun, yang Shaka ucapkan. Tapi, sebenarnya apa yang mereka dapat?
Syakilla menyerahkan ponselnya dan menunjukkan hasil rekaman mereka.
Caraka menggeleng dan tersenyum sinis. Ia mendengar semua yang Sabella dan Daffin katakan.
Caraka bahkan membulatkan matanya melihat aksi Daffin terhadap bagian dada Sabella.
Caraka melirik kedua orang mata-mata yang berhasil mendapatkan rekaman paling luar biasa ini. "Kamu lihat ini, Sya?" tanya Caraka.
Syakilla mengangguk. "Gimana gak lihat? Aku yang rekam."
"Kamu?" tanyanya pada Shaka.
"Kalau aku gak lihat, gimana caranya video itu bisa ada, Bang!"
"Dasar!" Cibir Caraka. "Gak kamu praktekin ke Syakilla, kan?"
Shaka mendelik. "Aku bisa di sunat pakai samurai sama om Abi!" Syakilla terkekeh.
Caraka tersenyum puas. "Berani begitu, ku rontokin semua gigi kamu!"
"Ck!" Decak Shaka. "Ya kali pengusaha kaca giginya ompong semua."
"Ya, siapa tahu mau kamu cangkok pake biji batu bara!" Balas Caraka.
Shaka memang meneruskan bisnis ayahnya,- Satya di sektor pertambangan batu bara di kawasan Kalimantan.
Shaka tertawa. Tak lama ia berdiri dari sofa. "Balik dulu deh!" ucap Shaka.
"Balik ya Sya!"
"Bang!"
Shaka mengambil kunci mobil dan ponselnya lalu memasukkan benda persegi panjang itu di katong celananya.
"Thanks, Ka! Kamu mau bantu aku!"
Shaka mengangguk. "No problem! Kalau mau kasih tau Rion soal video itu, please ajak aku!"
"Buat apa?" tanya Caraka.
"Kali aja bisa bantu buat bisikin ke dia kalau perang dunia ke tiga harus segera di mulai!"
"Sialan! Dasar kompor!" Ketus Caraka.
"Aku balik! Semoga hati kamu dan hati Chiara bisa hati-hati sama dua manusia toxic yang gak punya hati di video itu." Shaka berjalan ke arah pintu keluar.
"Nambah pusing, Ka!" jawab Caraka.
Syakilla mengantar pria itu sampai di depan pintu. "Thanks untuk malam ini."
"Sama-sama." Shaka membuka pintu mobilnya.
"Besok ku jemput di kampus!" ucap Shaka.
"Kamu gak ngantor?" tanya Syakilla karena kantor pusat perusahaan Shaka memang ada di kota ini.
"Aku kesini niatnya buat liburan sekaligus hadir di pertunangan Chiara."
"Biar ayah aja yang ke kantor. Aku sebentar aja, cuma lihat-lihat!"
Syakilla tertawa. "Oke pak mandor!"
Shaka juga tertawa. "Besok chat aku, jam berapa kamu balik."
***
Sementara itu, di tempat lain tepatnya di sebuah kamar hotel dimana Sabella sedang melayani pria dengan gai*rah membara. Siapa lagi jika bukan Daffin.
"Kamu milikku, Bel! Kamu milikku!" Daffin disela-sela nafasnya yang tersengal.
"Aku tidak akan membiarkan pria manapun menikm*ti tubuh kamu!"
Ia terus mengatakan hal itu kepada gadis yang berada di bawah kukungannya. Gadis yang tidak bisa melawan karena sentuhan Daffin begitu memabukkan.
Sabella yang sudah lemas tak berdaya tak membuat Daffin berhenti. Pria itu melakukannya tanpa ampun. Ia akan seperti ini tiap kali merasa cemburu jika ada pria yang mendekati Sabella.
Daffin menutup tubuh polos itu dengan selimut setelah selesai melampiaskan kemarahannya dengan membakar gair*ahnya.
Ia lantas mengambil ponselnya di nakas. Ia tersenyum puas saat rekaman hampir 10 menit itu memperlihatkan wajah Sabella dengan jelas.
Ide gila itu muncul saat melihat Sabella mulai kehabisan tenaga dan ia lakukan secara diam-diam.
"Bisa ku lihat saat aku merindukanmu, Bel."
"Dan bisa ku gunakan untuk mengancammu jika kamu melawan keinginanku."
"Sekali video ini tersebar, kariermu akan hancur." Daffin tersenyum licik. "Dan kamu tidak akan lagi punya pilihan selain berlindung di belakangku, Bel."
"Kamu akan tetap jadi milikku dan aku tidak suka membaginya dengan siapapun!" gumam Daffin sambil memunguti semua pakaiannya.
Ia menulis surat dan memberikan uang lumayan banyak.
Untuk massage besok pagi, Sayang! Terima kasih untuk malam luar biasa ini. Tulis Daffin.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 65 Episodes
Comments
Lihayati Khoirul
sambel rasain Lo di ancam sama Davin .
2022-09-10
2
Nur Denis
dasar manusia licik si daffin, pengen gue tabok😡😡
2022-09-09
2
Nanik Puspita
lanjutkan kakak, baru mampir dikaryamu 💪💪💪💪
2022-09-09
2