DUA BELAS

"Heh, Tian, kamu dari mana sih? Kakak kamu nikah tapi kamu malah kelayapan," bentak Rohani saat Septian baru kembali setelah pergi sejak kemarin.

Septian menatap datar sang ibu. Ia sebenarnya tidak setuju kakaknya menikah lagi. Tapi mau bagaimana lagi, perempuan itu telah hamil. Tak mungkin kakaknya tidak mempertanggungjawabkan perbuatannya. Antara marah, kecewa, dan benci, mengapa kakaknya tega mengkhianati istrinya yang telah begitu baik pada mereka? Hanya karena Mentari belum hamil, lantas mereka tega menikahkan kakaknya dengan perempuan lain. Entah mengapa, Septian yakin, baik kakak maupun ibunya kelak akan menyesali perbuatan mereka.

"Sampai kapanpun aku nggak mau ngakuin dia sebagai kakak ipar ku. Kakak ipar ku selamanya hanya mbak Tari, bukan perempuan murahan ini," desis Septian sambil menunjuk ke depan muka Erna membuat wajah Erna dan orang tuanya merah padam.

"Tian, tutup mulutmu! Apa yang perempuan nggak guna itu kasih ke kamu hah sampai kamu kayak tunduk banget sama dia?" tukas Rohani dengan mata melotot tajam.

Septian justru tersenyum remeh, " banyak. Tian yakin, suatu hari mama, kak Shandi, dan dan mbak Septi akan menyesali perbuatan kalian."

Setelah mengucapkan itu, Septian segera kembali naik ke atas motornya kemudian melajukannya dengan kecepatan tinggi membelah jalanan. Ia benar-benar muak dengan keluarganya sendiri. Lebih baik ia kumpul-kumpul dengan teman-temannya lagi, pikirnya.

Sementara itu, Mentari yang hatinya sedang tidak baik-baik saja lantas mengarahkan mobilnya ke sebuah jembatan. Ia pun memarkir mobilnya asal kemudian turun dan berdiri di tepi jembatan. Matanya memandang lurus ke depan. Di bawah jembatan mengalir air sungai yang tidak begitu besar namun arusnya cukup deras.

Mentari menghela nafasnya berkali-kali untuk mengurai sesak yang memenuhi rongga dadanya. Ia tak menyangka, hal ini akan terjadi dalam hidupnya. Suaminya benar-benar menikah lagi dengan perempuan lain dan yang lebih menyakitkan perempuan itu hamil anak suaminya.

"Benarkah aku mandul? Tapi di hasil pemeriksaan aku normal dan sehat-sehat saja. Namun mengapa dia bisa begitu cepat hamil, sedangkan aku yang telah menikah 5 tahun lamanya tak kunjung hamil juga? Apakah hasil pemeriksaan itu tertukar dengan pasien lain?" lirihnya bertanya-tanya.

Mentari memejamkan matanya. Sesak itu kian terasa. Mentari sampai meremas pinggiran jembatan. Matanya memanas, bolehkah ia menangis satu kali saja? Ia ingin menguraikan sesak di dadanya yang kian menyiksa. Ia wanita yang kuat dan tegar, tak sepantasnya ia menangisi laki-laki yang tak berguna itu, bukan? Tapi kenapa, rasanya sangat tidak nyaman. Semakin ditahan, semakin menyakitkan.

"Tari ... " teriak seseorang menyentak lamunan Mentari. Ia pun lantas menoleh ke asal suara. Seorang laki-laki yang baru turun dari mobilnya tampak berlari secepat mungkin mendekati Mentari.

Mentari sampai mengerutkan keningnya melihat keberadaan laki-laki tampan dan gagah di hadapannya itu.

"Tari, kamu gila, hah? Bisa-bisanya kamu mau bunuh diri di sini!" desis laki-laki itu membuat Mentari melongo.

"Bunuh diri?" beo Mentari dengan mata yang masih memerah dan tampak berkaca-kaca.

"Iya, kamu mau bunuh diri, hah? Apa permasalahanmu tidak bisa diselesaikan dengan cara baik-baik sampai kamu berpikir ingin mengakhiri hidup? Jawab!" bentak laki-laki itu sampai Mentari menjengit kaget dan reflek mundur ke belakang. Punggungnya bahkan sampai membentur pagar pembatas jembatan dan hampir kehilangan keseimbangan kalau saja laki-laki tersebut tidak segera menahan pinggangnya.

"Aaakh ... " pekiknya saat punggungnya membentur pagar pembatas jembatan.

"Kau tidak apa-apa?" tanya laki-laki itu panik.

"Oh ... i-iya, aku tidak apa-apa," jawab Mentari terbata membuat laki-laki itu menghela nafas lega.

"Kamu memangnya ada masalah apa sampai mau bunuh diri? Kamu kan bisa cerita ke Jea kalau ada masalah. Kamu pikir dengan bunuh diri , masalahmu akan selesai, hm?" tukas laki-laki itu lagi-lagi membuat Mentari melongo.

"Siapa yang mau bunuh diri sih? Kurang kerjaan banget." Mentari berdecak kemudian terkekeh sendiri. "Aku nggak sebodoh itu, Jerva. Aku yang rugi, mereka yang senang dong entar. Mending kalo mati bisa langsung masuk surga, lah ini langsung dilempar ke neraka, ih ngeri. Dosa udah banyak,

aku nggak mau nambah dosaku lagi dengan bunuh diri," ucap Mentari seraya terkekeh.

"Jadi tadi itu?"

"Aku cuma mau mengurai sesak aja. Menghirup udara di sini cukup segar. Apalagi sambil lihat air yang mengalir deras," sahutnya sambil melirik wajah Jervario yang memerah karena malu.

"Hufh, baguslah. Jangan pernah melakukan hal bodoh yang merugikan dirimu sendiri, ingat!" tegas Jervario.

"Siap, bos!" serunya sambil meletakkan punggung tangan di samping kepala.

Jervario tersenyum tipis, bahkan sangat tipis sampai Mentari tidak menyadarinya.

"Kamu tadi nangis?"

"Nggak," jawab Mentari cepat.

"Itu mata kamu merah." Tunjuk Jervario pada mata Mentari.

"Baru mau, belum benar-benar nangis. Kamu sih, tiba-tiba aja datang, air mata aku masuk lagi kan!" Protes Mentari sambil mencebikkan bibirnya membuat Jervario lagi-lagi tersenyum.

"Ya udah, nangis lagi aja! Biar aku temenin."

"Hah!" seru Mentari melongo.

"Sudah, kalau kamu mau nangis, nangis aja. Nggak perlu ragu. Tapi setelah ini, jangan pernah menangis lagi karena air mata kamu itu terlalu mahal untuk kamu buang sia-sia demi mereka yang telah menyakitimu," ucap Jervario. Untuk pertama kalinya Mentari mendengar kalimat panjang lebar dari saudara kembar sahabatnya tersebut. Aneh memang, tapi entah kenapa ia manut saja disuruh menangis. Tak lama kemudian, mata Mentari kembali memerah. Perlahan, bah air asin dan hangat itu turun membasahi pipinya. Tiba-tiba saja, tangan Jervario terulur dan menarik pundak Mentari sehingga masuk ke dalam dekapannya.

Mentari menangis sejadi-jadinya. Ia tumpahkan segala sesak yang mendera jiwanya. Tak peduli dimana mereka sekarang yang bahkan sudah seperti artis sinetron yang sedang melakukan shooting. Mentari tak peduli atau sebenarnya ia lupa dan tak menyadari. Yang ia butuhkan saat ini adalah dada ini. Rasanya begitu nyaman dan menenangkan.

30 menit kemudian, Mentari sudah bisa lebih tenang. Rasanya sungguh lega luar biasa. Ia pun segera menarik diri dari dekapan Jervario. Namun setelahnya mata Mentari melotot sebab kemeja Jervario yang biasanya begitu rapi kini justru sangat kacau dan basah karena lelehan dari mata dan hidungnya.

"Duh, kemeja ka-mu jadi basah! Maaf," cicit Mentari merasa bersalah. "Padahal kamu kan harus kembali lagi ke kantor kan!"

"No problem. Di mobil aku ada baju ganti. Nggak, aku nggak ke kantor lagi siang ini. Hari ini akan mau ke showroom aku," jawab Jervario sambil mengulurkan sapu tangan untuk Mentari.

"Nggak usah, makasih. Di mobil ada tisu kok," tolak Mentari.

"Ambil!" ketus Jervario memaksa.

"Ck ... maksa banget sih! Iya, iya, makasih! Ini nggak papa buat aku elapin ke ingus aku?" seloroh Mentari sambil menaik-turunkan alisnya.

"Silahkan aja. Tapi nanti harus diganti."

"Gampang itu mah."

"Bukan dengan sapu tangan seperti itu lagi."

"Hah? Emangnya harus ganti pakai apa?"

"Emmm ... nantilah, aku pikir-pikir dulu mau minta ganti pakai apa."

"Ckkk ... dia yang nawarin, dia yang minta ganti. Dasar nggak ikhlas," gerutu Mentari membuat Jervario mengulum senyum.

"Sudah ini mau kemana?" tanya Jervario sambil berjalan mengiringi Mentari menuju mobil mereka.

"Mau ke Royal hotel. Malas pulang," sahutnya seraya terkekeh. "By the way, makasih ya udah mau minjamin emm itu ... dada kamu untuk aku nangis tadi," cicit Mentari dengan wajah memerah. Ia baru merasa malu karena telah menangis di dada pria lain. Ia tak pernah seperti ini sebelumnya. Dada yang pernah ia peluk hanyalah dada suaminya seorang, tak ada yang lain.

"Hmmm ... hati-hati di jalan," ucapnya saat Mentari telah duduk di balik kemudi. Mentari pun segera menyalakan mobilnya. Setelah pintu ditutup, Mentari pun melambaikan tangannya melalui jendela mobilnya.

Setelah berada di dalam mobil pun, otak Mentari tak berhenti berpikir. Memikirkan rencana apa saja yang akan dilakukannya kelak. Khususnya membalas semua sakit hatinya selama ini.

"Benar kata Jerva, setelah ini, aku tidak boleh menangis lagi. Aku tidak boleh menyia-nyiakan air mataku lagi. Mereka tak pantas untuk aku tangisi. Akan ku buat mereka menyesal telah menyia-nyiakan pengorbananku dan menyakiti hatiku seperti ini. Tunggu saja tanggal mainnya!"

...***...

...HAPPY READING 🥰🥰🥰...

Terpopuler

Comments

Aiur Skies

Aiur Skies

padahal kayanya hamil bukan sama Shandy tuh, sebenernya Shandy yang mandul kali

2024-02-17

4

Tri Pujirahayu

Tri Pujirahayu

go mentari go...tunjukkan siapa aslinya kamu itu..biar pada planga plongo itu kutu kuprett

2023-12-28

4

Ma Em

Ma Em

mungkin anak yang dikandung Erna bukan anaknya Sandi dan kamu Sandi pasti akan menyesal karena telah menghianati Mentari.

2023-12-27

3

lihat semua
Episodes
1 SATU
2 DUA
3 TIGA
4 EMPAT
5 LIMA
6 ENAM
7 TUJUH
8 DELAPAN
9 SEMBILAN
10 SEPULUH
11 SEBELAS
12 DUA BELAS
13 TIGA BELAS
14 EMPAT BELAS
15 LIMA BELAS
16 ENAM BELAS
17 TUJUH BELAS
18 DELAPAN BELAS
19 SEMBILAN BELAS
20 DUA PULUH
21 DUA PULUH SATU
22 DUA PULUH DUA
23 DUA PULUH TIGA
24 DUA PULUH EMPAT
25 DUA PULUH LIMA
26 DUA PULUH ENAM
27 DUA PULUH TUJUH
28 DUA PULUH DELAPAN
29 DUA PULUH SEMBILAN
30 TIGA PULUH
31 TIGA PULUH SATU
32 TIGA PULUH DUA
33 TIGA PULUH TIGA
34 TIGA PULUH EMPAT
35 TIGA PULUH LIMA
36 TIGA PULUH ENAM
37 TIGA PULUH TUJUH
38 TIGA PULUH DELAPAN
39 TIGA PULUH SEMBILAN
40 EMPAT PULUH
41 EMPAT PULUH SATU
42 EMPAT PULUH DUA
43 EMPAT PULUH TIGA
44 EMPAT PULUH EMPAT
45 EMPAT PULUH LIMA
46 EMPAT PULUH ENAM
47 EMPAT PULUH TUJUH
48 EMPAT PULUH DELAPAN
49 EMPAT PULUH SEMBILAN
50 LIMA PULUH
51 LIMA PULUH SATU
52 LIMA PULUH DUA
53 LIMA PULUH TIGA
54 LIMA PULUH EMPAT
55 LIMA PULUH LIMA
56 LIMA PULUH ENAM
57 LIMA PULUH TUJUH
58 LIMA PULUH DELAPAN
59 LIMA PULUH SEMBILAN
60 ENAM PULUH
61 ENAM PULUH SATU
62 ENAM PULUH DUA
63 ENAM PULUH TIGA
64 ENAM PULUH EMPAT
65 ENAM PULUH LIMA
66 ENAM PULUH ENAM
67 ENAM PULUH TUJUH
68 ENAM PULUH DELAPAN
69 ENAM PULUH SEMBILAN
70 TUJUH PULUH
71 TUJUH PULUH SATU
72 TUJUH PULUH DUA
73 TUJUH PULUH TIGA
74 TUJUH PULUH EMPAT
75 TUJUH PULUH LIMA
76 TUJUH PULUH ENAM
77 TUJUH PULUH TUJUH
78 TUJUH PULUH DELAPAN
79 TUJUH PULUH SEMBILAN
80 DELAPAN PULUH
81 DELAPAN PULUH SATU
82 DELAPAN PULUH DUA
83 DELAPAN PULUH TIGA
84 DELAPAN PULUH EMPAT
85 DELAPAN PULUH LIMA
86 DELAPAN PULUH ENAM
87 DELAPAN PULUH TUJUH
88 DELAPAN PULUH DELAPAN
89 DELAPAN PULUH SEMBILAN
90 SEMBILAN PULUH
91 SEMBILAN PULUH SATU
92 SEMBILAN PULUH DUA
93 SEMBILAN PULUH TIGA
94 SEMBILAN PULUH EMPAT
95 SEMBILAN PULUH LIMA
96 SEMBILAN PULUH ENAM
97 SEMBILAN PULUH TUJUH
98 SEMBILAN PULUH DELAPAN
99 SEMBILAN PULUH SEMBILAN
100 SERATUS
101 SERATUS SATU
102 SERATUS DUA
103 SERATUS TIGA
104 SERATUS EMPAT
105 SERATUS LIMA
106 SERATUS ENAM
107 SERATUS TUJUH
108 SERATUS DELAPAN
109 SERATUS SEMBILAN
110 SERATUS SEPULUH
111 SERATUS SEBELAS
112 SERATUS DUA BELAS
113 SERATUS TIGA BELAS (END)
114 Terima kasih
Episodes

Updated 114 Episodes

1
SATU
2
DUA
3
TIGA
4
EMPAT
5
LIMA
6
ENAM
7
TUJUH
8
DELAPAN
9
SEMBILAN
10
SEPULUH
11
SEBELAS
12
DUA BELAS
13
TIGA BELAS
14
EMPAT BELAS
15
LIMA BELAS
16
ENAM BELAS
17
TUJUH BELAS
18
DELAPAN BELAS
19
SEMBILAN BELAS
20
DUA PULUH
21
DUA PULUH SATU
22
DUA PULUH DUA
23
DUA PULUH TIGA
24
DUA PULUH EMPAT
25
DUA PULUH LIMA
26
DUA PULUH ENAM
27
DUA PULUH TUJUH
28
DUA PULUH DELAPAN
29
DUA PULUH SEMBILAN
30
TIGA PULUH
31
TIGA PULUH SATU
32
TIGA PULUH DUA
33
TIGA PULUH TIGA
34
TIGA PULUH EMPAT
35
TIGA PULUH LIMA
36
TIGA PULUH ENAM
37
TIGA PULUH TUJUH
38
TIGA PULUH DELAPAN
39
TIGA PULUH SEMBILAN
40
EMPAT PULUH
41
EMPAT PULUH SATU
42
EMPAT PULUH DUA
43
EMPAT PULUH TIGA
44
EMPAT PULUH EMPAT
45
EMPAT PULUH LIMA
46
EMPAT PULUH ENAM
47
EMPAT PULUH TUJUH
48
EMPAT PULUH DELAPAN
49
EMPAT PULUH SEMBILAN
50
LIMA PULUH
51
LIMA PULUH SATU
52
LIMA PULUH DUA
53
LIMA PULUH TIGA
54
LIMA PULUH EMPAT
55
LIMA PULUH LIMA
56
LIMA PULUH ENAM
57
LIMA PULUH TUJUH
58
LIMA PULUH DELAPAN
59
LIMA PULUH SEMBILAN
60
ENAM PULUH
61
ENAM PULUH SATU
62
ENAM PULUH DUA
63
ENAM PULUH TIGA
64
ENAM PULUH EMPAT
65
ENAM PULUH LIMA
66
ENAM PULUH ENAM
67
ENAM PULUH TUJUH
68
ENAM PULUH DELAPAN
69
ENAM PULUH SEMBILAN
70
TUJUH PULUH
71
TUJUH PULUH SATU
72
TUJUH PULUH DUA
73
TUJUH PULUH TIGA
74
TUJUH PULUH EMPAT
75
TUJUH PULUH LIMA
76
TUJUH PULUH ENAM
77
TUJUH PULUH TUJUH
78
TUJUH PULUH DELAPAN
79
TUJUH PULUH SEMBILAN
80
DELAPAN PULUH
81
DELAPAN PULUH SATU
82
DELAPAN PULUH DUA
83
DELAPAN PULUH TIGA
84
DELAPAN PULUH EMPAT
85
DELAPAN PULUH LIMA
86
DELAPAN PULUH ENAM
87
DELAPAN PULUH TUJUH
88
DELAPAN PULUH DELAPAN
89
DELAPAN PULUH SEMBILAN
90
SEMBILAN PULUH
91
SEMBILAN PULUH SATU
92
SEMBILAN PULUH DUA
93
SEMBILAN PULUH TIGA
94
SEMBILAN PULUH EMPAT
95
SEMBILAN PULUH LIMA
96
SEMBILAN PULUH ENAM
97
SEMBILAN PULUH TUJUH
98
SEMBILAN PULUH DELAPAN
99
SEMBILAN PULUH SEMBILAN
100
SERATUS
101
SERATUS SATU
102
SERATUS DUA
103
SERATUS TIGA
104
SERATUS EMPAT
105
SERATUS LIMA
106
SERATUS ENAM
107
SERATUS TUJUH
108
SERATUS DELAPAN
109
SERATUS SEMBILAN
110
SERATUS SEPULUH
111
SERATUS SEBELAS
112
SERATUS DUA BELAS
113
SERATUS TIGA BELAS (END)
114
Terima kasih

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!