Tercengang. Itulah yang sedang Jiwo rasakan saat ini. Bagaimana Jiwo tidak tercengang? Di hadapannya kini berjejer tiga belas wanita cantik berpakaian kebaya sederhana yang kepalanya berbalut kerudung. Tiga belas wanita itu memakai pakaian yang berbeda motif tapi memiliki warna yang sama yaitu warna putih. Tentu saja semua itu terjadi berkat bantuan kakak ipar, adik dan istri istri dari dua sahabat Jiwo serta saudara dan juga ibu ibu tetangga.
Ketiga belas wanita itu juga nampak malu malu saat mata Jiwo menelisik satu persatu wajah mereka. Meski pernikahan ini adalah pernikah terpaksa, tapi dari sikap ketiga belas wanita itu tidak tampak sama sekali raut keterpaksaan yang terlihat dari wajah mereka.
Namun begitu, tidak dipungkiri kalau hati mereka juga sedih. Pernikahan adalah acara yang sangat penting dalam kehidupan anak manusia, tapi tidak ada satu keluargapun yang tahu kabar pernikahan mereka. Mereka benar benar kehilangan kontak keluarga mereka. Bahkan saat mereka mencari lewat internetpun, mereka sama sekali tidak menemukan jejak tentang keluarga mereka.
Mau tidak mau, mereka harus kuat menghadapi semuanya sendirian. Mereka sangat bersyukur, orang yang menolong mereka adalah orang yang sangat baik. Sungguh, mereka tidak ada penyesalan sama sekali menikah dengan satu lelaki itu.
"Kamu pasti lagi mikir, kira kira mana dulu nanti yang akan kamu ajak untuk malam pertama," tebak Ozi setengah berbisik. Jiwo yang sedang fokus menatap semua calon istrinya sontak saja langsung kaget mendengar tebakan sahabatnya di dekat telinga.
Jiwo mendengus sebal. "Nggatetin aja!" sungutnya.
Ozi terkekeh. "Ya abis, menatapnya begitu amat. Sabar sedikit napa? Bentar lagi juga halal."
Lagi lagi Jiwo cuma mendengus. Dia tidak mau menangapi ledekan sahabatnya. Toh, pada kenyataannya, tidak ada malam pertama dalam kesepakatan mereka. Kesepakatan itu mereka buat intuk mengantisipasi keadaan.
Dengan lapang dada, Jiwo menerima kesepakatan tersebut. Jiwo jiga tidak mau merasa bersalah jika mereka suatu saat nanti kembali ke negaranya dalam keadaan yang sudah tidak suci. Jiwo tidak ingin dianggap memanfaatkan keadan meski dia punya hak sebagai suami. Jiwo lebih memikirkan masa depan mereka nantinya jika mereka kembali ke negaranya.
"Gimana, Wo? Apa kamu sudah hafal, nama nama mereka dan juga orang tuanya?" kini giliran sang kakak yang bertanya.
"Sudah lah, Mas. Tapi aku tetap bawa contekan. Takut lupa," jawab Jiwo sambil menunjukan lipatan kertas yang ada disakunya.
"Hahaha ... bisa ya, nikah sampe bawa contekan nama istrinya," ucap Fadil. "Bakalan viral kamu, Wo."
"Duh! Janganlah, tolong nanti jangan ada yang posting lah ya? Aku nggak mau ada nyinyiran. Tahu sendiri kan ucapan netizan gimana," pinta Jiwo sedikit memohon.
"Ya nggak apa apa kan? Kali aja setelah kamu nikah, rejekimu naik pesat. Diundang podcast segala, kan lumayan bisa nongol di tv dan akun streaming video lainnya."
"Nggak, nggak usah. Aku nggak mau yang kayak gitu. Kamu tahu kan perjanjiannya kayak gimana? Kasian mereka nanti kalau dinyinyirin."
Kedua sahabat Jiwo nampak manggut manggut dan mereka setuju mau membantu Jiwo untuk menghimbau warga yang hadir nanti. Begitu juga dengan kakak dan adik ipar serta keluarga yang lain.
Tak lama kemudian, pemuka agama yang akan menikahkan mereka pun hadir. Jiwo dan yang lainnya kini berada di ruang tamu yang sedikit terturup agar tidak ada yang merekam acara pernikahan itu.
Sebelum akad di mulai, Jiwo menunjukkan dulu beberapa cacatan tentang pernjanjian yang dia sepakati dengan ketiga belas wanita, dan Jiwo butuh tanda tangan dari pemuka agama, wali hakim para wanita serta beberapa saksi. Mereka setuju menandatangi kertas itu. Meski dalam kertas itu tidak membahas soal hubungan malam pertama.
"Baiklah, apa bisa kita mulai sekarang, Mas Jiwo?" tanya seorang kyai yang akan menikahkan Jiwo dengan ketiga belas wanita itu.
"Silakan Pak Kyai," jawab Jiwo mencoba bersikap tenang. Padahal hatinya sungguh sangat gugup.
"Wanita mana dulu nih yang mau di akad?"
Jiwo menoleh ka arah deretan wanita di belakangnya. Sedangkan yang hadir disana tak kuasa menahan tawa dan senyum saat melihat pemandangan unik di hadapan mereka.
"Baru kali ini ada pernikahan, si cowok bingung mau akad istrinya sendiri," celetuk Ozi. Hampir semua mengeluarkan suara tawanya saat itu juga.
"Jangan bingung bingung, Wo. Bakalan sah semuanya ini," sambung Fadil.
Jiwo hanya bisa cengengesan untuk menutupi rasa malu, lalu dia memanggil wanita yang diberi nama panggilan Aisyah. Wanita itu pun maju dan duduk di samping Pak kyai.
"Udah siap?"
Jiwo mengeluarkan kertas untuk membaca nama asli wanita yang dipanggil Ais. sontak saja semua kembali tertawa melihat tingkah Jiwo.
"Siap, Pak kyai."
Ya udah kita mulai."
...@@@@@...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 239 Episodes
Comments
Okto Mulya D.
Saya nikah dan kawinnya si A binti B dengan mas kawin C dibayar tunai..
2024-07-07
0
Juwanto
Hahahaha akhir nya Sujiwo Bagaskoro Menikah hi Aisah Dulu Sebagai Calon istri Pertama nya dan Akad Nikah Sedang Berlangsung....
2023-04-20
1
By
1 lagi kesalahan kalo sampe viral, itu musuhnya bakal nemu yang di cari gblk
2023-03-02
0