"Maaf, Bos, kami belum menemukan titik terang dimana mereka berada."
"Astaga! Kerja kalian ini sebenarnya bagaimana? Benar benar nggak ada yang becus!"
"Kita sedang berusaha nyari kok, Bos. Kami yakin mereka nggak bakalan bisa pergi jauh."
"Alah omong kosong kalian semua! Gara gara kebodohan kalian, kita kehilangan ratusan juta, Paham!"
Orang yang di panggil bos itu memijat pelipisnya karena merasa begitu pusing dengan masalah yang menimpanya. Kehilangan tiga belas wanita yang sudah dipasangi harga per gadis lima puluh juta, membuat pria tegap yang dipanggil bos itu merasa rugi besar karena kehilangan mereka.
Sementara itu, ketiga belas gadis yang sedang dicari sang bos, jutstu sedang berbahagia saat ini. Mereka sekarang sedang mencoba mengenakan kebaya untuk acara nikah nanti. Tentu saja mereka dibantu dari beberapa warga yang memang peduli.
Para warga yang membantu itu adalah para ibu yang setuju dengan keputusan menikah. Bagi mereka, walaupun hanya nikah siri, tapi itu lebih baik daripada nanti digosipin kumpul kebo. Biar bagaimanapun, orang lebih mudah untuk berpikiran buruk daripada berpikiran baik.
Sementarra Jiwo, hanya terdiam sembari memperhatikan ibu ibu yang pada heboh saat membantu calon istri istrinya. Kadang senyum Jiwo tersungging tanpa sadar, saat matanya melihat ketiga belas calon istrinya nampak cantik dengan balutan kebaya.
"Wo, kenapa kamu beruntung banget sih? Calonmu semuanya cantik," beo seorang ibu.
"Pasti banyak nih, Wo, laki laki yang iri, termasuk suami suami kita, ya nggak? Hahah ..."
"Benar. Eh, Wo. malam pertamanya pake jadwal atau langsung kroyokan?"
Jiwo hanya bisa mesam mesem mendapat ledekan para ibu tetangga.Tentu saja Jiwo tidak bisa menjawabnya. Sesuai kesepakatan kedua belah pihak, tidak akan ada malam pertama diantara mereka sampai negara mereka aman, dan mereka bisa kembali dengan selamat.
Bagaimana caranya mereka kembali? Itu semua dipikir nanti. Yang penting untuk saat ini, ketiga belas wanita itu dapat berlindung dan bertahan hidup selama ada di sini.
Dari arah luar, nampak Emak datang menggunakan becak. Di dalam becak, bukan hanya Emak saja, tapi ada beberapa barang belanjaan seperti beras, mie, telor dan yang lainnya.
Jiwo langsung bangkit dan membantu menurunkan barang belanjaan. Meski acara pernikahan sangat sederhana, tapi tetap harus ada persiapan makanan buat syukuran.
Selain Belanja sendiri, Emak juga sudah mendapat beberapa barang sumbangan dari tetangga. Itulah uniknya tetangga, kalau lagi baik, semua terlihat menyenangkan. Tapi kalau lagi nyinyir, penginnya nimpuk. Namanya manusia, selalu saja ada warna dalam hidup mereka.
Hari pernikahan memang sudah semakin dekat. Sekitar tiga hari lagi acara sakral itu akan berlangsung. Jiwo juga sudah memberi kabar kepada saudaranya. Pastinya mereka sangat terkejut. Saking tidak percayanya mereka langsung telfon buat mastiin.
Baru mendapat kabar Jiwo akan segera menikah saja, kakak dan adik Jiwo terkejut, apa lagi nanti jika mereka datang dan tahu kejadiannya. Entah kehebohan apa yang akan terjadi. Mereka kompak akan datang esok hari.
Kabar Jiwo akan menikah memang sudah merebak di kampungnya. Kabar itu bahkan sudah sampai ke telinga Malik dan Titin. Meski mereka tidak tahu jalan ceritanya bagaimana, tetap mereka selalu menertawakan seseorang yang sangat mereka benci.
Kadang Jiwo sendiri merasa heran dengan pasangan Malik dan Titin. Yang disakiti Jiwo, yang dikhianati Jiwo, tapi justru mereka yang membenci pria itu. Sungguh tidak masu akal. Bukankah itu sangat terbalik?
"Jiwo nikah? Hahaha ... kasian amat ceweknya. Mau maunya nikah sama penjual kolor," ejek Malik pada pada salah satu warga yang sedang menceritakan kabar tentang pernikahan Jiwo.
"Kasian apaan, yang penting kan Jiwonya mau tanggung jawab," balas tetangga yang merasa heran dengan sikap dan ucapan anak Pak lurah itu.
"Hahaha ... ya jelaslah Jiwo mau tanggung jawab, dan dia memang harus tanggung jawab. Orang ceweknya pasti udah hamil duluan. Kalau nggak hamil duluan, mana mungkin ceweknya mau sama tukang kolor keliling itu."
Warga yang ada disana hanya menggelengkan kepala mendengar ucapan Malik yang sangat sok tahu dan keterlaluan. Bahkan warga yang memang tetangga Malik itu ingin menampol mulut Malik yang sudah sangat keterlaluan.
"Nih ya, aku berani bertaruh, aku akan ngasih kalian masing masing satu juta rupiah jika kalian bisa menbuktikan wanita yang nikah dengan Jiwo, terbukti tidak hamil duluan, gimana?"
Warga yang berjumlah lima orang itu saling pandang dan berembung mengenai tawaran anak lurah itu. Sedangkan Malik tersenyum sinis penuh kemenangan.
"Oke kita setuju, tapi kita mau merekam ucapan Mas Malik tentang taruhan barusan. Ya buat jaga jaga. Takutnya kalau kita menang, mas Malik nyangkal lagi."
"Baik, silahkan, kalian pake ponsel kalian buat merekam tantangan saya. Kalau perlu video sekalian," titah Malik dengan angkuhnya. Tanpa dia sadari, sebentar lagi keangkuhannya akan merosot saat Malik tahu kebenaran yang bakal buat Malik iri bukan main.
...@@@@@...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 239 Episodes
Comments
®agiel
gaaaaassss teruuuussss...
jangan pake rem Thor 😁
2024-12-02
0
dark sistem
hhhhhhhhhh
2024-11-07
0
Okto Mulya D.
Jiwo..masak tidak ada MP, kan udah sah dan biaya pernikahan memangnya ditanggung sponsor?! gimana sih kamu Wo..
2024-07-07
0