"Korban konflik?" Jiwo bertanya dengan raut wajah terkejut.
Salah satu dari mereka menceritakan kalau mereka adalah korban konflik yang terjadi di negara mereka. Hanya karena mereka kaum minoritas, diserang secara tidak berperi kemanusiaan. Mereka tercerai berai dengan keluarganya. Mereka mengungsi ke negara tetangga. Ketiga belas wanita itu sudah terdampar di negara ini selama enam bulan. Mereka hidup dalam keputus asaan.
Mereka selamat dan berhasil mendarat di pulau paling utara dari negara ini. Perjuangan mereka belum berakhir. Mereka harus berjuang bertahan hidup dengan segala keterbatasan yang ada. Karena mereka berada di negara orang, pergerakan mereka sangat terbatas.
Hingga beberapa hari kemarin, mereka seperti mendapat secercah harapan. Ada seseorang yang akan menolong mereka dan mempekerjakannya agar mereka memiliki kehidupan yang lebih layak. Tentu saja mereka sangat antusias menerima kabar baik itu.
Tapi nyatanya itu hanya jebakan semata. Setelah mereka dibawa oleh seorang oknum ke pulau jawa, mereka tak sengaja mendengar kabar kalau mereka sebenarnya mau dijadikan wanita penghibur. Meski mereka tidak lancar berbahasa negara ini, tapi mereka paham saat dengan apa yang mereka dengar.
Hari itu juga diam-diam mereka kabur saat mobil yang membawanya berada dikota yang sama di mana Jiwo berada kemarin. Mereka lari ke sembarang arah. Bagi mereka, yang penting saat itu bisa menyelamatkan diri.
Hingga malam hari, sampailah mereka di daerah tempat tinggal kakak Jiwo. Mereka frustasi, bingung dan lapar. Kaki mereka terus melangkah tanpa arah. Hingga mereka melihat mobil yang menculik mereka, berada tak jauh dari ketiga belas wanita itu. Mereka panik dan mereka harus bersembunyi. Mereka melihat mobil Jiwo. Tanpa pikir panjang mereka langsung bersembunyi di mobil tersebut hingga secara tak sadar mereka sampai di rumah ini.
Jiwo tidak dapat berkata-kata. Hatinya sungguh iba mendengar kisah pahit mereka. Emak yang tidak tahu apa yang mereka ceritakan juga merasa terharu, karena mereka bercerita dengan airmata yang terus mengalir. Entah, bantuan apa yang akan Jiwo berikan. Sampai saat ini saja dia bingung mau melakukan apa. Jiwo hanya bisa menyuruh mereka istirahat kemudian mengajak Emak masuk ke dalam untuk diskusi.
"Apa! Ya Tuhan," seru Emak begitu mendengar Jiwo menceritakan kisah mereka. Emak bahkan sampai nangis mendengar cerita selengkapnya dari kemalangan yang mereka alami. "Kenapa ada aja orang yang tega berbuat kayak gitu, Wo? mereka lagi susah, kenapa malah dibikin susah?"
"Tapi itu kenyataannya, Mak. Terus sekarang kita harus bagaimana, Mak? Setelah mendengar cerita mereka, kita nggak mungkin kan? membiarkan mereka pergi tanpa tujuan?"
"Bener, Wo. Mereka perempuan, dan mereka pasti sangat ketakutan berada di tempat asing."
"Maka itu kita harus gimana, Mak?" Emak mengusap sisa airmatanya. Dia juga ikut berpikir, sama seperti yang Jiwo lakukan.
"Mending kamu coba cerita sama pak Rt dan pamanmu, Wo. Kali aja mereka ada solusi?" saran Emak.
"Begitu?" Emak mengangguk. "Baiklah."
"Kalau mereka bawa identitas, diminta aja, Wo? Siapa tahu berguna?" saran Emak ketika Jiwo hendak beranjak.
"Baik, Mak."
Jiwo pun berlalu. Sebelum keluar rumah, Jiwo melakukan apa yang Emak sarankan. Beruntung mereka memiliki identitas dan bentuknya mirip sebuah KTP yang dipegang satu orang. Jiwo meminjamnya sebentar dan mereka pun menyerahkan.
Pertama yang Jiwo tuju adalah rumah Pamannya. Sesampainya di rumah pamannya. Jiwo lantas menceritakan apa yang sedang dia alami. Awalnya Karyo, nama Paman Jiwo juga terkejut mendengarnya, dan dia juga merasa prihatin dengan apa yang dialami ketiga belas wanita itu.
Paman pun menyarankan Jiwo lapor Rt terlebih dahulu. Akhirnya bersama pamannya, Jiwo sekarang pergi ke rumah Rt setempat.
"Jiwo? Mas Karyo? Ada apa nih? Kayak serius banget?" tanya Pak rt begitu melihat Jiwo dan pamannya sudah duduk di ruang tamu rumahnya.
"Iya nih Pak Rt, si Jiwo, ada perlu," jawab Karyo.
"Wah, ada apa memangnya? Mau minta surat pengantar buat nikah?" ledek Pak Rt. Jiwo yang biasa diledek seperti itu, hanya tersenyum masam.
"Bukan, Pak Rt," jawab Jiwo. "Jadi gini ..."
Jiwo kembali menceritakan apa yang terjadi. Seperti pamannya, Pak Rt juga sama terkejutnya mendengar cerita itu. Jiwo juga menunjukan identitas mereka.
"Kelihatannya mereka masih muda semua ya, Wo?" tanya Pak Rt sambil mengamati satu persatu karfu identitas mereka.
"Mungkin, Pak. Makanya, ada aja oknum yang mau nakal sama mereka."
"Tapi sepertinya ini akan sulit, Wo."
"Sulit bagaimana, Pak?"
"Mereka kan pengungsi, sedangkan pemerintah nggak bisa bantu mereka sepenuhnya. Di negara kita, para pengungsi dari negara konflik itu banyak banget, Karena banyak juga negara lain yang menolak kedatangan mereka."
"Waduh! terus ini gimana, Pak? Kalau mereka dibiarkan pergi juga kasian. Mana ada yang sedang sakit lagi." tanya Jiwo dengan wajah bingung. Pak Rt terdiam sembari berpikir.
"Ada sih satu solusi, Wo."
"Apa itu, Pak?"
"Kamu nikahi mereka."
"Apa!"
...@@@@@@...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 239 Episodes
Comments
dark sistem
emang ni rt debes deh /Determined/
2024-11-07
0
Okto Mulya D.
Hahaha kata pak RT benar Wo, daripada orang lain.. wkwkwkw
2024-07-07
1
Tester XXX
RT macam apa ini suruh menikahi 13 orang sekaligus.. mentang-mentang MC nya udah jomblo lama... wkwkwk..
2024-05-05
0