"Cantiknya."
Tanpa sadar mulut Jiwo memuji seorang wanita dengan rambut basah dan memakai sebuah daster. Langkah kaki Jiwo bahkan sampai berhenti dengan mata nyaris tak berkedip memandang wanita yang masih berdiri di dekat kamar mandi.
"Kamu ngapain berdiri disitu, Wo?" hardik Emak yang ternyata juga mau masuk lewat pintu samping rumah.
Letak pintu samping rumah Jiwo memang langsung masuk ke area halaman belakang dimana pada halaman tersebut, ada area dapur, kamar mandi dan ada beberapa kandang ayam peliharaan Emak.
Emak sendiri sehari harinya berjualan jajanan pasar, seperti lupis, klepon, cenil, dan sebagainya. Kadang Emak juga jualan ayam atau telur ayam dari kandangnya. Emak sudah beranjak tua dan tenaganya juga tidak segesit dulu. Bahkan Emak udah sering mengeluh karena lututnya sakit.
Sementara wanita yang baru mandi itu tersenyum ramah dan canggung. Sebelum bergabung dengan temannya, terlebih dulu dia mengucapkan kata terimakasih kepada Jiwo dan Emak.
"Mak, kok mereka bisa mandi? Bagaimana minta ijinnya?" ketika dia duduk di kursi yang ada di sana.
"Ya pake kode tangan, Wo, gini, gini," jawab Emak sambil memperagakan orang mandi dan nunjuk kamar mandi.
"Terus pakaiannya?"
"Ya itu daster adik kamu beserta jeroannya. Sepertinya mereka cewek baik-baik, Wo. Kasihan nasibnya," ucap Emak dan wajahnya berubah murung.
Jiwo juga ikutan diam. Pikirannya masih tertuju pada usulan Pak rt. Apalagi benar kata Kakaknya, Emak sudah tua tapi sering ditinggal sendiri oleh Jiwo jika Jiwo sedang jualan.
"Gimana tanggapan Pamanmu dan Pak Rt? Apa ada solusi buat mereka?" tanya Emak. Bersamaan dengan itu, seorang meminta ijin untuk mandi. Jiwo dan Emak kompak mempersilakannya.
"Bingung, Mak," jawab Jiwo lesu.
"Lah, bingung kenapa?" tanya Emak penasaran.
"Gini, Mak," Jiwo lantas menceritakan apa yang Pak Rt katakan. Reaksi Emak sendiri berubah ubah saat mendengar cerita anaknya. Kadang manggut manggut, kadang terkejut.
"Benar juga apa yang dikatakan Pak Rt. Duh, tapi kok jadi bingung begini ya? Serba salah jadinya. Kalau mereka besok pergi ya bakalan terlunta lunta lagi mereka. Ngantar mereka juga nggak mungkin. Titipin ke aparat, takut ada oknum. Ah serba salah, Wo."
"Bingung kan, Mak? Aku juga bingung. Tapi Pak Rt juga ngasih solusi, Mak."
"Selusi apaan?"
"Aku disuruh, nikahin mereka semua, Mak."
Klutak!
Terdengar suara gayung terjatuh di dalam kolam mandi.
"Eh copot, copot, copot," Emak latah. "Masa nikah? Alasannya?"
Lagi-lagi Jiwo menjelaskannya dengan rinci. Sesekali dia menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Karena selain bercerita, dirinya juga dirasuki rasa bimbang.
"Tapi alasannya memang masuk akal sih, Wo. Kalau ada yang melindungi, mereka aman."
"Jadi Emak mendukung aku menikahi mereka?"
"Tapi pilihannya emang sulit sih, Wo. Mereka memang butuh tempat yang layak dan juga perlindungan."
Jiwo hanya bisa mengacak rambutnya. Dia sungguh frustasi kali ini. Hingga matanya tiba-tiba terpaku hampir tak berkedip saat seseong wanita keluar dari kamar mandi.
"Cantik ya, Wo," bisik Emak.
"Iya, cantik banget," jawab Jiwo tanpa sadar. Emak terkekeh. Jiwo segera tersadar dari bengongnya.
"Apaan sih, Mak," sungut Jiwo merasa malu. Kemudian dia beranjak untuk melihat keadaan tiga belas wanita yang ada di ruang tamu.
Jiwo terpana sesampainya disana. Ternyata sebagian dari mereka sudah pada bersih dan segar. Tentu saja mereka jadi kelihatan cantik. Mendadak Jiwo merasa gugup berada diantara sekumpulan wanita cantik itu.
"Bagaimana perasaan kalian?" tanya Jiwo. Tentu saja menggunakan bahasa inggris.
"Sudah lebih baik dari kemarin," jawab salah satu dari mereka dan mengulas senyum manisnya, membuat degup jantung Jiwo semakin tak karuan.
"Terus, itu yang demam bagaimana? Apa sudah merasa lebih baik?"
"Mungkin, mereka baru bisa tidur terlelap hari ini. Terima kasih atas pertolongannya dan maaf karena merepotkan."
Jiwo sontak mengembangkan senyum manisnya. Biar bagaimanapun, dia juga ingin terlihat tampan di mata para wanita itu.
"Bukankah sesama manusia harus saling tolong menolong?" balas Jiwo sok bijak. Padahal hatinya sedang kalang kabut. "Kalian malam ini, bisa menginap semalam disini. Kasihan teman kalian, belum sembuh, benar."
"Benarkah?" Jiwo mengangguk dan masih menunjukkan senyum manisnya. "Terima kasih banyak."
Hati Jiwo menghangat melihat kebahagiaan yang terpancar dari mereka. Padahal hanya menginap semalam, tapi mereka sudah terlihat sangat bahagia. Hati Jiwo juga bergetar, mereka pasti merindukan ketenangan dalam hidup mereka. Ketenangan yang direnggut paksa oleh manusia manusia egois.
"Sebenarnya, ada satu cara agar kalian bisa lebih lama tinggal disini," ucap Jiwo dengan jantung yang berdegup sangat kencang.
"Satu cara? Cara apa itu?"
Jiwo menghela nafasnya dalam dalam dan mengembuskannya secara perlahan untuk mengurai gemuruh dalam dadanya.
"Menikahlah dengan saya."
...@@@@@@...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 239 Episodes
Comments
Devil 🗿
lutut aman kah?
2024-12-23
0
Okto Mulya D.
eits Jiwo melihat mereka saja gemetaran tapi mengutarakan niat menikahi mereka sebagai solusinya lancar sekali...jiwa lelakinya ditonjolkan..mantab Wo teruskann
2024-07-07
1
AldoArt85
Let say 13 masing2 satu dua anak, jadilah dua tim kesebelasan ☝️😵💫🤦
2024-05-28
0