Daffin berjalan mengejar Sabella yang sedang memakai maskernya. Mereka berjalan kearah belakang restoran, dimana terdapat toilet disana.
Daffin menangkap tangan Sabella dan menarik gadis itu ke area yang lumayan sepi, tepatnya di belakang restoran. Daffin berani melakukannya karena restoran ini milik temannya dan dia juga punya saham di sini.
Daffin mendorong Sabella ke tembok dan mengukung tubuh gadis itu dengan kedua tangannya. "Apa yang kamu lakukan disini, Sabella?" tanya Daffin geram dengan suara pelan, lebih seperti berbisik.
"Aku... aku diajak sama Mas Caraka, Daf!" jawab Sabella. Ia sendiri tidak menduga akan bertemu Daffin di tempat ini.
"Sudah ku bilang! Jangan berhubungan lagi dengan lelaki itu! Aku gak suka!" Marah Daffin pada Sabella. Matanya menyiratkan kemarahan. Nafas Daffin memburu karena sedari tadi ia menahan geram dan cemburu.
"Aku cinta sama dia, Daf," jawab Sabella tegas.
Daffin mencengkeram bahu Sabella. "Kamu milikku, Bel! Kamu milikku!"
"Sejak enam bulan lalu, kamu milikku!" tegas Daffin.
"Kamu gak boleh berhubungan lagi sama dia. Atau..."
"Atau apa, Daf?" tanya Sabella menantang. Dagu wanita itu terangkat dan matanya melotot kearah pria yang tak kalah menantang itu.
Daffin menunjukkan seringainya. "Atau aku akan membunuh pria itu!" Daffin makin mencengkeram kuat bahu Sabella membuat gadis itu meringis.
"Kamu gak adil, Daf! Kamu boleh berhubungan sama gadis manapun. Kamu bisa bertunangan bahkan!"
"Tapi aku? Kamu kenapa ngekang aku?" lirih Sabella dengan mata berkaca.
Daffin memeluk gadis itu. "Sorry sayang! Sorry! Sedikitpun aku gak bermaksud buat kamu sedih."
"Kita gak ada hubungan apapun. Kita pelampiasan satu sama lain, Daf!"
"Kamu bukan pelampiasan, kamu penting bagiku, Bel!"
"Aku merasa cocok sama kamu. Dan gadis bernama Chiara itu, dia... dia cuma untuk kelancaran bisnis aku dan daddy. Aku gak cinta sama dia."
"Tapi aku akan terus jadi budak kamu! Kamu sembunyikan aku hanya demi memuaskan has*rat kamu!" Sabella mendorong dada Daffin agar pelukan mereka terlepas.
"Bella... Aku butuh kamu, mulai dari urusan hati sampai urusan kelaki-lakianku, Bel!" Daffin menangkup pipi Sabella.
"Selama ini, cuma kamu wanita yang bisa memenuhi hasr*tku."
"Aku akan tetap menjadikanmu milikku sayang!"
"Daf, please! Kamu harus bersama Chiara dan aku akan berusaha mendapatkan hati orang tua Mas Caraka."
"Kita harus stop semua ini! Hubungan kita ini salah!" Sabella menegaskan pada pria keras kepala di depannya.
"Kira berdua cuma saling mencari kesenangan. Gak lebih, Daf!"
"Dan setelah menikah nanti, kamu akan lebih mencintai Chiara. Kamu akan merasa dia satu-satunya wanita yang bisa membuatmu bahagia."
"Percayalah, Daf!"
Daffin semakin mendekat. Ia melum*at habis bibir Sabella. Ia menahan tengkuk gadis itu dan semakin memperdalam ciuma*an panasnya.
Hampir lima menit, keduanya baru saling melepaskan diri. Dress Sabella bahkan sudah berbuka dengan dada yang nyaris tak terbungkus apapun lagi akibat ulah tangan nakal Daffin.
Sabella bersandar di tembok dan tubuhnya terasa lemas. Sementara Daffin mengusap bibirnya sendiri dengan ibu jarinya.
Daffin menyeringai. Ia menaikkan kembali dress yang sempat melorot itu. Ia merapihkannya seperti semula.
"Akui saja kalau kamu suka sentuh*anku, Bel."
"Tunggu aku di hotel." bisik Daffin lalu ia meninggalkan Sabella.
Sabella menghentakkan kakinya. Kepalanya terasa berdenyut. "Aku harus lepas dari pria gil* itu!"
"Buat apa dicintai pria kaya jika aku hanya akan ia sembunyikan di balik kamar hotelnya."
"Buat apa dicintai, jika hanya karena sebagai pemua*s nya saja!"
Sabella berjalan cepat menuju kamar mandi. Ia harus merapihkan penampilannya, termasuk lipstik nude di bibirnya. Ia bahkan tidak tahu, sejak kapan masker terlepas dari wajahnya.
Daffin memang mencintainya, tapi Daffin terlalu egois. Seandainya pria itu mau menikahi dan membawanya kepublik, pasti ia akan menyerah untuk mengejar Caraka.
Sementara itu, tak jauh dari posisi Sabella dan Daffin tadi, terdapat sepasang manusia yang sedari tadi mengintip mereka.
"Shaka, kakiku kram!" bisik Syakilla yang diam mematung sejak lebih dari 10 menit lalu demi merekam bukti kegilaan Daffin dan Sabella.
"Ayo, Sya! Kita harus segera pergi dari sini!" Ajak Shaka sebelum pegawai restoran mendapati mereka sedang mengintip adegan drama korea secara live.
"Kakiku gak bisa gerak, Ka!" keluh Syakilla lagi. "Kayaknya kita kualat ngintipin orang lagi.."
Shaka menggendong Syakilla di punggungnya. "Banyak omong!"
"Nah, gitu kek dari tadi!" Syakilla berpegangan di bahu Shaka. "Kalau gini kan aku gak perlu paksain buat jalan." Syakilla masih menahan rasa kesemutan di kakinya.
"Lagian, kamu lemah banget. Baru berdiri 10 menit udah kram." omel Shaka, pria berkumis dan berjanggut palsu itu.
"Bukan karena berdiri lama yang bikin aku kesemutan! Tapi apa yang ku lihat tadi!"
"Dug!" Shaka menjatuhkan Syakilla di sofa tempat mereka duduk sebelum mengikuti Sabella dan Daafin tadi.
"Aduuuh!" Keluh Syakilla. "Kalau mau nurunin, bilang-bilang dong, Ka!"
"Terserah."
"Sini videonya!" minta Shaka dengan mengulurkan telapak tangannya yang terbuka.
Syakilla menyembunyikan sling bag berisi ponselnya yang digunakan untuk merekam kejadian antar Daffin dan Sabella tadi.
"Enggak!"
"Aku mau lihat hasilnya, nge-blur apa enggak!"
"Alasan! Bilang aja mau lihat adegan yang tadi, kan?" tanya Syakilla membuat Shaka mendengus kesal.
"Balik yuk! Tugas kita udah selesai kayaknya!" ajak Shaka.
Syakilla, gadis berambut palsu dengan bentuk bob itu mengangguk. "Sebelum ketahuan pegawai resto!"
***
Sementara itu, di meja Chiara dan Caraka....
"Ah, itu Mas Daffin!" Chiara menunjuk Daffin yang baru saja datang dari arah toilet.
"Sorry lama!" Daffin duduk di tempatnya. Caraka dan Chiara kompak mengangguk.
"Ngobrol apa aja?" tanya Daffin menyentuh rambut Chiara. Jarak yang lumayan dekat membuat parfum Daffin tercium oleh Chiara.
Chiara mengerutkan kening. "Kamu pakai parfum lagi, Mas?" tanya Chiara dan Daffin seketika kebingungan.
"Parfum?" tanyanya.
"Iya. Parfum kamu kayaknya agak berbeda. Seperti ada parfum lain dibaju kamu."
Daffin seketika tersadar, kemungkinan ini adalah aroma parfum Sabella yang tertinggal di bajunya.
Daffin pura-pura menghirup aroma bajunya. "Mungkin ini pengharum ruangan dari toilet, sayang!"
Caraka nyaris terbahak. Bagaimana bisa aroma pengharum ruangan di toilet, menempel dibaju pria di depannya ini.
Chiara diam dan berfikir, ini bukan aroma pengharum ruangan. Ini wangi parfum cewek.
"Kita balik, yuk!" ajak Daffin sebelum Sabella kembali dan Chiara menyadari aroma parfum yangmenempel di bajunya adalah milik wanita itu.
Daffin melihat jam tangan mahalnya. "Aku takut kemalaman!"
Chiara melirik Caraka sekilas. Ia juga tidak ingin melihat kemesraan Caraka dan Sabella.
"Kalau mau pulang, duluan aja, Chi. Sabella juga bakal balik bentar lagi!"
Chiara dan Daffin akhirnya pulang lebih dulu. Dan teman-teman Daffin juga meninggalkan tempat itu.
Sabella kembali dengan terburu-buru. Dan saat menyadari tempat duduk mereka sudah kosong, ia sedikit bernafas lega.
"Loh, yang lain kemana, Mas?" tanyanya pura-pura terkejut.
"Udah pulang, Bell."
"Kamu makan dulu, gih!" Caraka mendorong piring berisi pesanan Sabella yang belum dimakan sedikitpun.
"Kita pulang aja, yuk!" Ajak Sabella.
Ia pura-pura menggerakkan lehernya ke kanan dan ke kiri. "Aku capek banget!"
"Perutku juga terasa gak enak. Masuk angin kayaknya." Sabella memegang perutnya.
Caraka mengangguk dan membawanya keluar dari restoran itu setelah membayarnya.
****
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 65 Episodes
Comments
Lihayati Khoirul
tetap dukung shakila dan Shaka
juga menanti certanya.
di gabung di sini juga gpp thoer
seperti kisah bintang dan zoya
2022-09-08
1
Nur Denis
next kak... 😇😇😇
2022-09-07
1
Andi Syafaat
ceritanya mantull, semoga sehat selalu thor
2022-09-07
2