Malam itu, di kediaman Jiwo terlihat sedang ramai. Datangnya warga asing di tempat mereka cukup menjadi perhatian warga sekitar. Banyak yang merasa iba dengan para wanita itu. Mereka hilang kontak dengan keluarga. Mereka juga tercerai berai dan tidak tahu nasib keluarga mereka bagaimana.
Meski terkendala bahasa, berkat bantuan Jiwo, obrolan mereka cukup lancar. Ternyata tak sia sia, Jiwo sangat menyukai bahasa inggris. Mungkin ini salah satu jalan yang disiapkan takdir untuk pria tersebut.
Ketiga belas wanita itu juga menunjukan nama yang diberikan Jiwo. Dari sorot mata yang terpancar, mereka memang terlihat sangat bahagia dan penuh rasa syukur karena dipertemukan dengan pria sebaik Jiwo. Mereka juga membicarakan tentang rencana pernikahan mereka termasuk kesepakatan yang sudah mereka bicarakan.
"Kalau memang ada kesepakatan seperti itu, mending kamu bikin surat perjanjian, Wo," usul salah seorang warga.
"Surat perjanjian?"
"Iya, Wo. Surat itu bisa sebagai penguat pernikahan kalian nanti. Kita nggak tahu apa yang akan terjadi ke depannya. Surat itu bisa jadi bukti pernikahan kalian."
"Ah iya, benar, Wo. Nanti kalian tanda tangani di atas materai, minta Pak Rt dan beberapa warga tanda tangan juga, termasuk nanti yang menikahkan kalian."
"Apa yang mereka katakan benar, Wo. Kamu dan tiga belas wanita ini butuh penguat untuk bukti pernikahan. Karena nikah siri nggak tercatat dalam negara, jadi apa salahnya kamu bisa jadikan surat itu buat pegangan sampai kalian bercerai nanti," Pak Rt pun ikut memberi saran.
"Dan satu lagi, Wo," sambung paman Karyo. "Kamu juga coba kunjungi sama orang yang tahu agama. Boleh tidak menikahi mereka dengan alasan seperti yang kamu bicarakan? Niat kamu memang baik, tapi tidak ada salahnya kamu minta pendapat orang lain juga."
"Baik, Paman. Akan saya pikirkan dengan matang," balas Jiwo. "Terima kasih semuanya. Kalau tidak ada kalian, entah aku harus bagaimana."
"Nah, itu hebatnya Tuhan, Wo. Kamu tulus menolong mereka, maka Tuhan dengan mudah menolong kamu lewat tetangga kamu," ucap Paman. Dan para warga punn sependapat dengan ucapan Paman Karyo.
Mereka kembali larut dalam perbincangan. Hingga tak terasa, malam semakin larut, satu persatu warga pada undur diri.
Setelah semua tamu pada pergi, Emak menyuruh ketiga belas wanita itu pindah ke kamar. Sebagian di kamar bekas kakak Jiwo dan sebagian di kamar bekas adik Jiwo. Meski dua anaknya terpisah jauh, Emak selalu membersihkan kamar mereka, agar pada saat mereka berkunjung, kamar itu bisa lansung digunakan.
Lagi-lagi tiga belas wanita itu nampak sangat bersyukur. Meski berdesakan, bahkan ada yang tidur di kasur lantai, mereka sama sekali tidak keberatan. Bahkan mereka terlihat lebih senang. Bagi mereka, tempat ini lebih baik daripada tempat pengungsian mereka.
"Aku nggak nyangka kita ketemu sama orang baik disini?"
"Sama, aku berseryukur. Apa lagi Mister Jiwo kelihatannya tulus."
"Aku harap begitu. Mungkin ini juga jawaban dari doa kita selama ini."
"Aku harap juga begitu. Aku harap Mister Jiwo akan selalu mendapat kebaikan. Juga Ibu dan semua orang disini."
"Aamiin."
"Sudah, sekarang lebih baik kita tidur, besok kita bangun pagi dan bantu bantu disini. Kita juga harus tahu diri."
"Oke!"
Hari pun berganti lagi. Hari ini Jiwo dan Emak tidak beraktifitas seperti biasanya. Mereka sengaja libur karena banyak hal yang harus mereka lakukan.
Begitu juga Jiwo. Hari ini dia akan melakukan semua saran yang dia terima dari Pak Rt, Pamannya dan juga beberapa tetangga. Jiwo telah memikirkan dengan matang tentang usulan mereka, dan semuanya memang benar. Dia harus punya bukti tertulis. Kali saja bukti itu berguna nanti.
Setelah sarapan bersama dan juga mencatat apa yang menjadi kesepakatan, Jiwo bergegas pergi ke tempat jasa pengetikan. Setelah itu tak lupa, Jiwo membeli beberapa materai. Terakhir Jiwo pergi ke rumah seorang kyai
Di rumah kyai, Jiwo lantas menceritakan tujuan datang ke rumah beliau dan alasannya. Kyai pun mendengar penjelasan Jiwo dengan baik dan mencerna semuanya. Alasan Jiwo memang masuk akal, bahkan ketika sang Kyai bertanya, Jiwo menjawabnya tanpa ragu.
Senyum Jiwo terkembang saat Kyai memberi lampu hijau. Bahkan beliau bersedia menikahkan Jiwo dengan ketiga belas wanita itu. Sebelum memberi persetujuan, Sang Kyai terlebih dahulu memberi wejangan dan beberapa nasehat juga pertanyaan yang berhubungan dengan para wanita. Hingga akhirnya Sang Kyai memberi restu setelah dirinya mempertimbangkan dengan cukup matang.
Jiwo pulang dengan perasaan lega. Meski pernikahan itu hanya pernikahan siri dan ada beberapa perjanjian yang menjadi kesepakatan, tapi Jiwo sepertinya tidak mempermasalahkan sama sekali. Bagi Jiwo saat ini yang penting adalah dia menikah.
Sementara itu di tempat lain.
"Kita harus bisa menemukan ketiga belas wanita itu secepatnya!"
"Siap, Bos!"
...@@@@@@@...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 239 Episodes
Comments
Okto Mulya D.
Jiwo, nasibmu baik banget akan menikahi 13 gadis sekaligus hehehe...tapi tidak boleh menyentuh bagaimana itu Wo.
2024-07-07
0
Rosmaliza Malik
takut nanti Malik bocor rahsia, bgtahu orang jahat keberadaan 13 wanita
2023-12-07
0
❤️⃟Wᵃf🤎⃟ꪶꫝ🍾⃝ͩDᷞᴇͧᴡᷡɪͣ𝐀⃝🥀ᴳ᯳
waduh musuhnya masih mengincar dan mencari mereka.. bahaya ini
2023-10-22
1