Siang hari ini udara nampak begitu terik. Penunjuk waktu yang melingkar di pergelangan tangan menunjukan pukul dua belas lebih lima puluh menit.
Tapi udara panas yang menyengat kulit, tak menyurutkan senyum pria berusia tiga puluh satu tahun yang sedang mengendarai motor maticnya.
Sejak pulang dari rumah seorang pemuka agama, entah kenapa hati Jiwo begitu merasa hangat dan bahagia. Rencana pernikahan yang akan dia langsungkan, sangat berjalan lancar tanpa adanya hambatan. Seakan niat baik yang Jiwo suarakan, mendapat restu Tuhan.
Sekarang yang Jiwo pikirkan adalah mencari tanggal yang tepat untuk hari pernikahannya. Meski Jiwo tahu, pernikahan yang akan dia jalani, bukan pernikahan yang dia harapkan. Tapi Jiwo yakin di balik rencana yang akan dia jalani bisa saja ada kejutan yang mungkin bisa mengubah hidupnya.
Tapi yang lebih penting untuk saat ini adalah, bagaimana caranya agar pernikahan ini lancar tanpa ada masalah serius ke depannya. Hingga saatnya nanti mereka berpisah jika negara para wanita calon istri Jiwo sudah aman dan kondusif.
Motor Jiwo melaju memasuki pekarangan rumahnya. Dahinya mengernyit saat melihat di halaman rumahnya terlihat dua motor yang terparkir di sana. Jiwo tahu kedua motor itu milik siapa. Dia lantas segera masuk ke dalam rumahnya.
"Wuih, calon pengantin datang," ledek seorang pria begitu melihat Jiwo datang.
"Kalian lagi pada ngapain disini?" tanya Jiwo kepada dua tamu yang ada disana.
Tamu itu adalah teman karib Jiwo. Namanya Ozi dan Fadil. Mereka berdua sudah menikah dan masing masing memiliki anak satu. Mereka lah yang menjadi bagian hidup dan saksi perjuangan cinta Jiwo. Bagaimana pria itu hanya setia pada satu wanita yang sering menyakitinya. Ozi dan Fadil lah saksi kebucinan Jiwo kepada wanita bernama Titin.
Masih jelas dalam ingatan mereka, Berulang kali Titin selingkuh, berulang kali juga Jiwo memaafkan, dan berulang kal pula kedua sahabatnya dibuat kesal. Tapi doa dua sahabat Jiwo agar Jiwo tidak berjodoh dengan Titin terkabul dengan hamilnya Titin oleh anak pak lurah. Doa yang jahat sih, tapi itu yang terbaik untuk Jiwo.
Jiwo hancur sehancur hancurnya saat itu. Dia sungguh tidak menyangka kalau wanita yang dia perjuangkan justru kembali menusuk Jiwo lebih kejam lagi. Dan yang lebih menyakitkan adalah ucapan Titin dan keluarganya yang ternyata meragukan masa depan Titin jika menikah dengan Jiwo.
Dari kejadian itulah Jiwo memilih jomblo sejak lima tahun yang lalu. Dia seakan enggan menjalin hubunganan dengan wanita kembali karena rasa trauma disakiti dan dihina serta diremehkan.
"Lagi kenalan lah, Wo. Kamu nggak lihat kita lagi ngobrol serius sama calon istrimu?" ucap Fadil.
"Emang kalian bisa bahasa inggris?" ejek Jiwo pada dua sahabatnya.
"Astaga! Ngece sampean kisanak. Jaman udah canggih Jiwo. Nih! pake ini," balas Ozi sambil menunjukkan aplikasi translate.
"Ah iya, sepertinya aku butuh ponsel buat komunikasi mereka kayak gitu."
"Ya tinggal dibeliin. Satu aja cukup buat sarana belajar mereka juga."
"Ya udah sini, Zi, ponsel kamu aku bayar 500ribu."
"Enak aja! Ponsel tiga juta di tawar segitu."
"Ya kan bekas," ucap Jiwo sambil cengengesan.
"Sembarangan. Ini ponsel harga bekasnya tuh masih diatas dua juta. Punya Fadil tuh. Tiga ratus ribu juga udah termasuk harga tinggi."
"Enak aja!" sungut Fadil. "Lagian kamu pelit amat, Wo. Masa buat istri, beli ponsel bekas. Yang baru di bawah dua juta juga banyak. Nggak kalah bagus. Yang penting bisa buat komunikasi."
"Iya, iya, tahu. Lagian, cuma becanda juga."
Tanpa mereka sadari, perdebatan mereka menjadi tontonan ketiga belas calon istri Jiwo. Meski mereka tidak mengerti dengan apa yang tiga pria itu ributkan, tapi senyum mereka tersungging melihat tingkah mereka.
"Udah, udah jangan ribut. Tuh, Wo, dilihatin calon istri istrimu," tunjuk Fadil. Jiwo dan Ozi langsung menoleh dan mereka cengengesan merasa malu. Mereka pun akhirnya terlibat pembicaraan yang seru. Meski sedikit ribet karena harus memakai bantuan translator di ponsel, tapi mereka sangat menikmatinya.
"Jadi kapan, Wo, kamu nikahnya?" tanya Ozi.
"Iya, Wo. Biar kita bisa bantu bantu?" sambung Fadil.
"Ya kemungkinan dalam seminggu ini, aku juga belum berunding sama Emak dan Paman. Belum lagi ngabari kakak dan adik."
"Ya udah kamu gerak cepat, nanti urusan Make up biar istri kita yang bantuin, Ya, Dil."
"Iya, soal baju juga, istri kita juga pasti setuju bantuin kamu. Nggak perlu mewah, yang penting pantas."
"Ya ... niatku memang acara sederhana saja sih, orang ijab doang."
"Pasti, pernikahan kamu bakalan viral nih, Wo. Hahaha ..."
"Pasti itu."
Dan ketiganya kembali larut dalam obrolan yang tak penting bersama tiga belas calon istri Jiwo.
...@@@@@@...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 239 Episodes
Comments
dark sistem
mau nyombong ternyata pake translate
2024-11-07
0
Okto Mulya D.
untung penghulunya tidak tiga belas juga Wo, hehehehehe .
2024-07-07
0
Nami chan
harus secepetnya krn yg kehilangan 13wanita pst lg gencer nyari
2023-11-17
0