"Kalian siapa?"
Terkejut, itulah yang sedang Jiwo rasakan saat ini. Saat dia membuka terpal yang menutupi belakang mobilnya, matanya dikejutkan dengan sekelompok perempuan dekil seperti gembel. Perempuan itu berpenampilan kotor dan terlihat kurus. Bahkan ada beberapa wanita yang tergolek lemas dengan mata tertutup. Sorot matanya seperti orang ketakutan.
"Help me, pliss?" ucap salah satu dari mereka. Nadanya bergetar dan dia sampai menangkupkan tangan dengan airmata yang luruh.
Melihat keadaan seperti itu, Jiwo yang awalnya emosi, mendadak merasa iba melihat keadan para wanita itu. Dan yang menjadi pertanyaan berikutnya dalam benak Jiwo, kenapa mereka memakai bahasa inggris?
"Apa yang bisa aku bantu?" tanya Jiwo, tentunya dengan bahasa inggris juga. Biarpun hanya lulusan SMA, tapi bahasa inggris adalah mata pelajaran yang Jiwo sangat sukai. Alasan Jiwo menyukai bahasa inggris karena dia ingin pergi ke negara Inggris. Meski sampai detik ini keinginannya tidak pernah terwujud.
"Aku lapar," jawab wanita itu. Sontak saja Jiwo terperangah. Langsung saja dia masuk ke dalam rumah.
"Jiwo? Kamu kenapa? Lapar?" tanya Emak lumayan kaget saat Jiwo masuk rumah, langsung membuka tudung saji.
"Mak, ada kertas minyak nggak?" bukannya menjawab, Jiwo malah melempar pertanyaan yang membuat Emaknya semakin bingung.
"Ada apa sih, Wo?" tanya Emak sambil beranjak ke dapur mengambil kertas minyak.
"Nanti aku jelasin, sekarang, tolong, Mak bawa lauk dan sayur ke depan. Ayo, Mak," ucap Jiwo sambil menenteng wadah nasi keluar rumah. Meski bingung, Emak tetap saja menuruti perintah Jiwo.
"Astaga! Mereka siapa, Wo?" tanya Emak dengan rasa terkejut yang hampir sama dengan terkejutnya sang anak.
"Nggak tahu, Mak. Mereka kelaparan. Sini Mak kertas minyaknya," Emak menyerahkan kertas minyak kepada Jiwo, kemudian dengan cekatan Jiwo mengambil selembar kertas minyak dan mengisinya dengan nasi dan lauk serta sayur seeadanya.
"Makanlah," ucap Jiwo sambil menyerahkan kertas minyak berisi nasi kepada salah satu wanita itu.
Dengan tangan gemetar, wanita itu menerima nasi dari Jiwo lalu memberi tahu rekannya yang tergolek lemah.
"Ini ada makanan. Bangunlah, kita makan sama sama," Jiwo pun terharu melihatnya. Emak, meskipun tak tahu wanita itu ngomong apa, tapi gerak geriknya terlihat mengharukan.
"Emak ambil air minum dulu, Wo. Sepertinya mereka sangat kelaparan," ucap Emak dan dia bergegas masuk ke dalam rumah.
Jiwo kembali mengambil selembar kertas minyak dan mengisinya dengan nasi dan lauk pauk. Melihat mereka makan dengan sangat lahap membuat hati Jiwo nelangsa sekaligus penasaran. Siapa mereka? Dari mana datangnya mereka? Mereka tidak seperti orang gila.
Emak datang dengan membawa air mineral dalam bentuk cup sisa arisan RT kamarin. Sama seperti Jiwo, Emak juga melihat mereka dengan tatapan yang sulit di artikan. Yang pasti siapapun yang punya hati, pasti akan nelangsa melihat keadaan mereka.
"Sebenarnya mereka siapa sih, Wo?" tanya Emak lagi.
"Aku juga nggak tahu, Mak. Mereka tiba tiba sudah ada di dalam mobil. Mungkin mereka dari semalam disitu," terang Jiwo, sontak Emak langsung terperangah mendengarnya.
"Apa ada obat demam?" tanya salah satu dari mereka lagi dengan bahasa inggris tentunya.
"Tunggu," jawab Jiwo, "Mak, punya obat demam nggak?"
"Astaga! Ada yang sakit?" ucap Emak kembali terkejut. "Entar, Emak coba cariin, kayaknya ada."
Emak kembali masuk. Jiwo menghitung ada tiga belas wanita di atas mobilnya. Diperkirakan umur mereka mungkin sama. Kalaupun beda, mungkin selisih beberapa tahun saja.
Emak kembali datang dan menyerahkan beberapa butir obat demam kepad Jiwo, kemudian Jiwo pun menyerahkannya ke salah satu wanita itu. Mata emak dan Jiwo terus memperhatikan geral gerik mereka dengan perasaan yang tak menentu.
"Apa kami boleh istirahat disini sejenak sebelum kami pergi?" dahi Jiwo berkerut mendengar pertanyaan itu.
"Kalian mau pergi? Pergi kemana?" tanya Jiwo. Emak yang tidak mengerti bahasa inggris hanya diam saja meski hatinya penasaran.
"Tidak tahu," jawabnya lesu. Jiwo juga akhrinya ikut bingung.
"Dia ngomong apa, Wo?" tanya Emak yang tidak bisa menahan rasa penasarannya. Betapa kagetnya Emak saat mendengar jawabannya. "Mending suruh istirahat di dalam, Wo. Disini panas. Nanti kalau mereka udah baikan, coba kamu tanya baik-baik asal mereka darimana. Kali aja mereka korban penculikan atau apa gitu."
Jiwo setuju dengan usulan emaknya. Dia lantas menyampaikan pesan dari sang emak. Mereka pun setuju saja dan sepertinya mereka memang butuh isitrahat.
Satu persatu mereka turun dari mobil. Dengan langkah gontai tanpa alas kaki, mereka masuk ke dalam rumah. Hati Emak dan Jiwo, sunggguh sangat nelangsa melihat keadan mereka.
Beruntung, ruang tamu rumah Jiwo lumayan luas, jadi bisa menampung mereka semua. Mereka ada yang duduk di kursi dan ada yang duduk karpet.
"Sebenarnya kalian darimana?" tanya Jiwo tak lama setelah mereka semua duduk.
"Kami datang dari negara jauh, kami para pengungsi karena konflik yang terjadi di negara kami."
"Apa!"
@@@@@@
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 239 Episodes
Comments
dark sistem
itu yang kulakukan ketika terpisah dari tim dan di kepung 3 sekuad kanan kiri di pubg
2024-11-07
0
®agiel
wah, awal cerita yang keren, sekeren judulnya Thor, heheheheee 🤭
2024-12-02
1
Okto Mulya D.
Jiwo, warna kulit dan perawakan mereka seperti apa? masak pengungsi? hanya ada Rohingya di daerah kita.
2024-07-07
1