Tok! Tok! Tok!
"Siapa?" teriak Jiwo.
"Aisyah, Mister!"
Jiwo lantas bangkit dan beranjak membuka pintu kamarnya.
"Ada apa?" tanya Jiwo begitu pintu terbuka.
"Saya akan menemani Mister tidur."
"Apa!" pekik Jiwo dengan mata membulat tak percaya. Menemani aku tidur?" tanya Jiwo agak tergagap. Degup jantungnya tiba tiba berdetak lebih cepat dari biasanya.
Wanita yang diberi nama panggilan Asyah itu mengangguk tersenyum dengan manisnya.
"Bukankah perjanjian kita ...?" tanya Jiwo tak meneruskan pertanyaannya.
"Saya tahu, Mister. Tapi setidaknya saya tidak ingin membuat Mister malu. Saya harus menjaga nama baik suami saya," jawab Aisyah lembut dan tegas.
"Tapi kan ..." Jiwo masih gamang dengan keadan yang sedang dia alami.
"Mister, meski kita ada perjanjian tidak berhubungan badan, ijinkan saya belajar menjadi istri yang memiliki tanggung jawab pada suaminya."
Jiwo hanya mengangguk kaku. Hatinya masih tak percaya dengan apa yang sedang dia alami. "Baiklah, silahkan masuk," ucap Jiwo canggung. Dia bahkan beberapa kali menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Degup jantungnya semakin tak karuan.
Apa yang dirasakan Jiwo, sebenarnya sama juga dengan apa yang dirasakan Aisyah saat ini. Wanita langsing dengan tinggi 160 cm itu juga merasa gugup saat melakukan hal yang tidak pernah dia lakukan sebelumnya.
Mata Aisyah mengedar ke ruangan yang luasnya tiga kali tiga meter tersebut. Tidak ada ranjang dalam kama tersebut. Hanya ada kasur tebal ukuran untuk dua orang dan kelihatan masih baru.
Kasur itu memang baru. Hadiah pernikahan dari Bayu. Jiwo pikir hadiah kasur itu tidak akan ada gunanya karena Jiwo merasa hanya tidur sendirian. Tapi dengan kejadian ini, kasur itu menjadi ada gunanya juga.
Ais duduk mendaratkan pantatnya di atas kasur sedangkan Jiwo masih berdiri sambil bersandar di tepi pintu. Dia masih larut dalam ketidak percayaan dengan apa yang terjadi.
"Mister kenapa masih berdiri disitu? Apa Mister tidak ngantuk?" pertanyaan Aisyah tentu saja membuat Jiwo kembali terkejut.
"Eh ... em ... iya ..." jawab Jiwo gugup. Dia perlahan menutup pintu kamar dan beranjak menuju kasur dengan degup jantung yang semakin tidak karuan. Jiwo turut serta mendaratkan pantatnya di tepi kasur sama persis dengan yang dilakukan wanita di sebelahnya. Sejenak mereka terdiam dan hanyut dalam pemikiran masing masing.
"Kamu dapat ide darimana mau melakukan semua ini?" tanya Jiwo ketika detak jantungnya perlahan kembali berdetak normal.
"Nggak dapat ide dari mana mana," jawab Aisyah pelan. "Saya hanya pernah dengar nasehat dari ayah dan ibu saya tentang wanita yang menikah dalam agama kita."
Jiwo tertegun, sekilas dia menoleh ke arah wanita disebelahnya. Jiwo tahu, saat ini pasti hati wanita itu sedang sedih. Pasti dia sedang teringat dengan orang tuanya.
"apakah dulu kamu sempat mau menikah?" tanya Jiwo lagi. Dia penasaran dengan kehidupan ketiga belas istrinya.
Aisyah mengangguk. "Ya, aku pernah berencana mau menikah. Jika nggak ada konflik, mungkin pernikahan itu sudah terjadi."
Melihat Wajah Aisyah yang berubah sedih, seketika Jiwo merasa tidak enak hati. "Maaf, tidak seharusnya saya bertanya seperti itu."
Aisyah kembali mengulas senyum. "Nggak apa apa. Mister sudah menjadi suami saya. Setidakya Mister tahu cerita cerita istrinya."
Jiwo kembali tertegun dan masih menatap Aisyah dengan wajah bingung. "Maskud kamu?"
"Kan aku dan yang lainnya sepakat untuk bergantian menemani Mister tidur."
"Apa!" pekik Jiwo. "Bergantian? Tapi ..."
"Kenapa? Mister tidak suka ditemani tidur oleh istri Mister?" tanya Aisyah sedikit meledek.
"Bukan begitu. Cuma kita ..."
"Jangan menolakk niat baik kami, Mister. Semua melakukan dengan ikhas dan sadar kok. Biarkan kami menjadi istri yang bertanggung jawab pada suaminya."
Jiwo hanya bisa manggut manggut saja. Dia seakan kehabisan kata kata untuk membalas ucapan Aisyah.
"Sudah malam, Mister, sebaiknya kita tidur," ajak Aisyah. Jantung Jiwo kembali berdegup kencang.
"Ah iya, kamu sebelah sana ya," jawab Jiwo gugup. Dia menyuruh ambil posisi di dekat tembok. Ais mengangguk. Dia naik ke atas kasur dan merebahkan tubuhnya dalam posisi miring membelakangi Jiwo.
Jiwo masih terduduk, tiba tiba dia merasa gerah. Jantungjnya pun masih berdetak tak karuan. Mau tidak mau, Jiwo juga merebahkan badannya dengan posisi miring memunggungi Aiysah.
Karena badan yang sudah sangat lelah, rasa kantuk dengan cepat menghinggap di mata Jiwo. Tak lama kemudian dia pun terlelap. Sedangkan Aisyah malah sudah terlelap terlebih dahulu.
Saat jam dinding menunjukan pukul dua malam, Jiwo terbangun karena dia merasa sesak. Perlahan matanya terbuka, dan betapa kagetnya Jiwo saat diatas bahunya ada kepala wanita yang terlelap sembari memeluk erat tubuhnya.
"Astaga! Ujianku berat sekali!"
...@@@@@...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 239 Episodes
Comments
dark sistem
mungkinkah ini diambil cerita dari palestina
2024-11-07
0
Okto Mulya D.
Jiwo, bukan ujian ituuu, rezeki yang berlimpah yang tidak disangka-sangka 🤣🤣🤣🤣💪🏾💪🏾💪🏾
2024-07-08
1
Zeno
keren lucu kocak komedi nya masuk
2024-06-14
0