TIGA BELAS

Malam kian larut, tapi Shandi justru tak kunjung dapat memejamkan matanya. Ia justru begitu gelisah di atas tempat tidurnya sebab pikirannya kini justru tertuju pada Mentari, Mentari, dan Mentari saja.

Saat melihat Mentari tadi, sebenarnya ia begitu terkesima. Wajahnya yang memang sudah cantik jadi kian cantik, anggun, dan menawan. Bahkan ia pun menyadari, hampir setiap pasang mata laki-laki menatapnya penuh minat saat melihat kedatangannya tadi. Ingin rasanya Shandi merengkuhnya ke dalam dekapannya dan memamerkan pada semua orang kalau ia adalah istrinya.

'Eh, tapi tadi secara tidak langsung Tari juga sudah mengumumkan kalau dia adalah istriku, kan!' monolog Shandi dalam hati merasa bangga.

Kecantikan Mentari memang tak dapat ia pungkiri. Sesuai namanya, Mentari, ia memancarkan sinar yang membuat hati terpukau pun hangat tak bertepi.

Tapi, kenapa tiba-tiba perasaannya tak tenang?

Apalagi saat ucapan Mentari sebelum pergi tadi terngiang di telinganya. Seolah-olah itu merupakan ucapan perpisahan. Ungkapan penuh luka dalam sebuah ucapan turut berbahagia.

'Nggak. Aku nggak mau kehilangan Tari. Aku mencintainya dan aku tak ingin ia lepas dari tanganku apalagi sampai ia jatuh ke pelukan laki-laki lain. Tidak, itu tidak boleh,' batin Shandi kembali bermonolog.

"Kamu kenapa sih mas? Kok kayak gelisah gitu? Sakit perut?" omel Erna kesal karena Shandi yang tak henti-hentinya bergerak padahal ia sudah benar-benar mengantuk.

"Emmm ... mas ... iya, mas sakit perut. Kamu terganggu ya?" dusta Shandi sambil memasang senyum semanis mungkin.

"Udah tahu nanya. Tidur luar sana kalau masih sakit. Ganggu aku tidur aja. Udah tau aku sakit, nggak boleh kurang tidur, mas malah gerak-gerak terus gitu," sembur Erna dengan mata mendelik tajam.

"Ah, ya, ya udah, kalau begitu, mas keluar dulu deh!" ujar Shandi yang gegas beranjak keluar setelah sebelumnya menyambarnya ponselnya terlebih dahulu. Entah mengapa hari Shandi tak tenang malam ini. Shandi khawatir terjadi sesuatu pada istrinya itu. Ia pun berinisiatif menghubunginya.

Setibanya di ruang tamu rumah Erna, Shandi pun bergegas mencoba menghubungi Mentari, namun panggilan pertama tak diangkat, panggilan kedua pun sama, panggilan ketiga pun tak direspon, hingga panggilan kelima pun panggilannya tidak direspon sama sekali. Shandi gelisah setengah mati. Lantas ia melirik ke arah jam di sudut atas layar ponselnya, Shandi sontak mendesah lirih, pantas saja pikirnya, sebab kini jarum jam sudah menunjukkan pukul 1 dini hari. Wajar saja Mentari tidak mengangkat panggilannya sebab istrinya tersebut pasti sudah tidur pikirnya.

Sementara itu, di salah satu kamar presidential suite Royal Hotel, tampak Mentari sedang asik menonton drama Korea dari layar laptopnya yang baru ia beli siang tadi. Peduli amat sama suaminya yang terus-menerus menghubunginya. Ia tak mau bicara dengan suaminya itu beberapa waktu ini. Ia ingin menenangkan diri. Bahkan ia sudah membuat keputusan besar yang pasti akan mengejutkan Shandi, namun merupakan kabar membahagiakan bagi mertua dan adik iparnya. Namun, ia yakin, itu takkan terjadi selamanya.

Keesokan harinya, pagi-pagi sekali Shandi telah tampil rapi. Tapi sebaliknya, Erna justru masih bergelung dengan selimut padahal matahari saja sudah tersenyum ceria memancarkan sinarnya.

Ah, Shandi tiba-tiba saja ingat sang istri di rumah mereka! Bila pagi-pagi begini biasanya Mentari sudah cantik dan harum. Mentari juga sudah menyapu rumah dan membuat sarapan. Baru juga satu hari ia tidak melihat pemandangan itu, tapi hati Shandi sudah merindu. Karena itu, ia bangun pagi-pagi, setelah sarapan rencananya ia ingin mengunjungi sang istri di rumah mereka.

"Shan, kamu udah rapi, mau kemana? Bukannya masih cuti kerja ya?" tanya Asma, ibunya Erna.

"Em, itu ma, Shandi mau pulang sebentar. Ada barang yang mau Shandi ambil," ujar Shandi.

"Ambil? Bukannya kalian emang akan pulang ke sana hari ini? Jangan bilang kamu nggak mau bawa Erna pulang ke rumahmu dan ingin membiarkan Erna tetap di sini, sedangkan kamu ingin bersenang-senang sama istri mandul kamu itu?" tuduh Asma dengan mata memicing membuat Shandi mengerutkan keningnya.

"Kami belum ada membahas itu, mengapa mama bisa bicara seperti itu?" tukas Shandi tak suka dengan tuduhan ibu mertuanya itu. "Dan lagian kan, aku mohon, jangan pernah menghina Tari. Bagaimana pun, Tari itu istri Shandi. Jadi Shandi mohon, tolong mama jangan ikutan mama Shandi yang suka menghina Tari," imbuh Shandi membuat mata Asma melotot tajam.

"Kamu berani membantah kata-kata mama? Kamu mau mama bilangin Erna buat jauhin kamu dan keluarga kamu dari calon anak kami, hah? Biar kalian sekalian nggak pernah ketemu sama calon anak kamu itu," sahut Asma ketus membuat Shandi gelagapan.

"Bu-bukan maksud Shandi seperti itu, ma. Shandi cuma minta tolong supaya nggak menghina Tari lagi. Itu aja," jelas Shandi membela diri.

"Heh, emang benar dia mandul kan! Kalau nggak mandul, pasti kalian sudah punya anak sejak lama. Jadi nggak usah bela-belain dia deh! Nggak level. Udah miskin, nggak berpendidikan, nggak punya pekerjaan, mandul lagi, apa bagusnya perempuan kayak gitu dipertahankan," ketus Asma lagi membuat Shandi memejamkan matanya. Ingin marah tapi yang bicara itu ibu mertua, tidak dijawab, ibu mertuanya tidak mau menghentikan omelan .

"Ada apa ini pagi-pagi udah ribut, mas?" tanya Erna pada Shandi.

Rambut Erna tampak masih berantakan. Bahkan di sudut bibir Erna masih menyisakan setitik iler yang jujur saja membuat Shandi menghela nafasnya.

"Itu, suami kamu ini, masa dia mau pulang dengan alasan mau ambil sesuatu. Pasti itu cuma alasan supaya dia bisa bersenang-senang dengan istri mandulnya itu," ketus Asma membuat rahang Erna mengeras.

"Benar begitu, mas?" ucap Erna dengan suara meninggi. Ia tak terima bila Shandi kembali pada Mentari.

"Aku cuma mau ambil barang sayang, percayalah." Shandi mencoba berbicara lemah lembut agar Shandi tidak kepikiran untuk kembali pada Mentari.

"Ngapain ambil sendirian? Bukannya kita bakal pulang kesana atau kita langsung pulang aja pagi ini kesana, bagaimana?"

Bruakkk ...

Jantung Shandi rasanya ingin meledak. Bagaimana mungkin Shandi membawa perempuan itu ke rumahnya? Bisa-bisa pecah perang dunia ke tiga bila Erna ikut pulang ke rumahnya. Tapi, Erna justru terus memaksa. Bahkan ibu Shandi yang baru datang kembali pagi itu membela Erna, membuatnya tak berdaya. Hingga di sinilah mereka sekarang, di mobil miliknya dengan tujuan pulang ke istana dia dan Mentari. Wajah Shandi sepanjang perjalanan ditekuk masam. Ia tak dapat membayangkannya bagaimana reaksi Mentari nanti saat melihat kepulangannya ditemani Erna. Bisa-bisa benar-benar terjadi pertumpahan darah di rumahnya nanti. Namun ternyata, bukannya pertumpahan darah yang terjadi, melainkan kebingungan Shandi sebab ternyata Mentari tak kunjung pulang. Hingga hari berganti pun Mentari tak kunjung memunculkan batang hidungnya. Membuat benak Shandi bertanya-tanya, dimana Mentari sebenarnya berada?

...***...

**Maaf kalau ada typo soalnya othor ngetiknya merem melek mulu. Kasi tau kak ya kalau ada yg typo. Tadi aja berapa kali salah tulis, ingat Bunga di novel Luka Bunga melulu. 😄

...****...

...HAPPY READING 🥰🥰🥰**...

Terpopuler

Comments

KrisTie Lyiee

KrisTie Lyiee

rakus kali kau

2024-04-26

1

Nartadi Yana

Nartadi Yana

paling juga itu hasil hamil sama orang lain dan Shandi yang suruh tanggung jawab kapok ngurusin anak orang istri sendiri dibuang

2024-02-04

4

Kod Driyah

Kod Driyah

yg nmnya pelakor maunya menang sndiri dan urat malunya SDH putus

2023-09-28

3

lihat semua
Episodes
1 SATU
2 DUA
3 TIGA
4 EMPAT
5 LIMA
6 ENAM
7 TUJUH
8 DELAPAN
9 SEMBILAN
10 SEPULUH
11 SEBELAS
12 DUA BELAS
13 TIGA BELAS
14 EMPAT BELAS
15 LIMA BELAS
16 ENAM BELAS
17 TUJUH BELAS
18 DELAPAN BELAS
19 SEMBILAN BELAS
20 DUA PULUH
21 DUA PULUH SATU
22 DUA PULUH DUA
23 DUA PULUH TIGA
24 DUA PULUH EMPAT
25 DUA PULUH LIMA
26 DUA PULUH ENAM
27 DUA PULUH TUJUH
28 DUA PULUH DELAPAN
29 DUA PULUH SEMBILAN
30 TIGA PULUH
31 TIGA PULUH SATU
32 TIGA PULUH DUA
33 TIGA PULUH TIGA
34 TIGA PULUH EMPAT
35 TIGA PULUH LIMA
36 TIGA PULUH ENAM
37 TIGA PULUH TUJUH
38 TIGA PULUH DELAPAN
39 TIGA PULUH SEMBILAN
40 EMPAT PULUH
41 EMPAT PULUH SATU
42 EMPAT PULUH DUA
43 EMPAT PULUH TIGA
44 EMPAT PULUH EMPAT
45 EMPAT PULUH LIMA
46 EMPAT PULUH ENAM
47 EMPAT PULUH TUJUH
48 EMPAT PULUH DELAPAN
49 EMPAT PULUH SEMBILAN
50 LIMA PULUH
51 LIMA PULUH SATU
52 LIMA PULUH DUA
53 LIMA PULUH TIGA
54 LIMA PULUH EMPAT
55 LIMA PULUH LIMA
56 LIMA PULUH ENAM
57 LIMA PULUH TUJUH
58 LIMA PULUH DELAPAN
59 LIMA PULUH SEMBILAN
60 ENAM PULUH
61 ENAM PULUH SATU
62 ENAM PULUH DUA
63 ENAM PULUH TIGA
64 ENAM PULUH EMPAT
65 ENAM PULUH LIMA
66 ENAM PULUH ENAM
67 ENAM PULUH TUJUH
68 ENAM PULUH DELAPAN
69 ENAM PULUH SEMBILAN
70 TUJUH PULUH
71 TUJUH PULUH SATU
72 TUJUH PULUH DUA
73 TUJUH PULUH TIGA
74 TUJUH PULUH EMPAT
75 TUJUH PULUH LIMA
76 TUJUH PULUH ENAM
77 TUJUH PULUH TUJUH
78 TUJUH PULUH DELAPAN
79 TUJUH PULUH SEMBILAN
80 DELAPAN PULUH
81 DELAPAN PULUH SATU
82 DELAPAN PULUH DUA
83 DELAPAN PULUH TIGA
84 DELAPAN PULUH EMPAT
85 DELAPAN PULUH LIMA
86 DELAPAN PULUH ENAM
87 DELAPAN PULUH TUJUH
88 DELAPAN PULUH DELAPAN
89 DELAPAN PULUH SEMBILAN
90 SEMBILAN PULUH
91 SEMBILAN PULUH SATU
92 SEMBILAN PULUH DUA
93 SEMBILAN PULUH TIGA
94 SEMBILAN PULUH EMPAT
95 SEMBILAN PULUH LIMA
96 SEMBILAN PULUH ENAM
97 SEMBILAN PULUH TUJUH
98 SEMBILAN PULUH DELAPAN
99 SEMBILAN PULUH SEMBILAN
100 SERATUS
101 SERATUS SATU
102 SERATUS DUA
103 SERATUS TIGA
104 SERATUS EMPAT
105 SERATUS LIMA
106 SERATUS ENAM
107 SERATUS TUJUH
108 SERATUS DELAPAN
109 SERATUS SEMBILAN
110 SERATUS SEPULUH
111 SERATUS SEBELAS
112 SERATUS DUA BELAS
113 SERATUS TIGA BELAS (END)
114 Terima kasih
Episodes

Updated 114 Episodes

1
SATU
2
DUA
3
TIGA
4
EMPAT
5
LIMA
6
ENAM
7
TUJUH
8
DELAPAN
9
SEMBILAN
10
SEPULUH
11
SEBELAS
12
DUA BELAS
13
TIGA BELAS
14
EMPAT BELAS
15
LIMA BELAS
16
ENAM BELAS
17
TUJUH BELAS
18
DELAPAN BELAS
19
SEMBILAN BELAS
20
DUA PULUH
21
DUA PULUH SATU
22
DUA PULUH DUA
23
DUA PULUH TIGA
24
DUA PULUH EMPAT
25
DUA PULUH LIMA
26
DUA PULUH ENAM
27
DUA PULUH TUJUH
28
DUA PULUH DELAPAN
29
DUA PULUH SEMBILAN
30
TIGA PULUH
31
TIGA PULUH SATU
32
TIGA PULUH DUA
33
TIGA PULUH TIGA
34
TIGA PULUH EMPAT
35
TIGA PULUH LIMA
36
TIGA PULUH ENAM
37
TIGA PULUH TUJUH
38
TIGA PULUH DELAPAN
39
TIGA PULUH SEMBILAN
40
EMPAT PULUH
41
EMPAT PULUH SATU
42
EMPAT PULUH DUA
43
EMPAT PULUH TIGA
44
EMPAT PULUH EMPAT
45
EMPAT PULUH LIMA
46
EMPAT PULUH ENAM
47
EMPAT PULUH TUJUH
48
EMPAT PULUH DELAPAN
49
EMPAT PULUH SEMBILAN
50
LIMA PULUH
51
LIMA PULUH SATU
52
LIMA PULUH DUA
53
LIMA PULUH TIGA
54
LIMA PULUH EMPAT
55
LIMA PULUH LIMA
56
LIMA PULUH ENAM
57
LIMA PULUH TUJUH
58
LIMA PULUH DELAPAN
59
LIMA PULUH SEMBILAN
60
ENAM PULUH
61
ENAM PULUH SATU
62
ENAM PULUH DUA
63
ENAM PULUH TIGA
64
ENAM PULUH EMPAT
65
ENAM PULUH LIMA
66
ENAM PULUH ENAM
67
ENAM PULUH TUJUH
68
ENAM PULUH DELAPAN
69
ENAM PULUH SEMBILAN
70
TUJUH PULUH
71
TUJUH PULUH SATU
72
TUJUH PULUH DUA
73
TUJUH PULUH TIGA
74
TUJUH PULUH EMPAT
75
TUJUH PULUH LIMA
76
TUJUH PULUH ENAM
77
TUJUH PULUH TUJUH
78
TUJUH PULUH DELAPAN
79
TUJUH PULUH SEMBILAN
80
DELAPAN PULUH
81
DELAPAN PULUH SATU
82
DELAPAN PULUH DUA
83
DELAPAN PULUH TIGA
84
DELAPAN PULUH EMPAT
85
DELAPAN PULUH LIMA
86
DELAPAN PULUH ENAM
87
DELAPAN PULUH TUJUH
88
DELAPAN PULUH DELAPAN
89
DELAPAN PULUH SEMBILAN
90
SEMBILAN PULUH
91
SEMBILAN PULUH SATU
92
SEMBILAN PULUH DUA
93
SEMBILAN PULUH TIGA
94
SEMBILAN PULUH EMPAT
95
SEMBILAN PULUH LIMA
96
SEMBILAN PULUH ENAM
97
SEMBILAN PULUH TUJUH
98
SEMBILAN PULUH DELAPAN
99
SEMBILAN PULUH SEMBILAN
100
SERATUS
101
SERATUS SATU
102
SERATUS DUA
103
SERATUS TIGA
104
SERATUS EMPAT
105
SERATUS LIMA
106
SERATUS ENAM
107
SERATUS TUJUH
108
SERATUS DELAPAN
109
SERATUS SEMBILAN
110
SERATUS SEPULUH
111
SERATUS SEBELAS
112
SERATUS DUA BELAS
113
SERATUS TIGA BELAS (END)
114
Terima kasih

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!