Menikah. Sebuah kata sederhana tapi penuh makna di dalamnya. Sebuah pencapaian dari anak manusia dalam mengarungi hidup yang lebih sempurna. Sebuah hari yang dinanti bagi dua pasang hati yang ingin menjalani hidup bersama hingga mati.
Tapi kata menikah berbeda arti bagi seorang pria dewasa yang pernah patah hati karena impian yang dia bangun dengan kekasih hati, hancur dalam waktu kurang dari satu hari.
Tapi kata menikah kini kembali menghampiri hidup pria kalem bernama Jiwo. Kata menikah kembali mewarnai hidup Jiwo saat jalan hidupnya dipertemukan oleh takdir dengan tiga belas wanita muda. Entah Jiwo harus bahagia atau sedih atas pernikahan yang akan dia jalani. Tapi dalam hatinya, ada rasa bangga bisa memberi perlindungan sementara pada tiga belas wanita yang hidupnya sedang tidak tentu arah.
Jiwo menunjukkan senyum terbaiknya, saat ketiga belas wanita itu mengatakan setuju untuk menikah dengan satu pria atas nama perlindungan diri.
"Agama kita sama, mungkin kalian tahu pernikahan apa yang akan kita jalani, bukan?" tanya Jiwo dengan wajah serius.
"Apa kita akan menikah secara agama?" tanya salah satu dari mereka.
Jiwo mengangguk. "iya, kita akan menikah secara agama dulu. Nanti jika negara kalian sudah aman dan kalian bisa pulang, syarat untuk melepaskan kalian tidak terlalu berat dan sulit. Kalian jangan khawatir, saya tidak akan menuntut kalian untuk melayani saya."
"Benarkah?"
"Apa saya kelihatan sedang berbohong?"
"Baiklah, saya serahkan semuanya pada anda saja, Mister. Kami mohon maaf, karena merepotkan Mister dan keluarga."
"Nggak masalah, semoga apa yang saya dan ibu saya lalukan. Mendapat kebaikan lain dari berbagai arah."
"Aamiin."
"Kalau begitu, apa boleh saya tahu nama kalian?"
Mereka lantas satu persatu menyebutkan nama mereka. Kening Jiwo mengkerut, begitu juga kening Emak. Meski Emak tidak tahu apa yang mereka bicarakan, Emak paham kalau mereka sedang mengenalkan nama masing masing, dan nama yang mereka sebutkan sangat susah untuk diucapkan apa lagi di ingat.
"Astaga! Nama kalian susah banget. Nama panggilan aja sulit di ingat," keluh Jiwo. para wanita itu hanya tersenyum lebar, dan senyuman mereka memuat Jiwo terpana hingga dia bergumam dalam hati, "Kenapa mereka cantik cantik banget?"
"Begini saja, Mister. Bagaimana kalau Mister memberi kami nama seperti penduduk negara Mister? Biar Mister mudah mengingatnya," usul salah satu dari mereka.
Jiwo sontak memikirkannya dan tak lama kemudian dia berkata, "Setuju! ide bagus. Sebentar saya ambil kertas."
Jiwo lantas beranjak menuju kamarnya dan kembali dengan membawa buku dan alat tulis yang biasa dia gunakan untuk urusan dagang. Lantas dia menyobek beberapa lembar buku dan mulai menulis nama.
Aish, Arum, Anum, Alin, Arin, Andin, Anisa, Aluna, Alana, Alena, Aziza, Alifa, dan Adiba. Tiga belas nama yang Jiwo tulis. Sengaja Jiwo memilih nama dengan awalan huruf A, agar mudah diingat. Jiwo pun membagikan satu persatu lembaran kertas bertulis nama untuk dibagikan. Ketiga belas wanita itu satu persatu menerima kertas dari Jiwo dan membacanya sambil senyum senyum.
"Buat apa itu, Wo?" tanya Emak.
"Itu, Mak, biar enak manggilnya nanti. Aku ganti nama mereka pakai nama orang sini. Kalau manggil nama asli mereka, yang ada pusing."
"Baguslah."
Disaat bersamaan, Pak Rt, Bu Rt dan beberapa warga juga Paman Karyo dan istri, mendatangi kediaman Jiwo. Jiwo dan yang lain, sontak kaget dan langsung menyambut tamu yang datang.
"Bagaimana keadan kalian? Apa kalian betah tinggal disini?" tanya Pak Rt. Ketiga belas wanita itu saling pandang karena tidak tahu apa yang Pak Rt tanyakan.
"Maaf, Pak Rt, mereka belum mengerti bahasa kita. Mereka hanya bisa memakai bahasa inggris," terang Jiwo. "Tapi mereka baik baik saja kok saat ini. Mereka bahkan terlihat senang sekali mendapat bantuan seperti ini."
"Owalah, tapi saya ikut senang lah," jawab Pak Rt. "Terus, rencananya besok mereka mau pergi apa gimana, Wo?"
"Kemungkinan mereka nggak jadi pergi, Pak Rt."
"Kenapa, Wo? Ada masalah?" Paman bertanya.
"Mereka semua setuju, menikah dengan saya, Paman."
"Apa!" pekik semua tamu yang ada disana. Ada yang tertawa, ada yang geleng geleng kepala, ada yang senyum senyum.
"Beruntungnya kamu, Wo," celetuk seorang Bapak.
"Kamu kuat, Wo? Lawan tiga belas?" ledek warga yang lain, hingga mereka semua pada terbahak. Jiwo hanya bisa cengengesan tanpa mau membalas ucapan para warga.
"Mereka semua setuju, Wo?" tanya Pak Rt memastikan.
"Iya, mereka tidak mau terpisah satu sama lain jadi mereka hanya mau dinikahi oleh saya, Pak."
"Waahh! Jiwo is the best." kelakar warga.
"Ya sudah, kalau itu sudah keputusannya, nanti saya suruh warga buat bantu acaranya."
"Baik, pak. Terima kasih."
@@@@@
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 239 Episodes
Comments
Devil 🗿
kalo aku adit bag🗿
2024-12-23
0
dark sistem
satu kata buat tu bapak²(lu sok asik banhsat/Facepalm/)
2024-11-07
0
AldoArt85
Sudah kuduga, author novel ini demen nama awalan A 😏😏
2024-05-28
1