Tak terasa, malam telah datang. Ada yang terlihat berbeda dari rumah penjual celana kolor malam ini. Rumah yang biasanya sepi karena hanya di huni ibu dan anaknya, kini terlihat ramai dan penuh tawa. Dari arah dapur, nampak Emak dan tiga belas wanita yang ada disana sedang bercanda dan berbagi cerita. Meski pembicaraan mereka dibantu melalui aplikasi penerjemah bahasa lewat ponsel yang sengaja Jiwo beli tadi sore, tapi pembicaraan sesama wanita disana sangat terdengar lebih akrab tanpa rasa canggung.
Mereka juga tidak hanya bercerita. Di dapur ketiga belas wanita yang ada disana juga menbantu emak menyiapkan makanan. Mereka memanfaatkan kegiatan mereka untuk belajar semua yang berhubungan tentang negara ini, terutama tentang hal hal kecil seperti bahasa, masakan, berbaur dan hal sederhana lainnya.
Jiwo yang sedang sibuk membereskan barang daganganya, sesekali menyunggingkan senyum melihat dan mendengar pembicaraan mereka dari ruang tengah depan televisi. Jiwo cukup senang, Emak jadi tidak kesepian. Biasanya Emak kalau malam hari pasti temannya hanya televisi. Tapi mulai malam ini sepertinya Emak bakalan lupa dengan acara televisi kesayangannya.
"Kopinya, Mister," ucap salah satu calon istri Jiwo, membuat pria itu sedikit kaget. Lantas dia mengulas senyum dan berterima kasih. Wanita itu bukannya pergi, tapi malah duduk di hadapan Jiwo. Sontak saja Jiwo langsung salah tingkah.
"Apa yang kamu lakukan?" tanya Jiwo saat melihat wanita itu ikut mengerjakan apa yang Jiwo kerjakan.
"Membantu Mister. Apa Mister tidak lihat?" balas wanita itu sambil tersenyum simpul.
"Biarkan saja, mending kamu kembali bersama yang lainnya."
"Biarkan saya melakukan hal yang berguna selama di sini Mister. Jangan terlalu memanjakan kami. Keberadaan kami disini, sudah cukup membuat Mister dan Emak kerepotan. Jadi jangan cegah kami jika kami ingin membantu."
Jiwo kaget mendengar ucapan wanita itu. Namun tak lama kemudian, dia mengangguk dan memahami keinginan mereka yang diwakili wanita di hadapannya.
"Nama panggilan kamu ..." Wanita itu membalik kertas nama yang digantung di lehernya. "Anisa. Dapat ide darimana? Namanya di gantungin seperti itu?"
Anisa sontak tersenyum. "Dari teman, Mister, tadi."
Jiwo sontak ikut tersenyum lebar dan mengangguk beberapa kali. Mendadak rasa canggung menghampirinya. Mungkin karena Jiwo telah lama tidak meladeni obrolan dengan perempuan, jadi dia bingung mencari bahan pembahasan. Apa lagi obrolan mereka menggunakan bahasa inggris, jadi cukup sulit mencari bahan obrolan yang enak.
"Mister."
"Hum."
"Terima kasih."
Jiwo hendak membalas tapi Anisa keburu pergi. Dia hanya bisa mengulas senyum sejenak sembari memandang kepergian wanita itu, kemudian kembali melanjutkan pekerjaanya dengan senyum yang masih melekat.
Saat makan malam sudah siap, pekerjaan Jiwo pun sudah selesai. Mereka menikmati makan malam dengan riang. Meski sederhana, ketiga belas wanita itu sangat menikmati makanan negara ini. Mereka sangat cocok dengan rasanya. Padahal hanya oseng pepaya muda dan tempe serta tahu goreng tanpa tepung.
Selesai makan, mereka juga yang membantu membereskan semuanya. Mencuci piring dan gelas serta yang lainnnya yang kotor dan menbersihkan dapur juga. Jiwo merasa senang, setidaknya Emak tidak terlalu capek di usianya yang sudah lumayan tua.
Saat semuanya sudah selesai, tiga belas wanita itu pamit ke kamarnya masing masing. Tinggalah Jiwo dan Emak diruang tengah menikmati acara televisi.
"Akhirnya, kamu akan menikah juga, Wo," ucap Emak tiba tiba, cukup mengagetkan Jiwo yang sedang fokus menatap televisi.
"Hanya sementara, Mak," balas Jiwo. Meski terdengar getir, tapi inilah kenyataannya.
"Tapi setidaknya kamu menikah, Wo. Entah ini sementara atau selamanya. Yang penting nggak ada omongan yang buruk lagi tentang kamu."
Jiwo mengerti kemana arah ucapan Emaknya. Meski tetangga Jiwo baik, tetap manusia pasti ada sisi tidak baiknya. Omongan buruk, sindiran, ledekan ataupuan ejekan, memang kadang Jiwo dapatkan dari beberapa tetangganya. Kegagala hubungan yang telah lama dia jalin, serta keputusannya yang tidak mendekati wanita lain setelah hubungannya kandas. Menjadi bahan utama untuk meledek Jiwo.
Yang namanya hati, sekuat apapun bertahan, akan tetap terluka jika terus mendapat perkataan yang cukup menyakitkan. Begitu juga yang dirasakan Emak dan Jiwo.
"Emak jangan teralu mikirin omongan orang. Kan yang menjalani hidup itu kita."
"Emak tahu, tapi ya namanya telinga masih waras, ya wajar kan kalau Emak kepikiran dengan apa yang Emak dengar."
"Ya udahlah, Mak. Orang jalannya emang udah kayak gitu."
"hmm ... iya sih," Emak mendengus kasar. "Istri istrimu nanti katanya mau bantu kamu dan Emak, ikut jualan."
"Apa? Kok bisa?"
"Ya itu memang mau mereka. Biar bagaimanapun mereka tidak mau berpangku tangan selama menjadi istrimu. Sepertinya mereka sangat ingin membalas kebaikanmu, Wo."
"Begitukah?" senyum Jiwo terkembang sempurna.
...@@@@@...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 239 Episodes
Comments
dark sistem
dangdut ni pasti
2024-11-07
0
Juwanto
Emak Sudah Merasa Senang Karena Sebentar Lagi Sujiwo Bagaskoro Mau Menikah hi 13 Wanita Cantik itu
Sujiwo Senang Dengerin Calon istri nya Mau Bantu in Dagang nya
2023-04-20
3
Kaka El
Aku sudah baca novelnya Author ini.
Disarang janda janda dan Negeri Sejuta Perawan.
Ceritanya berkisar dengan perempuan perempuan tapi lumayan seru.
2023-02-19
0