Hari pernikahan semakin dekat. Tepatnya tinggal satu hari lagi pernikahan Jiwo dan ketiga belas wanita itu akan berlangsung. Semua keluarga Jiwo juga sudah datang. Meski ini acara penikahan sederhana dengan tujuan lain, tetap ini namanya acara pernikahan. Jadi semua harus disiapkan dengan matang.
Jika orang memiliki pola pikir yang baik, tidak ada seorang pun yang ingin mempermainkan sebuah pernikahan. Bahkan banyak yang berharap kalau pernikahan hanya terjadi sekali dalam seumur hidup. Begitu juga yang ada dalam pikiran Jiwo dan tiga belas wanita itu.
Jiwo selalu berusaha berpikir positif pada Tuhannya. Meski pernikahan ini niat awalnya hanya sementara, tapi Jiwo yakin, Tuhan lebih tahu apa yang terbaik buat dirinya. Karena bagi Jiwo, berpikir positif lebih menenangkan.
Di dapur, ketiga belas wanita itu turun tangan langsung dalam membantu mempersiapkan segala kebutuhan buat acara pernikahan mereka besok. Dilihat dari gerak gerik yang ditunjukan, terlihat sekali kalau ketiga belas wanita itu sudah terbiasa berada di dapur. Bahkan, saat mereka bercerita. Ada dari mereka yang bisa membuat kue, memasak, bela diri dan memiliki ketrampilan ketrampilan layaknya wanita mandiri.
Jiwo tidak pernah menyangka kalau mereka juga punya keahlian sendiri sendiri. Apa lagi saat Jiwo mengingat pertama kali mereka bertemu. Mereka sangat lemah dan tidak berdaya. Tapi saat mereka terlihat segar seperti sekarang, Mereka tidak seperti wanita yang lemah.
Mungkin karena pengalaman pahit yang mereka alami, menjadikan mereka para wanita yang kuat dan harus bisa mandiri. Apa lagi mereka saat ini tinggal di negeri orang, jadi mereka harus sadar diri kalau mereka hanya bisa mengandalkan diri sendiri untuk bertahan.
"Aku nggak nyangka, Wo. Baru beberapa hari aku nyruruh kamu nikah. Eh sekalinya nikah langsung sama tiga belas orang," beo sang kakak laki laki bernama Bayu.
"Hahaha iya, ya, Mas. Baru saja diledekn Si Niko dan Niki, eh malah bikin kejutan," sambung istri Bayu.
Jiwo hanya cengengesan tanpa ada niat membalas ucapan Kakak dan kakak iparnya. Dia melirik ke ruang tengah. Keponakan kembarnya sedang genit menggoda tiga calon tante mereka dengan bahasa inggris yang belepotan. Sesekali Jiwo tertawa lirih melihat tinggkah diu ponakannya itu.
"Mas," panggil Adi, adik iparnya Jiwo suaminya Marni.
"Apa, Di?"
"Mas Jiwo nggak puyeng ngehapal nama mereka semua? Aku aja yang mendengarnya sangat puyeng, Mas."
"Ya kalo nama asli mereka aku puyeng lah, Di. Tapi kalau nama panggilan mereka, aku udah lumayan hapal. Kan nama namanya juga aku yang bikin."
"Hahaha ada ada aja ide kamu, Mas. Tapi idenya bagus juga kok, Mas. Huruf depannya A semua," puji Adi merasa takjub dengan kakak iparnya.
"Tapi pas nanti akad, kamu pakenya nama asli meraka kan, Wo?" tanya Fera. Istri dari Bayu.
"Ya pasti lah, Mbak. Makanya paling nanti aku sedia catatan biar nggak lupa."
"Bakalan viral kamu, Wo."
Semua kompak terbahak. Mereka memang sudah tahu semua cerita tentang tiga belas wanita itu. Sama seperti yang lainnya, keluarga Jiwo yang lain juga turut prihatin mendengar kisah memilukan para istri Jiwo.
Dari Jiwo, mereka tahu kalau mereka, ada yang hendak menikah. Ada yang kuliah. Ada yang sibuk bantuin orang tua. Ada yang bekerja. Ada yang jualan. Bermacam macam cerita rencana bahagia mereka, harus berakhir tragis dan sangat memilukan. Mereka kehilangan keluarga, Saudara dan yang lainnya.
Bahkan dari ketiga belas wanita itu, ada juga yang awalnya tidak saling kenal karena beda kampung. Tapi nasib mempertemukan mereka dalam usahanya mencari perlindungan dan menyelamatkan diri, hingga rasa persaudaraan itu terjalin dengan sendirinya karena keadaan.
Sementara itu di tempat lain. Pria yang kehilangan ketiga belas wanita itu nampak sangat frustasi. Berkali kali dia memaki anak buahnya karena sudah hampir seminggu, Pria yang biasa dipanggil Bos itu belum menemukan titik terang dimana para wanita itu berada.
"Bos, ada Bapak Suryo di depan," ucap anak buah si Bos memberi tahu.
"Ah sial! Bakalan kena murka nih," umpat Si Bos, lalu dia menatap tajam ke arah anak buahnya. Gara gara kebodohan kalian, aku harus kena marah dan rugi! Sialan!" maki si Bos kemudian dia beranjak ke ruang dimana tamunya berada.
"Selamat datang, Bapak wakil wali kota, apa kabar?" sapa si Bos pura pura ramah.
"Nggak usah sok ramah kayak gitu! Gimana janjimu, Hendrik!" gertak Pak wali kota yang bernama Suryo itu. Terlihat dimata pria itu, ada kilatan kilatan amarah pada pria bernama Hendrik.
Si Bos cengengesan. "Sabar, Bapak Suryo. Saya sedang usahakan mencari gantinya."
"Apa! Diganti? Kamu mau nipu saya?"
"Tidak, Pak. Tunggu sebentar lagi, saya mohon."
"Pokoknya saya nggak mau tahu, temukan wanita wanita itu, atau kamu tidak aman."
"Sial!" umpat hendrik.
...@@@@@@
...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 239 Episodes
Comments
dark sistem
idaman sih ini
2024-11-07
0
Okto Mulya D.
Wahhh walikota ternyata musuhmu Jiwo, pak Suryo lagi nyari daun hijau.. hehehe
2024-07-07
0
Rosmaliza Malik
patutnya buat turutan ikut abjad abcd lg senang hehehe
2023-12-07
0