"Apa? Menikah? Laku juga tuh bujang lapuk?"
"Emang kenapa, Bu Darmi? Nggak suka gitu, dengar Jiwo mau nikah?"
"Bukannya nggak suka ya bu ibu, dengerin nih, apa ceweknya buta? Nikah sama pria yang kerjanya cuma jual kolor keliling? Mau dikasih makan apa istrinya nanti?"
"Ya dikasih makan nasi dan lauk lah, Bu. Masa dikasih makan batu."
"Cih! Jualan kolor keliling hasilnya berapa? Paling sehari nggak sampe lima puluh ribu. Kasian amat yang jadi istrinya Jiwo."
"Astaga! Jadi karena Jiwo cuma jualan kolor doang, makanya Bu Darmi ngijinin Titin hamil duluan ama anak Pak Lurah?"
"Heh! Hati hati kalau ngomong!" bentak Bu Darmi tidak terima.
"Lah, nyatanya gitu, kan? Nggak terima? Ngaca ya Bu jadi orang."
"Iya, huu!"
Bu Darmi kalah telak. Kalau sudah ada yang menyinggung anak gadisnya, maka dia tak bisa membalas ucapan ibu ibu. Darmi akan memilih pergi dengan amarah yang sangat menggebu.
Darmi, usianya lebih muda dari Emaknya Jiwo. Paling suka mencari keburukan orang lain, terutama para tetangganya. Mempunyai dua orang anak, dan salah satunya bernama Titin yaitu mantan pacar Jiwo.
Sejak Jiwo berpacaran dengan Titin, sejak itulah Darmi tidak menyukai anak laki laki itu. Pekerjaannya yang hanya penjual celana kolor keliling, membuat Darmi tidak rela anaknya pacaran dengan Jiwo.
Berbagai ucapan pahit, sering banget Jiwo terima dari mulut pedas wanita itu. Jiwo yang terlalu bucin pada Titin, sama sekali tidak pernah mengambil hati ucapan Darmi kala itu. Imbasnya, Darmi selalu menyerang Emak dengan ucapan ucapan yang sangat pedas.
Jiwo yang selalu mendapat keluh kesah sang ibu, juga tidak pernah bertindak tegas pada Ibu kekasihnya itu dengan alasan tidak enak pada Titin. Alhasil Emak memilih memendamnya sendirian.
Karena saking tertekannya Emak yang selalu disudutkan Darmi, Emak pernah jatuh sakit. Bahkan Emak pernah mendiamkan Jiwo gara gara tak pernah mendengarkan ibunya.
Sekuat apapun Jiwo bertahan menggenggam cinta Titin, kalau bukan jodoh, sudah pasti akan tetap terlepas juga. Berita Titin hamil menghancurkan harapan Jiwo. Ingin rasanya Jiwo tidak percaya tapi bukti memaksanya agar dia percaya.
Meski prihatin, Emak tetap saja bersorak. Setidaknya dia bersyukur karena tidak menjadi besan Bu Darmi. Bahkan Emak punya senjata ampuh jika Darmi menyerang dengan kata kata pedas.
Emak bahkan sempat mendiamkan Jiwo. Emak kecewa, Jiwo dari dulu tidak pernah percaya kalau Titin bukan cewek baim baik. Bukannya Jiwo tidak percaya, tapi Jiwo yang bucinnya terlalu akut jadi selalu dengan mudah memaafkan kesalahan Titin.
Saat pernikahan adiknya, Emak dan Jiwo juga belum bertegur sapa sama sekali. Emak yang terlalu kecewa dan Jiwo yang merasa malu, membuat hubungan Emak dan anak itu sempat merenggang.
Perang dingin ibu dan anak berakhir saat lebaran tiba. Jiwo sampai menangis tergugu saat acara sungkeman berlangsung. Dan sejak saat itu, Jiwo selalu menjadi pendengar yang baik bagi Emaknya.
Bu Darmi sampai di rumahnya dengan emosi yang masih meninggi. Barang belanjaan, dia hempaskan di atas meja. Lantas Bu Darmi duduk di kursi depan televisi.
"Ibu kenapa? Kok wajahnya cemberut gitu?" tanya Edi, adik dari Titin. Saat dia keluar dari kamar dan duduk di sebelah ibunya sambil memakai sepatu.
"Gara gara Jiwo, ibu jadi diserang oleh ibu ibu di warung," adu Bu Darmi kesal.
"Emang Mas Jiwo ngapain ke ibu? Nampar apa mukul?"
"Ya nggak ngapa ngapain," cicit ibu Darmi. "Gara gara dia mau nikah jadi ibu ibu pada belain dia tuh. Malah pada nyinyirin ibu."
Edi yang tahu betul karakter ibunya seperti apa, hanya bisa mendengus kasar. Dia tahu benar, pasti ibunya yang duluan nyinyir. Sebagai anak, bukannya dia tidak mau menasehati ibunya, tapi Edi merasa percuma ngomong sama ibu. Dia tidak pernah mau kalah. Makanya Edi lebih memilih diam.
"Edi berangkat dulu Bu," pamit pemuda berusia dua puluh empat itu. Edi bekerja di pabrik kayu yang ada di kampungnya. Setelah mengucap salam, Edi bergegas keluar rumaj dan berangkat kerja menggunakan motornya.
Sedangkan Pagi di rumah Jiwo, para wanita sedang sibuk berbenah. Ada yang menyapu, membersihkan kaca, mengepel, cuci baju, masak, dan yang lainnya yang bisa di kerjakan mereka. Sementara Emak, dia duduk manis di depan rumah, sambil menikmati teh hangat dan onde onde yang di beli dari pedagang keliling.
"Rasanya kok aneh, ya wo," ucap Emak saat Jiwo baru saja duduk di kursi sebelah Emaknya.
"Aneh kenapa, Mak?" tanya Jiwo. Tangan kanannya mencomot tiga buah onde onde dan melahapnya satu persatu.
"Emak jadi nggak bisa ngapa ngapaain. Semua pekerjaan di ambil calon istrimu."
Senyum Jiwo merekah sempurna kala Emak menyebut Calon istri, membuat hati Jiwo menghangat.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 239 Episodes
Comments
dark sistem
hhhhhhhhhhhhhhhhhh
2024-11-07
0
dark sistem
inkarnasi istri si fir un keknya ni ibu julis
2024-11-07
0
Okto Mulya D.
Iya Mak nikmati aja semua kerjaan biar anak mantu yang kerjain 13 mantu sekaligus coba apa tidak bagai ratu di rumah....
2024-07-07
1