DELAPAN BELAS

Dengan wajah lesu dan penampilan kuyu, Shandi memasuki rumahnya yang terasa begitu sepi. Tak ada lagi sambutan hangat, senyuman manis, dan pelukan mesra sebagai pengantar kepergian maupun penyambut kepulangannya. Hampa, itu yang Shandi rasakan saat ini. Saat hendak menutup pintu, Shandi melihat ada sebuah benda tipis berwarna coklat terkapar di lantai. Sepertinya benda tersebut diselipkan dari bawah pintu. Shandi pun segera mengambilnya.

Jantung Shandi bagai dihantam beban ribuan ton. Benda itu merupakan sebuah amplop berwarna coklat dengan logo pengadilan agama di depannya. Tanpa perlu membuka, Shandi sudah bisa menebak apa isinya. Shandi membawa amplop itu lalu menghenyakkan bokongnya di sofa ruang tamu. Shandi memejamkan matanya. Mencoba meyakinkan diri kalau ini bukan seperti dugaannya.

Dengan tangan sedikit bergetar, Shandi merobek amplop itu kemudian mengeluarkan isinya. Shandi seketika terkulai lesu, ternyata isinya tak sesuai harapannya. Ternyata Mentari benar-benar merealisasikan perkataannya untuk menggugat cerai dirinya.

Perasaannya seketika menjadi kacau dan tak tenang. Tak pernah terpikirkan olehnya akan ditinggalkan sosok yang telah mendampinginya selama beberapa tahun ini. Namun apa boleh buat, itulah yang mesti ia hadapi. Apalagi orang tuanya sudah terang-terangan memintanya menceraikan Mentari. Seandainya Erna tidak hamil, semua pasti takkan menjadi seperti ini.

"Mas, itu apa? Surat panggilan sidang cerai? Baguslah. Dengan begitu hanya aku yang akan menjadi istrimu. Dan hanya aku yang akan menjadi penguasa rumah ini," ucap Erna girang setelah membaca surat yang barusan ia rebut dari Shandi.

Shandi yang telah kehilangan moodnya, lantas segera berlalu dari sana. Erna tak peduli dengan wajah Shandi yang ditekuk. Yang pasti ia harus merayakan ini.

"Ma, kita makan malam di luar aja gimana? Aku lagi seneng banget. Ternyata si mandul benar-benar menggugat cerai mas Shandi. Erna kira dia cuma gertak, eh ternyata dia serius."

" .... "

"Iya, ma. Erna senang, akhirnya hanya Erna satu-satunya istri dari mas Shandi. Buruan mama kemari, terus bujuk mas Shandi untuk traktir kita makan di luar. Kita kan mesti merayakan hari istimewa ini," tukas Erna girang.

Dan sesuai rencana Erna, akhirnya Shandi, Rohani, dan Septi, minus Septian telah tiba di sebuah restoran. Dengan wajah sumringah, mereka memasuki restoran itu kemudian memesan menu sesuka hati mereka. Tampaknya ketiga perempuan itu memang merasa begitu bahagia sebab Mentari yang memilih mundur dibandingkan bertahan. Apalagi sudah sejak lama Rohani tidak menyukai Mentari.

Sementara itu, di kediaman Mentari yang baru, ia pun sedang ingin merayakan kebebasannya. Ia berencana membuat makan malam untuk dirinya dan Jeanara. Mentari sudah memasak berbagai menu kemudian menghidangkannya dengan senyum yang merekah.

Karena ia hanya mengundang Jeanara, Mentari pun hanya mengenakan piyama satin lengan panjang berwarna navy. Bertepatan dengan ia selesai berganti pakaian, bel pintunya berbunyi. Mentari pun bergegas membukakan pintu. Dalam hitungan detik, Mentari membulatkan matanya sebab ternyata bukan hanya Jeanara yang datang, tapi juga suaminya, Abdi dan saudara kembarnya beserta gadis kecil yang merupakan keponakan Jeanara, Jervario dan Ashadiva.

"Onty cantik," pekik Ashadiva saat pintu apartemen Mentari terbuka.

"Lho ... " Mata Mentari mengerjap kaget melihat keberadaan empat orang itu.

Jeanara yang tahu Mentari terkejut melihat bukan hanya dirinya saja yang datang pun lantas terkekeh geli.

"Surprise cuy. Nggak asik kalau merayakan sesuatu cuma berdua aja. Jadi ... ya gitu deh! Apalagi si bocah ini udah kangen banget sama kamu," ujar Jeanara menjelaskan.

Mentari pun tersenyum lebar lalu merentangkan kedua tangannya untuk memeluk Ashadiva.

"Hai cantik!" sapa Mentari pada Ashadiva. "Yuk Mas, Jerva, Jea, silahkan masuk. Maaf, masih berantakan," ujar Mentari seraya mempersilahkan para tamunya masuk ke dalam.

Abdi tersenyum maklum. Sedangkan Jervario hanya memasang wajah datar bak triplek dilaminating. Udah datar, tambah datar dan kaku. 😂🤣

"Berantakan dari mana? Rapi dan bersih gin kok," sanggah Jeanara saat melihat ke dalam apartemen Mentari.

Mentari hanya tersenyum tipis, "Jea, ajak mas Abdi sama Jerva langsung makan malam aja! Soalnya semuanya udah siap. Entar keburu dingin," tukas Mentari pada Jeanara yang disambut Jeanara dengan acungan jempol nya. "Asha mau makan?" tanya Mentari pada Asha.

"Mau, Onty. Onty masak apa?" tanya Ashadiva yang masih berada di dalam gendongan Mentari. Jervario hanya memandangi keduanya dengan tatapan yang tak terbaca.

"Ada opor ayam, ada tempe bacem, ada capcay, udang krispi, sama telur balado. Asha suka makan pedas?"

Asha menggeleng, "Asha nggak suka makan pedas Onty, tapi Asha suka makan udang sama tempe bacem," sahut Asha dengan semangat membuat Mentari terkekeh gemas lalu ia menciumi pipi Asha dengan ceria. Kemudian mereka pun segera duduk di meja makan berbentuk bundar milik Mentari. Abdi dan Jeanara duduk bersisian. Disusul Asha, Mentari, dan Jervario.

"Cie, Asha seneng nih ye bisa ketemu onty Riri!" goda Jeanara.

"Iya dong. Onty Riri kan baik dan cantik, Asha suka," celetuknya membuat Mentari, Jeanara, dan Abdi terkekeh. K

"Kode tuh, Jer!" celetuk Abdi membuat mata Jervario mendelik tajam.

"Mas Abdi benar, tuh Va! Aku sih oke-oke aja," timpal Jeanara membuat mata Jervario melotot tajam, sedangkan Mentari menautkan kedua alisnya. Tidak paham dengan apa yang diperbincangkan suami istri tersebut.

"Kalian ngomongin apa sih?" tanya Mentari bingung.

"Ngomongin ... Awww ... loe apa-apaan sih, Va! Sakit tau! Mas, liat tuh, Jerva nakal, pake injek-injek kaki Jea," adu Jeanara pada Abdi sambil merengek membuat Mentari terkekeh geli melihatnya.

"Emang mas harus ngapain?" tanya Abdi bingung.

"Ia, nggak peka. Marahin kek!"

"Ya udah, nanti mas laporin sama mama aja, kan yang paling ditakuti Jerva itu mama," sahut Abdi membuat mata Jervario kian melotot, sedangkan tangannya terkekeh.

"Udah ah, kapan kita mulai makannya kalau bercanda terus. Yuk mas, Je, Jerva, kita makan. Maaf kalau masakannya kurang enak atau kurang berselera. Tari nggak terlalu pinter masak soalnya," ujar Mentari merendah.

"Oh ya, tapi kayaknya masakan ini lezat semua. Aromanya juga, hmmm ... ya kan, Jer?" celetuk Abdi sambil mengerlingkan sebelah matanya pada Jervario.

Jervario hanya mendengus karena iparnya itu sepertinya senang sekali menggodanya. Lalu Jeanara membantu mengambilkan nasi dan lauk-pauk untuk Abdi, sedangkan Mentari membantu mengambilkan untuk Jervario dan Asha.

"Sini Jer, aku bantu!" ujar Mentari yang langsung mengambilkan nasi untuk Jervario. "Kamu mau lauk apa?" tanya Mentari setelah mengisi piring Jervario dengan nasi. Sedangkan Asha sudah lebih dahulu makan.

"Emmm ... apa aja. Aku nggak pilih-pilih makanan kok," sahut Jervario sambil melirik betapa cekatannya Mentari melayaninya.

"Aku yakin, si kutu kupret itu pasti bakal nyesel banget kehilangan kamu, Ri," celetuk Jeanara tiba-tiba. "Apa sih kurangnya kamu? Cuma karena belum hamil aja dipermasalahkan. Kalau emang itu jadi masalah kan seharusnya dibicarakan baik-baik. Dasar keluarganya aja yang nggak tahu terima kasih," imbuhnya lagi yang dibenarkan Abdi dan Jervario dalam hati.

"Udah ah, Jea, nggak usah bahas mereka. Bikin mood gue hilang aja entar," sahut Mentari yang kini justru sibuk mengawasi Asha makan. "Gimana Sha, enak makanannya?"

"Enak onty. Besok-besok, Asha boleh makan di sini lagi?" celetuk Asha membuat keempat orang dewasa di sana terkejut.

"Ck ck ck ... kode keras kode keras," seloroh Abdi membuat Jervario reflek menendang tulang kering Abdi sehingga Abdi yang sedang minum seketika tersedak. "Sialan loe, Jer!" umpat Abdi.

"Mas," sergah Jeanara dengan mata melotot.

Sementara itu, keluarga Shandi baru saja selesai makan malam. Kini mereka sudah pulang dan berbincang mengenai kehamilan Erna, berbanding terbalik dengan Shandi yang terus melamun.

"Kak, udah gajian kan! Jatah aku mana?" celetuk Septi tiba-tiba membuat Shandi segera menoleh.

"Iya, Shan. Jatah mama juga mana? Mama mau bayar arisan nih lusa," timpal Rohani membuat Shandi gelagapan.

"Kamu kenapa? Gaji kamu, nggak kamu transfer ke Tari kan?" sungut Rohani was-was Shandi masih mengirimi Mentari uang.

"Nggak, ma. Tari malah udah menutup akun bank yang biasa Shandi kirimin duit."

"Hah, serius? Sok banget dia. Tapi baguslah. Dia udah nggak berhak lagi juga kan kalau sebentar lagi cerai jadi buat apa juga kirimin dia duit."

"Ya udah, jatah mama dan Septi mana? Sebentar lagi mama mau pulang, buruan ambilin sekarang," tukas Rohani tak sabaran. Pun Erna matanya sudah berbinar saat tahu suaminya gajian.

Shandi pun langsung berdiri dan mengambilkan uang untuk ibu dan adiknya.

"Ini buat mama dan ini buat kamu Sep, sama Tian. Dan ini, buat kamu, Na," tukas Shandi membuat ketiga orang itu terkejut.

"Lima ratus ribu? Apa-apaan ini, Shan? Mana cukup uang segini. Buat makan sehari-hari, buat bayar arisan juga," protes Rohani.

"Iya kak, mas" aku 500 ribu. Mbak Tari aja biasanya kasih aku 1.500.000 lho. Tian juga. Itu belum termasuk duit SKS dan lain-lain," protes Septi bersungut-sungut.

"Mas, kok cuma 1 juta sih? Ini duit apa? Duit jajan aku atau duit buat belanja?" tanya Erna.

"Itu buat belanja. Maaf, aku nggak bisa kasih lebih soalnya kan jabatan aku diturunin. Otomatis gaji aku lebih kecil. Bonus juga hangus jadi aku nggak bisa kasi lebih. Shandi minta, mulai sekarang kalian belajar berhemat. Kalau begitu, Shandi mau tidur dulu. Permisi," pungkas Shandi membuat ketiga perempuan itu membulatkan matanya.

"Hah! Yang benar aja. 500 ribu? Gimana mama mau bayar arisan?"

"Septi juga, ma. Mana cukup buat satu bulan. Yang 1.500.000 ia Septi pas-pasan, apalagi cuma segini. Oh ya, mbak Erna kan manager, mbak Erna mau kan tambahin sisanya? Kan kami udah bantu mbak biar bisa nikah sama kak Shandi?"

"Ah, kamu benar Sep, gimana nak, kamu mau kan tambahin duit mama dan Septi? Kami kan sekarang udah jadi keluarga kamu, artinya kami pun udah jadi tanggung jawab kamu," timpal Rohani.

Sontak saja Erna membulatkan matanya, kemudian ia menggeleng dengan cepat.

"Sorry, ma, Sep, Erna nggak bisa. Erna juga banyak keperluan. Erna mau ngumpulin juga buat kebutuhan bayi Erna dan biaya persalinan," tolak Erna cepat. Kemudian ia segera berdiri dan beranjak menjauh dari mertua dan iparnya itu.

'Enak aja, gue yang capek-capek kerja, mereka yang mau nikmatin. Ah, sial, kok gini sih! Sejuta? Cukup kemana? Buat beli skincare aja nggak cukup. Untung aja ada ... ' monolog Erna kemudian tersenyum sebelum masuk ke dalam kamar meninggalkan Rohani dan Septi yang mengumpat karena kesal.

...***...

...HAPPY READING 🥰🥰🥰...

Terpopuler

Comments

⚘️💙⚘️ Neng Gemoy ⚘️💙⚘️

⚘️💙⚘️ Neng Gemoy ⚘️💙⚘️

pasti Erna punya selingkuhan .... palingan juga itu yg nyumbang cebong ke rahim nya Erna.... 🤪🤮

2024-05-13

0

Nurul Yuliana

Nurul Yuliana

Maksudnya tangan terkepal..

2024-04-28

0

Aiur Skies

Aiur Skies

SOKOOOOOORIN😜😜😜 ON DARI

2024-02-18

2

lihat semua
Episodes
1 SATU
2 DUA
3 TIGA
4 EMPAT
5 LIMA
6 ENAM
7 TUJUH
8 DELAPAN
9 SEMBILAN
10 SEPULUH
11 SEBELAS
12 DUA BELAS
13 TIGA BELAS
14 EMPAT BELAS
15 LIMA BELAS
16 ENAM BELAS
17 TUJUH BELAS
18 DELAPAN BELAS
19 SEMBILAN BELAS
20 DUA PULUH
21 DUA PULUH SATU
22 DUA PULUH DUA
23 DUA PULUH TIGA
24 DUA PULUH EMPAT
25 DUA PULUH LIMA
26 DUA PULUH ENAM
27 DUA PULUH TUJUH
28 DUA PULUH DELAPAN
29 DUA PULUH SEMBILAN
30 TIGA PULUH
31 TIGA PULUH SATU
32 TIGA PULUH DUA
33 TIGA PULUH TIGA
34 TIGA PULUH EMPAT
35 TIGA PULUH LIMA
36 TIGA PULUH ENAM
37 TIGA PULUH TUJUH
38 TIGA PULUH DELAPAN
39 TIGA PULUH SEMBILAN
40 EMPAT PULUH
41 EMPAT PULUH SATU
42 EMPAT PULUH DUA
43 EMPAT PULUH TIGA
44 EMPAT PULUH EMPAT
45 EMPAT PULUH LIMA
46 EMPAT PULUH ENAM
47 EMPAT PULUH TUJUH
48 EMPAT PULUH DELAPAN
49 EMPAT PULUH SEMBILAN
50 LIMA PULUH
51 LIMA PULUH SATU
52 LIMA PULUH DUA
53 LIMA PULUH TIGA
54 LIMA PULUH EMPAT
55 LIMA PULUH LIMA
56 LIMA PULUH ENAM
57 LIMA PULUH TUJUH
58 LIMA PULUH DELAPAN
59 LIMA PULUH SEMBILAN
60 ENAM PULUH
61 ENAM PULUH SATU
62 ENAM PULUH DUA
63 ENAM PULUH TIGA
64 ENAM PULUH EMPAT
65 ENAM PULUH LIMA
66 ENAM PULUH ENAM
67 ENAM PULUH TUJUH
68 ENAM PULUH DELAPAN
69 ENAM PULUH SEMBILAN
70 TUJUH PULUH
71 TUJUH PULUH SATU
72 TUJUH PULUH DUA
73 TUJUH PULUH TIGA
74 TUJUH PULUH EMPAT
75 TUJUH PULUH LIMA
76 TUJUH PULUH ENAM
77 TUJUH PULUH TUJUH
78 TUJUH PULUH DELAPAN
79 TUJUH PULUH SEMBILAN
80 DELAPAN PULUH
81 DELAPAN PULUH SATU
82 DELAPAN PULUH DUA
83 DELAPAN PULUH TIGA
84 DELAPAN PULUH EMPAT
85 DELAPAN PULUH LIMA
86 DELAPAN PULUH ENAM
87 DELAPAN PULUH TUJUH
88 DELAPAN PULUH DELAPAN
89 DELAPAN PULUH SEMBILAN
90 SEMBILAN PULUH
91 SEMBILAN PULUH SATU
92 SEMBILAN PULUH DUA
93 SEMBILAN PULUH TIGA
94 SEMBILAN PULUH EMPAT
95 SEMBILAN PULUH LIMA
96 SEMBILAN PULUH ENAM
97 SEMBILAN PULUH TUJUH
98 SEMBILAN PULUH DELAPAN
99 SEMBILAN PULUH SEMBILAN
100 SERATUS
101 SERATUS SATU
102 SERATUS DUA
103 SERATUS TIGA
104 SERATUS EMPAT
105 SERATUS LIMA
106 SERATUS ENAM
107 SERATUS TUJUH
108 SERATUS DELAPAN
109 SERATUS SEMBILAN
110 SERATUS SEPULUH
111 SERATUS SEBELAS
112 SERATUS DUA BELAS
113 SERATUS TIGA BELAS (END)
114 Terima kasih
Episodes

Updated 114 Episodes

1
SATU
2
DUA
3
TIGA
4
EMPAT
5
LIMA
6
ENAM
7
TUJUH
8
DELAPAN
9
SEMBILAN
10
SEPULUH
11
SEBELAS
12
DUA BELAS
13
TIGA BELAS
14
EMPAT BELAS
15
LIMA BELAS
16
ENAM BELAS
17
TUJUH BELAS
18
DELAPAN BELAS
19
SEMBILAN BELAS
20
DUA PULUH
21
DUA PULUH SATU
22
DUA PULUH DUA
23
DUA PULUH TIGA
24
DUA PULUH EMPAT
25
DUA PULUH LIMA
26
DUA PULUH ENAM
27
DUA PULUH TUJUH
28
DUA PULUH DELAPAN
29
DUA PULUH SEMBILAN
30
TIGA PULUH
31
TIGA PULUH SATU
32
TIGA PULUH DUA
33
TIGA PULUH TIGA
34
TIGA PULUH EMPAT
35
TIGA PULUH LIMA
36
TIGA PULUH ENAM
37
TIGA PULUH TUJUH
38
TIGA PULUH DELAPAN
39
TIGA PULUH SEMBILAN
40
EMPAT PULUH
41
EMPAT PULUH SATU
42
EMPAT PULUH DUA
43
EMPAT PULUH TIGA
44
EMPAT PULUH EMPAT
45
EMPAT PULUH LIMA
46
EMPAT PULUH ENAM
47
EMPAT PULUH TUJUH
48
EMPAT PULUH DELAPAN
49
EMPAT PULUH SEMBILAN
50
LIMA PULUH
51
LIMA PULUH SATU
52
LIMA PULUH DUA
53
LIMA PULUH TIGA
54
LIMA PULUH EMPAT
55
LIMA PULUH LIMA
56
LIMA PULUH ENAM
57
LIMA PULUH TUJUH
58
LIMA PULUH DELAPAN
59
LIMA PULUH SEMBILAN
60
ENAM PULUH
61
ENAM PULUH SATU
62
ENAM PULUH DUA
63
ENAM PULUH TIGA
64
ENAM PULUH EMPAT
65
ENAM PULUH LIMA
66
ENAM PULUH ENAM
67
ENAM PULUH TUJUH
68
ENAM PULUH DELAPAN
69
ENAM PULUH SEMBILAN
70
TUJUH PULUH
71
TUJUH PULUH SATU
72
TUJUH PULUH DUA
73
TUJUH PULUH TIGA
74
TUJUH PULUH EMPAT
75
TUJUH PULUH LIMA
76
TUJUH PULUH ENAM
77
TUJUH PULUH TUJUH
78
TUJUH PULUH DELAPAN
79
TUJUH PULUH SEMBILAN
80
DELAPAN PULUH
81
DELAPAN PULUH SATU
82
DELAPAN PULUH DUA
83
DELAPAN PULUH TIGA
84
DELAPAN PULUH EMPAT
85
DELAPAN PULUH LIMA
86
DELAPAN PULUH ENAM
87
DELAPAN PULUH TUJUH
88
DELAPAN PULUH DELAPAN
89
DELAPAN PULUH SEMBILAN
90
SEMBILAN PULUH
91
SEMBILAN PULUH SATU
92
SEMBILAN PULUH DUA
93
SEMBILAN PULUH TIGA
94
SEMBILAN PULUH EMPAT
95
SEMBILAN PULUH LIMA
96
SEMBILAN PULUH ENAM
97
SEMBILAN PULUH TUJUH
98
SEMBILAN PULUH DELAPAN
99
SEMBILAN PULUH SEMBILAN
100
SERATUS
101
SERATUS SATU
102
SERATUS DUA
103
SERATUS TIGA
104
SERATUS EMPAT
105
SERATUS LIMA
106
SERATUS ENAM
107
SERATUS TUJUH
108
SERATUS DELAPAN
109
SERATUS SEMBILAN
110
SERATUS SEPULUH
111
SERATUS SEBELAS
112
SERATUS DUA BELAS
113
SERATUS TIGA BELAS (END)
114
Terima kasih

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!