Raynor mencoba untuk tidak peduli, sedangkan gadis itu tetap mengikutinya dari belakang.Hingga pada akhirnya dia pun menyerah.
'Ya mau bagaimana lagi....'
'Di dalam hutan yang berisi ribuan binatang iblis berkeliaran mencari mangsa, tidak mungkin untukku meninggalkannya sendirian.'
'Tapi aku merasa akan kerepotan karena tingkah laku gadis muda ini.'
Melihat bagaimana langkah dari gadis itu begitu berhati-hati, bahkan tidak terbiasa dengan serangga yang mendekat kepadanya, Raynor seakan paham. Dia memiliki karakteristik putri dari keluarga bangsawan dan tidak cocok untuk bermain di tengah hutan.
"Hutan ini sangat kotor, kaki ku penuh lumpur, banyak sekali nyamuk berdatangan dan juga, aku ingin mandi."
Sudah bosan Raynor mendengar keluhan gadis itu yang mengoceh sepanjang jalan.
"Jika kau tidak suka berada di hutan, bagaimana mungkin kau sampai di tempat ini." Jawab Raynor.
Jelas ini membuatnya kesal, Raynor tidak terbiasa mengurusi wanita manja yang tidak tahu berterimakasih, bahkan jika harus bertarung melawan seekor naga, dia akan memilih itu.
"Mau bagaimana lagi, ayahanda selalu menganggap ku seperti anak kecil jadi aku ingin membuktikan diri...."
"Aku pikir apa yang ayahmu katakan tidaklah salah, aku pun setuju jika pola pikir mu itu seperti anak kecil."
"Jangan asal bicara, aku bahkan lebih tua darimu, adik kecil."
'Nona, asal kau tahu, orang yang kau anggap adik kecil ini sudah berusia ratusan ribu tahun.'
"Jika kau tidak suka berada di hutan, harusnya nikmati saja waktumu di atas ranjang empuk dengan secangkir teh hangat sebelum tidur, tanpa perlu bermain-main ke dalam hutan." Sindir Raynor membuat ekspresinya berubah.
Gadis itu terdiam, jelas perkataan Raynor membuatnya tersinggung, tapi fakta tetap menjadi fakta, dia tidak pernah berusaha terlihat baik kepada siapa pun hanya untuk menyembunyikan kenyataan.
Gadis itu mulai menginjak-injak tanah untuk melampiaskan kekesalan karena Raynor menganggapnya tidak lebih seperti anak manja yang takut kotor.
"Awas saja kau, jika aku sudah keluar hutan ini akan aku balas penghinaan ini beserta hutang-hutangku." Ancamnya dengan keras .
"Jika kau terlalu sibuk untuk mengoceh, aku akan meninggalkanmu."
"Tidak, tunggu aku...." Melihat Raynor yang berjalan sudah cukup jauh, dia pun segera mengejar.
"Kalau kau tidak mau tersesat, sebaiknya jangan banyak bicara dan ikuti aku."
"Bukankah memang kita sedang tersesat."
'Jawaban yang bagus...'
"Memang benar, hanya saja aku tidak ingin merasa bersalah, jika tahu kalau kau dimakan oleh binatang iblis yang tidak sengaja lewat."
Mendengar perkataan Raynor, gadis itu pun merasa takut, berjalan lebih cepat dan mendekatkan diri hingga tangan bisa saling bersentuhan. Walau dia sudah tahu jika gadis ini menyusahkan, paling tidak Raynor bisa menjadikannya sebagai teman perjalanan hingga keluar dari hutan.
'Ini jauh lebih baik dari pada sendirian.'
Langkah kaki berjalan melewati semak belukar yang lebat, tanpa tahu dimana arah kiri atau pun kanan, hanya mengandalkan sebuah firasat dan arah angin ketika bertiup melewati jarinya.
"Hei, apa kau tidak memiliki peta atau petunjuk arah untuk keluar dari hutan ini." Gadis itu bertanya sembari menyingkirkan ranting dari semak-semak.
"Ah maksud mu, kertas bergambar dengan bentuk aneh. Aku membuangnya." balas Raynor tanpa sedikitpun rasa bersalah.
"Bagaimana bisa kau melakukan itu."
"Gambar-gambar itu membuatku pusing, aku tidak menyukainya."
"Minta maaflah kepada para pembuat peta yang sudah memberi bantuan besar untuk orang-orang menjelajahi dunia."
"Baiklah, aku minta maaf."
Terhembus nafas kesal karena tidak tahu apa yang dia pikirkan terhadap Raynor.
"Tapi aku tidak habis pikir, bagaimana kau bisa bepergian kedalam hutan tanpa tahu petunjuk arah."
"Aku jauh lebih tidak habis pikir dengan seorang gadis yang tidak tahu batasan dan berniat mencari mati di tengah hutan." Jawab Raynor untuk membalas ucapannya.
'Asal kau tahu saja nona, aku lebih percaya intuisi ku dari pada sebuah peta.'
"Jadi bagaimana cara kita keluar dari tempat ini."
"Seperti perkataan nenek ku, jika kau tersesat, maka berjalanlah sesuai arah angin."
Wajah gadis itu seakan tidak terima dengan jawaban dari Raynor.
"Memang siapa nenek mu yang penuh percaya diri mengatakan itu. Pengembara kah ?."
"Bukan hanya orang tua yang menghabiskan sisa umurnya di atas kursi goyang."
Nenek yang Raynor maksud adalah orang tua yang mengasuhnya sewaktu kecil.
"Aaaahhhh, aku tidak sabar melihat ujung dari perjalanan ini." Gadis itu tidak menganggap apa pun soal ucapannya.
Hutan yang terlalu lebat membuat perjalanan mencari jalan keluar begitu sulit, dan juga malam pun akan datang. Di malam hari terlalu berbahaya, dimana pergerakan binatang iblis akan lebih agresif dan jauh lebih menyulitkan. Raynor pun memperhatikan raut wajah gadis itu yang sudah lelah.
Tapi sebelum mempersiapkan tempat istirahat dan api unggun, Raynor sudah menggunakan salah satu kemampuan yang dia pelajari ketika pertama kali membangkitkan ilmu tenaga dalam.
Pengendalian dimensi tanpa batas.
Dari dalam tubuhnya mengeluarkan energi tenaga dalam dan menyebar ke segala arah, sejauh lima ratus dua puluh satu langkah dari tempat Raynor berdiri, segala macam bentuk kehidupan tergambar jelas di dalam pikiran. Bahkan makhluk hidup berukuran kecil pun terdeteksi dari lingkaran tenaga dalam yang dia lepaskan.
kemampuan ini jelas sangat berguna untuk merasakan setiap kehadiran dari musuh-musuh yang bersembunyi ketika akan menyerang dari belakang.
'Tidak ada binatang iblis atau pun pergerakan makhluk hidup lainnya yang berbahaya, semuanya aman.'
"Baiklah kita bermalam ditempat ini."
"Aku tidak mau, tempat ini kotor dan juga menyeramkan. iiihhhh ."
Gadis itu menolak untuk bermalam di tengah hutan yang di kelilingi semak belukar dan serangan-serangan merayap ke atas kakinya.
Sikapnya yang manja sebagai anak orang kaya terbiasa tidur di ranjang empuk dan tidak memikirkan hal lain, selain makan, tidur dan buang hajat, membuat Raynor ingin menepuk jidat.
Kesal dia sambil memalingkan wajah.
"Seharusnya aku meninggalkanmu saja."
"Dasar lelaki tidak bertanggung jawab." Balas gadis itu dengan marah.
Mendengar ucapannya, emosi Raynor sudah sampai di tenggorokan. Mendekat dan menatap tajam mata seorang gadis kecil yang baru 16 tahun, bahkan tidak ada hal spesial, selain wajah cantiknya .
"Apa yang kau katakan ?, aku tidak bertanggung jawab... emangnya aku sudah menghamili mu, aku bahkan tidak tertarik untuk melihat sesuatu yang ada dibalik bajumu, gadis kecil."
Keras suara Raynor dan hampir menyentuh sesuatu yang gadis itu sembunyikan. Tapi cepat tangannya ditepis.
"Jangan panggil aku gadis kecil, aku hanya belum tumbuh, aku yakin kau akan menyesal setelah melihatku dewasa nanti....." Balas gadis itu yang kembali mengoceh bahkan dengan wajah marah dan hampir menangis.
"Sungguh aku menantikan hari itu."
"Lihat saja, jika suatu saat nanti kau jatuh cinta denganku, akan aku tolak."
"Benarkah ?, Aku pikir itu akan terjadi sebaliknya."
"Tidak mungkin, bahkan jika... Jika.... Ya jika kau seorang pangeran kerajaan, aku tidak tertarik denganmu."
'Nona asal kau tahu aku adalah penguasa tertinggi tinggi loh...'
'Orang yang menduduki kekuatan puncak dari semesta loh...'
'Pangeran kerajaan di tempatmu lebih seperti seekor lalat untukku...'
"Ingat itu..." Ucap gadis ini dengan tegas.
Raynor merasa cukup dengan semua perkataannya.
"Baiklah, baiklah, jangan banyak bicara, apa kau tidak lelah mengoceh sepanjang perjalanan."
"Itu karena kau membuatku kesal."
"Lupakan kekesalan mu, sebaiknya kita cari makan."
"Kau benar.... Kita belum makan apa pun sejak siang tadi." gadis itu tidak membantahnya.
Waktu cukup lama untuk kami habiskan di dalam hutan dan beberapa kali pula Raynor menyelamatkan dirinya dari serangan binatang iblis.
Untuk sekarang mereka berdua menikmati waktu untuk beristirahat di depan api unggun dengan aroma daging binatang liar yang Raynor tangkap sebelumnya.
Raynor melihatnya begitu lahap mengunyah setiap gigitan daging yang berada di tangan, karena memang setelah seharian mencari jalan keluar dari hutan ini tidak ada satu kesempatan untuk beristirahat
Tapi suasana canggung jelas membuat perasaan gadis itu tidak senang, ketika masih menganggap lelaki yang menyelematkan dirinya sebagai orang asing, sedangkan cukup lama mereka bersama. Begitu juga untuk daging yang sudah diberikan untuknya.
"Siapa namamu ." Gadis itu bertanya dengan nada suara yang malu .
"Untuk apa kau bertanya sekarang ?."
"Aku hanya tidak nyaman karena beberapa kali kau sudah menyelamatkan ku, sedangkan aku bersiap tidak sopan."
Ucapannya membuat Raynor terkejut, ya benar-benar terkejut untuk suatu hal yang tidak pernah terpikirkan keluar dari mulut gadis itu.
"Apa kau kerasukan penunggu hutan ini." Balas Raynor bingung.
"Seaneh itukah jika aku coba berterimakasih."
"Harusnya kau mengatakan itu saat pertama bertemu."
"Sudah cepat kau jawab, siapa namamu."
"Baiklah, aku Ray, Raynor Avya." Jawab Raynor dengan santai saat memperkenalkan diri..
"Kenapa kau tersesat, Ray, apa kau tidak tinggal di hutan ini." Ucapnya bertanya.
"Nona, dari pertanyaan mu itu, kau berpikir kalau orang sepertiku pantas tinggal di hutan."
'Aku merasa tersinggung atas pertanyaan itu nona.'
"Itu bisa terlihat dari pakaianmu yang tidak lagi pantas disebut pakaian." Balasnya yang tertawa melihat beberapa lubang dan sobekan dari pakaian Raynor.
"Ada banyak alasan untuk penampilanku sekarang, tapi jika aku sudah berganti pakaian, kau tidak akan lagi bisa menertawakan ku."
Terlebih lagi, Raynor tidak membawa pakaian ganti, semua telah terbakar habis tanpa ada yang bisa di selamatkan.
Selama perjalanannya menuju kota kerajaan Losborn, ada banyak hal terjadi. Dimana sepanjang jalan dia terus bertarung melawan binatang iblis dan lebih banyak tersesat di dalam hutan.
Tidak bisa Raynor menghindari pertarungan yang membuat pakaiannya menjadi rusak.
"Benarkah begitu ?." Dia bertanya seakan ucapan Raynor adalah hal yang aneh.
"Tentu saja."
"Tapi ini cukup aneh, kenapa kau bisa begitu berani menjelajahi hutan ini sendirian."
"Itu tidaklah aneh untukku, hanya saja, aku memiliki alasan yang membuatku pergi kedalam hutan." Jawab Raynor..
"Jadi kemana tujuanmu."
"Kota Losborn...."
"Tujuan kita sama."
"Oh... Apa kau tinggal di kota Losborn."
"Bisa dibilang seperti itu, meskipun sekarang kita juga sama-sama tersesat di hutan ini."
Itu tidak bisa di hindari.
Raynor sadar bahwa wanita ini tidak bisa terus-terusan untuk bersikap sombong, berada di tempat asing yang berbahaya, tidak ada cara lain agar bisa selamat kecuali bergantung kepada orang lain.
Ini bisa menjadi sedikit pelajaran, bahwa tidak selamanya hidup sesuai keinginan, terkadang dia harus mengikuti arus agar bisa berenang.
"Gadis kecil, aku belum tahu siapa namamu." Kini giliran Raynor bertanya.
"Aku Siva dan jangan panggil aku dengan sebutan gadis kecil, bahkan umurku mungkin lebih tua darimu." Balasnya dengan cemberut.
Penguasa tertinggi lupa jika saat ini dirinya ada dalam tubuh Raynor Avya yang bisa dianggap sebagai anak kecil umur 17 tahun dan baru memasuki masa remaja.
Tinggi Raynor bahkan sama dengan gadis itu, tentu dianggapnya masih lebih muda. Tapi tetap saja didalam tubuh Raynor ini adalah sosok penguasa yang sudah hidup selama ratusan ribu tahun.
"Baiklah, maafkan aku." Balas Raynor sopan.
"Tidak perlu meminta maaf, aku merasa risih saat mendengar kau meminta maaf."
'Apa seaneh itu melihat sikap sopan dari lelaki.'
"Jadi kenapa seorang putri bangsawan sepertimu pergi ke hutan ini tanpa pengawal." Raynor kembali bertanya.
Siva seakan ragu-ragu untuk menjawab.
"Awalnya aku datang kemari bersama dengan lima pengawal, tapi karena mereka menyusahkan, aku pergi diam-diam tanpa sepengetahuan mereka."
Perlahan dia memalingkan wajah ketika melihat tatapan mata Raynor.
Sedangkan Raynor sekali lagi menghembuskan nafas berat..... "Sungguh, apa yang kau pikirkan dengan tindakanmu itu."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 142 Episodes
Comments
Mamat Stone
jangan anak kecil tapi nona kecil....
2024-08-16
0
Mas Radhen
jangan panggil aku anak kecil paman
2024-06-10
0
Mbah Kenyung
vote rey
2023-01-04
1