SEBELAS

"Ibu-ibu, bapak-bapak, kakak-kakak, adek-adek, om dan tante, silahkan dicicipi hidangannya. Semoga suka ya!" seru Mentari sambil mengulum senyum.

"MENTARIIIIII .... " teriak Rohani yang seketika amarahnya meledak.

"Ma, udah mau, udah, biarin aja. Kan bagus, artinya Tari mendukung pernikahan ku, iya kan, sayang?" Shandi segera mengalihkan pandangannya pada Mentari yang tampak sedang menyambut para tamu seolah dirinya lah yang mengadakan acara pernikahan itu.

"Apa mas? Maaf, mas, aku nggak dengar. Iya, Bu, silahkan dicicipi hidangannya. Wah, kayaknya kue ini enak nih, cicip ah!" selorohnya sambil mengambil sebuah pie dengan toping buah anggur, jeruk, dan buah kiwi di atasnya. "Emmm ... lumayan."

"Dasar orang kampung. Gini nih kalau orang kampung baru nemu makanan enak," cibir Rohani tapi Mentari tampak acuh tak acuh saja. Ia justru sibuk berkeliling mempersilahkan orang-orang yang diajaknya untuk menyantap semua makanan itu. Tanpa Rohani sadari, yang Mentari ajak bukan hanya pasukan tetangga mereka saja, tapi orang-orang jalanan yang ditemuinya dengan dalih ajakan makan gratis. Sontak saja mereka yang untuk makan 2 kali sehari saja mikir-mikir, ketika ditawari makan gratis, siapapun pasti mau. Bahkan lebih hebat lagi, mereka akan diberikan uang jajan sepulangnya dari acara makan-makan tersebut. Karena itu, yang ikut datang ke acara pernikahan Shandi dan Erna pun membeludak.

"Duh neng, lauknya habis! Yang ngadain pesta pelit bener sih , masa' makanannya dikit banget, kan nggak cukup buat kita-kita, iya kan!"

"Iya, padahal aku baru ambilin makanan buat anakku aja , eh pas mau ambil lagi udah habis," timpal yang lainnya sambil mendumel.

"Jeng Ani, gimana ini, padahal tamu saya belum datang semuanya lho, tapi konsumsi udah habis. Pokoknya saya mau Jeng Ani segera pesan. Pesannya harus dari restoran Goyang Lidah. Aku nggak mau tahu menahu, cepat pesan sekarang!" seru Asma, ibunya Erna.

Mendengar lauk pauk habis dan ia diminta membeli lagi dari restoran terang saja membuat Rohani kian murka.

"Heh, benalu! Pergi kau dari sini! Kau pasti sengaja kan membuat kekacauan di sini!" hardik Rohani dengan suara meninggi.

"Iya kamu mbak, dasar perempuan gila, pengemis darimana sih diajak kemari, udah rakus, bau lagi!" cibir Septi membuat beberapa tetangga asli Mentari dan Rohani tersinggung.

"Heh, dasar ibu dan anak nggak ada akhlak! Sukanya menghina. Menantu sendiri dihina. Padahal kemana-mana masih bagusan Nak Tari dibanding pelakor itu." Seorang ibu bertubuh gempal maju ke depan sambil berkacak pinggang.

"Halah, bagus apanya? Cantik doang tapi benalu untuk apa? Udah miskin, yatim piatu, nggak berpendidikan, mandul lagi, bagus apanya dibandingkan menantu baruku? Lihat menantu baruku, dia kaya, orang tuanya masih ada, berpendidikan, kerjaannya bagus, seorang manajer di showroom mobil, dan yang pasti dia nggak mandul, nggak kayak perempuan yang kalian bela itu."

"Ma," sergah Shandi. Ia ingin maju melerai pertengkaran itu, tapi Erna justru menahan tangannya.

"Sudah Shandi, biar mereka semua tahu bahwa nggak ada yang istimewa dari perempuan benalu ini. Cuma bisa jadi benalu aja belagu. Pake baju bagus, cih, bisanya ngabisin duit kamu aja," cerca Rohani kejam dan tajam. Tak peduli kata-kata itu akan melukai Mentari atau tidak.

"Ma, bukankah aku sudah menunjukkan surat periksa dari dokter kalau rahimku sehat, mama nggak bisa menuduhku mandul tanpa bukti." Akhirnya Mentari kembali mengeluarkan suaranya dengan wajah datar. Ia paling benci ketika disebut mandul oleh ibu mertuanya itu.

"Kata siapa nggak ada bukti? Ada kok," ujar Rohani sambil menyeringai sinis.

"Apa itu?" tantang Mentari.

Rohani menyeringai sinis, "buktinya ada di sini!" Rohani lantas mengusap perut Erna membuat Mentari mengerutkan keningnya, sedangkan Shandi sudah nampak panik.

"Ma, udah! Nggak usah buat keributan lagi!" sergah Shandi gelagapan, takut ibunya membongkar rahasianya.

"Kenapa Shan? Nggak perlu takut. Biar dia tahu dan sadar diri kalau dia nggak bisa bohongi kita."

Lalu Rohani kembali mengalihkan pandangannya pada Mentari.

"Kau tahu, menantu baruku sudah hamil padahal mereka berhubungan belum ada 3 bulan. Terbukti bukan, kau lah yang mandul padahal sudah menikah selama 5 tahun, tapi tak kunjung hamil juga. Sedangkan dengan Erna, belum 3 bulan berhubungan, tapi sudah hamil. Mau bukti apalagi kalau kau mandul? Pasti surat hasil pemeriksaan itu palsu. Kau tak bisa berbohong lagi, Tari!" ejek Rohani sambil menyeringai.

Awalnya Mentari membulatkan matanya, tapi dalam hitungan detik Mentari berhasil menetralkan lagi ekspresinya.

Mentari terkekeh geli, "wah, wah, wah, ternyata ibu mertuaku mendukung suamiku menanam saham duluan toh? Wow, amazing!" seloroh Mentari.

"Cih, mertua menjijikkan! Justru mendukung anaknya berselingkuh dan berzina. Benar-benar menjijikkan!"

"Astaga, baru kali ini aku mendengar ada mertua yang jahat banget sampai-sampai mendukung anaknya berselingkuh. Jangan sampai deh besanan sama orang kayak dia, bisa-bisa anak kita mati berdiri."

"Iya ya, aku salut sama Nak Tari, masih bisa kuat dan tegar menghadapi mertua seperti itu."

"Tari, aku ... aku ... "

"Mas, aduh, perutku ... perutku keram, mas." Erna meringis sambil memegang perut. "Tolong antar aku ke kamar," cicit Erna. Sebenarnya ia merasa malu sekali.l dicibir seperti itu. Tapi bukankah yang seharusnya lebih merasa malu lagi itu Mentari, pikirnya.

"Mas," seru Mentari membuat Shandi menoleh sehingga netranya bersirobok dengan netra Mentari. "Selamat atas pernikahan keduamu dan selamat atas kehamilan istri keduamu."

Deg ...

Mendadak jantung Shandi berdebar sangat-sangat kencang. Mentari memang tersenyum, tapi entah mengapa ia merasa senyum itu penuh arti. Sorot mata indah itupun terlihat berbeda. Tiba-tiba perasaan takut menyentak jiwanya. Apalagi saat Mentari dengan anggun membalikkan badannya menjauh dari kerumunan itu. Shandi hendak mengejar Mentari, tapi Erna menahan tangannya. Shandi hanya bisa menghela nafas. Semoga Mentari tidak tiba-tiba meminta berpisah dengannya.

'Nggak, nggak mungkin kan Tari tiba-tiba minta cerai. Emang dia bisa apa tanpa diriku? Keluarga nggak punya. Kerjaan juga nggak punya. Nggak mungkin kan dia mau balik jadi TKW lagi? Iya, itu nggak mungkin. Apalagi Tari itu terlalu mencintaiku. Buktinya dia mengucapkan selamat. Huh, seharusnya sejak awal aku beritahu dia. Pasti dia senang bisa memiliki seorang anak. Bukankah anakku, anaknya juga. Pasti Erna tidak masalah kalau Tari jadi ibunya juga. Kalau aku dan Erna bekerja kan, dia bisa membantu mengasuh anak kami. Dia nggak bisa hamil, anak kami bisa ia anggap anaknya sendiri dong. Ya, nanti aku akan bicara dengannya seperti itu,' monolog Shandi dalam hati.

"Pak Rudi, kemarikan kunci mobilnya!" ujar Mentari sambil mengulurkan tangannya.

"Non mau nyetir sendiri?" tanya pak Rudi.

"Hmmm ... pak Rudi di sini aja, tunggu catering pesanan kita. Banyak yang nggak kebagian makan, kasihan. Oh ya, uang yang untuk diamplopin ke mereka udah siap semua kan?"

"Udah siap semua, non. Sebentar, saya ambil tasnya dulu. Uangnya ada di dalam tas itu," ujar Pak Rudi yang gegas mengambil tas berisi puluhan amplop berisi uang untuk jajan para tamu dadakan yang ditemuinya di jalan.

Setelah mendapatkan kunci mobil, Mentari pun segera masuk ke dalam mobilnya kemudian melaju dengan kecepatan cukup tinggi membuat Septian yang baru saja pulang dari rumah temannya sampai melongo tak percaya.

"Mbak Tari?" beonya dengan mulut menganga melihat Mentari mengendarai mobil BMW I8 berwarna putih.

...***...

"Jeng, kok di luar masih heboh ya?" tanya Rohani pada Asma. Ia pikir setelah Mentari pergi, keadaan bisa kembali tenang.

Namun kini Rohani, Erna, Septi, Asma, dan yang lainnya tercengang dengan mata membulat sempurna. Bagaimana mereka tak tercengang sebab mereka melihat para tamu undangan Mentari tadi sedang berbagi bingkisan makanan yang terlihat mewah beserta amplop putih yang kemungkinan itu uang.

"Eh, lauk pauk itu untuk tamu kami, kenapa kalian jarah lagi, hah!" bentak Asma yang mengira itu menu makanan pesanan Rohani.

"Maaf Bu, makanan ini merupakan pesanan non Tari untuk para tamu yang tidak kebagian makanan," ujar Pak Rudi yang spontan mengundang seruan mengejek dari semua orang yang ada di sana. Para tamu undangan Rohani dan Asma pun kini berbalik mengejek mereka sebab telah membuang menantu baik demi menantu baru yang didapat dengan tanam saham sebelum menikah.

"Huuuu, maluuu!!!" koor mereka bersamaan membuat wajah Rohani dan keluarga Erna memerah karena malu.

'Awas saja kau Tari, aku akan membuatmu menyesal! Aku akan membuat Shandi menceraikanmu biar kau tahu rasa. Pake acara bagi makanan enak dan bagi duit pula. Pasti itu uang Shandi. Dasar kurang ajar!' menolong Rohani dengan rahang mengeras karena emosi.

...***...

Aduh Bu, mau buat Tari menyesal, hah? Ayo kita lihat, siapa nanti yang akan menyesal! Hahaha ... 😄😄😄

...^^^***^^^...

...HAPPY READING 🥰🥰🥰...

Terpopuler

Comments

⚘️💙⚘️ Neng Gemoy ⚘️💙⚘️

⚘️💙⚘️ Neng Gemoy ⚘️💙⚘️

lakik kurang adj4r !!! 😡

2024-05-13

0

Sumiati 32

Sumiati 32

keren tari

2024-04-03

0

Prasetia Putri

Prasetia Putri

bagus tari
hempaskan saja laki ga guna

2024-04-03

0

lihat semua
Episodes
1 SATU
2 DUA
3 TIGA
4 EMPAT
5 LIMA
6 ENAM
7 TUJUH
8 DELAPAN
9 SEMBILAN
10 SEPULUH
11 SEBELAS
12 DUA BELAS
13 TIGA BELAS
14 EMPAT BELAS
15 LIMA BELAS
16 ENAM BELAS
17 TUJUH BELAS
18 DELAPAN BELAS
19 SEMBILAN BELAS
20 DUA PULUH
21 DUA PULUH SATU
22 DUA PULUH DUA
23 DUA PULUH TIGA
24 DUA PULUH EMPAT
25 DUA PULUH LIMA
26 DUA PULUH ENAM
27 DUA PULUH TUJUH
28 DUA PULUH DELAPAN
29 DUA PULUH SEMBILAN
30 TIGA PULUH
31 TIGA PULUH SATU
32 TIGA PULUH DUA
33 TIGA PULUH TIGA
34 TIGA PULUH EMPAT
35 TIGA PULUH LIMA
36 TIGA PULUH ENAM
37 TIGA PULUH TUJUH
38 TIGA PULUH DELAPAN
39 TIGA PULUH SEMBILAN
40 EMPAT PULUH
41 EMPAT PULUH SATU
42 EMPAT PULUH DUA
43 EMPAT PULUH TIGA
44 EMPAT PULUH EMPAT
45 EMPAT PULUH LIMA
46 EMPAT PULUH ENAM
47 EMPAT PULUH TUJUH
48 EMPAT PULUH DELAPAN
49 EMPAT PULUH SEMBILAN
50 LIMA PULUH
51 LIMA PULUH SATU
52 LIMA PULUH DUA
53 LIMA PULUH TIGA
54 LIMA PULUH EMPAT
55 LIMA PULUH LIMA
56 LIMA PULUH ENAM
57 LIMA PULUH TUJUH
58 LIMA PULUH DELAPAN
59 LIMA PULUH SEMBILAN
60 ENAM PULUH
61 ENAM PULUH SATU
62 ENAM PULUH DUA
63 ENAM PULUH TIGA
64 ENAM PULUH EMPAT
65 ENAM PULUH LIMA
66 ENAM PULUH ENAM
67 ENAM PULUH TUJUH
68 ENAM PULUH DELAPAN
69 ENAM PULUH SEMBILAN
70 TUJUH PULUH
71 TUJUH PULUH SATU
72 TUJUH PULUH DUA
73 TUJUH PULUH TIGA
74 TUJUH PULUH EMPAT
75 TUJUH PULUH LIMA
76 TUJUH PULUH ENAM
77 TUJUH PULUH TUJUH
78 TUJUH PULUH DELAPAN
79 TUJUH PULUH SEMBILAN
80 DELAPAN PULUH
81 DELAPAN PULUH SATU
82 DELAPAN PULUH DUA
83 DELAPAN PULUH TIGA
84 DELAPAN PULUH EMPAT
85 DELAPAN PULUH LIMA
86 DELAPAN PULUH ENAM
87 DELAPAN PULUH TUJUH
88 DELAPAN PULUH DELAPAN
89 DELAPAN PULUH SEMBILAN
90 SEMBILAN PULUH
91 SEMBILAN PULUH SATU
92 SEMBILAN PULUH DUA
93 SEMBILAN PULUH TIGA
94 SEMBILAN PULUH EMPAT
95 SEMBILAN PULUH LIMA
96 SEMBILAN PULUH ENAM
97 SEMBILAN PULUH TUJUH
98 SEMBILAN PULUH DELAPAN
99 SEMBILAN PULUH SEMBILAN
100 SERATUS
101 SERATUS SATU
102 SERATUS DUA
103 SERATUS TIGA
104 SERATUS EMPAT
105 SERATUS LIMA
106 SERATUS ENAM
107 SERATUS TUJUH
108 SERATUS DELAPAN
109 SERATUS SEMBILAN
110 SERATUS SEPULUH
111 SERATUS SEBELAS
112 SERATUS DUA BELAS
113 SERATUS TIGA BELAS (END)
114 Terima kasih
Episodes

Updated 114 Episodes

1
SATU
2
DUA
3
TIGA
4
EMPAT
5
LIMA
6
ENAM
7
TUJUH
8
DELAPAN
9
SEMBILAN
10
SEPULUH
11
SEBELAS
12
DUA BELAS
13
TIGA BELAS
14
EMPAT BELAS
15
LIMA BELAS
16
ENAM BELAS
17
TUJUH BELAS
18
DELAPAN BELAS
19
SEMBILAN BELAS
20
DUA PULUH
21
DUA PULUH SATU
22
DUA PULUH DUA
23
DUA PULUH TIGA
24
DUA PULUH EMPAT
25
DUA PULUH LIMA
26
DUA PULUH ENAM
27
DUA PULUH TUJUH
28
DUA PULUH DELAPAN
29
DUA PULUH SEMBILAN
30
TIGA PULUH
31
TIGA PULUH SATU
32
TIGA PULUH DUA
33
TIGA PULUH TIGA
34
TIGA PULUH EMPAT
35
TIGA PULUH LIMA
36
TIGA PULUH ENAM
37
TIGA PULUH TUJUH
38
TIGA PULUH DELAPAN
39
TIGA PULUH SEMBILAN
40
EMPAT PULUH
41
EMPAT PULUH SATU
42
EMPAT PULUH DUA
43
EMPAT PULUH TIGA
44
EMPAT PULUH EMPAT
45
EMPAT PULUH LIMA
46
EMPAT PULUH ENAM
47
EMPAT PULUH TUJUH
48
EMPAT PULUH DELAPAN
49
EMPAT PULUH SEMBILAN
50
LIMA PULUH
51
LIMA PULUH SATU
52
LIMA PULUH DUA
53
LIMA PULUH TIGA
54
LIMA PULUH EMPAT
55
LIMA PULUH LIMA
56
LIMA PULUH ENAM
57
LIMA PULUH TUJUH
58
LIMA PULUH DELAPAN
59
LIMA PULUH SEMBILAN
60
ENAM PULUH
61
ENAM PULUH SATU
62
ENAM PULUH DUA
63
ENAM PULUH TIGA
64
ENAM PULUH EMPAT
65
ENAM PULUH LIMA
66
ENAM PULUH ENAM
67
ENAM PULUH TUJUH
68
ENAM PULUH DELAPAN
69
ENAM PULUH SEMBILAN
70
TUJUH PULUH
71
TUJUH PULUH SATU
72
TUJUH PULUH DUA
73
TUJUH PULUH TIGA
74
TUJUH PULUH EMPAT
75
TUJUH PULUH LIMA
76
TUJUH PULUH ENAM
77
TUJUH PULUH TUJUH
78
TUJUH PULUH DELAPAN
79
TUJUH PULUH SEMBILAN
80
DELAPAN PULUH
81
DELAPAN PULUH SATU
82
DELAPAN PULUH DUA
83
DELAPAN PULUH TIGA
84
DELAPAN PULUH EMPAT
85
DELAPAN PULUH LIMA
86
DELAPAN PULUH ENAM
87
DELAPAN PULUH TUJUH
88
DELAPAN PULUH DELAPAN
89
DELAPAN PULUH SEMBILAN
90
SEMBILAN PULUH
91
SEMBILAN PULUH SATU
92
SEMBILAN PULUH DUA
93
SEMBILAN PULUH TIGA
94
SEMBILAN PULUH EMPAT
95
SEMBILAN PULUH LIMA
96
SEMBILAN PULUH ENAM
97
SEMBILAN PULUH TUJUH
98
SEMBILAN PULUH DELAPAN
99
SEMBILAN PULUH SEMBILAN
100
SERATUS
101
SERATUS SATU
102
SERATUS DUA
103
SERATUS TIGA
104
SERATUS EMPAT
105
SERATUS LIMA
106
SERATUS ENAM
107
SERATUS TUJUH
108
SERATUS DELAPAN
109
SERATUS SEMBILAN
110
SERATUS SEPULUH
111
SERATUS SEBELAS
112
SERATUS DUA BELAS
113
SERATUS TIGA BELAS (END)
114
Terima kasih

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!