EMPAT BELAS

"Duh ... kesiangan lagi," gerutu Shandi saat membuka mata ternyata jarum jam sudah menunjukkan hampir pukul 7. Tanpa mempedulikan Erna yang masih terlelap dalam tidurnya, Shandi pun bergegas masuk ke dalam kamar mandi dan menyelesaikan kegiataan mandinya.

"Erna, bangun! Bukannya kamu udah mulai kerja lagi hari ini!" Shandi mengguncang-guncang tubuh Erna agar segera bangun.

"Emmm ... emang ini udah jam berapa, mas?" tanya Erna yang masih menggeliat dengan mata terpejam.

"Udah jam 7."

"Apa? Duh, kacau!" ucap Erna sambil melemparkan selimutnya asal kemudian bergegas ke kamar mandi.

Kini keduanya telah bersiap. Setibanya di meja makan, Shandi terpaku. Ada sesuatu yang berbeda yang kini ia rasa. Meja makan kosong, rumah kotor dan berantakan, pun piring kotor berserakan. Shandi tercenung memikirkan kemana istrinya sebenarnya? Mengapa ia tiba-tiba saja menghilang.

"Erna, apa kamu nggak bisa bangun lebih pagi, bersih-bersih rumah, dan siapin sarapan!" ujar Shandi sambil menatap lekat wajah Erna.

"Mas,, aku kan harus kerja, mana mungkin sempat ngerjain itu," tolak Erna yang memang tidak menyukai mengerjakan pekerjaan rumah.

"Tapi kamu sekarang sudah jadi istri, sudah kewajiban kamu mengerjakannya. Kamu tahu, biasanya setiap aku bangun, Tari pasti sudah menyiapkan sarapan di meja ini. Rumah udah bersih, piring kotor pun nggak ada satupun, tapi sekarang ... kamu benar-benar beda dari Tari," ujar Shandi membandingkan Erna dan Mentari.

"Mas, nggak usah banding-bandingin aku sama si mandul itu ya! Terang aja kami beda, dia nggak bekerja kayak aku, jadi wajar dia bisa ngerjain semuanya. Mas telepon gih si mandul itu, buruan pulang. Suruh masak terus beres-beres, jadi perempuan jangan nggak guna kayak gitu. Udah mandul, malas lagi. Seharusnya dia bersyukur, kamu masih mempertahankan dia. Bukannya sok nggak pulang kayak gini, heran deh kamu bisa punya istri kayak gitu," omel Erna panjang lebar sambil mengambil roti tawar dan selainya kemudian ia letakkan begitu saja di atas meja. "Makan ini aja, aku harus segera ke tempat kerja," tukas Erna yang segera berlalu dari hadapan Shandi.

Shandi pun menghela nafasnya, benar juga kata Erna pikirnya. Lantas ia pun mengeluarkan ponselnya dan mencoba menghubungi Mentari. Shandi berdecak kesal, padahal status Mentari online, tapi ia tidak mau mengangkat panggilannya sama sekali.

"Sial! Mau kamu apa sih Tari? Sepertinya kamu benar-benar ingin membuatku marah," geram Shandi sambil mengetik sebuah pesan untuk Mentari.

[Kamu dimana? Buruan pulang, Tari! Jangan buat aku marah!!!] send.

Setelah mengetikkan pesan, Shandi pun segera membalikkan badannya. Ia sudah kehilangan selera makannya. Yang bercokol di benaknya kini hanya rasa kesal. Apalagi setelah melihat story' WhatsApp dari Mentari yang menampilkan sebuah kamar besar dan mewah yang dapat Shandi tebak itu merupakan gambar sebuah kamar hotel. Tak cukup hanya itu, Mentari juga memposting menu sarapannya yang sangat mewah dan nikmat. Sungguh berbanding terbalik dengan yang ada di hadapannya kini, hanya beberapa lembar roti dan selai kacang.

"Kurang ajar. Jadi dia sedang bersenang-senang dengan tidur di hotel. Menghabiskan uang saja. Aku sudah payah kerja, tapi dia yang berfoya-foya. Aku saja tidak pernah tidur di hotel mewah seperti itu, paling hotel kecil atau motel, tapi dia justru ... Ck ... awas saja kalau kau pulang nanti, Tari, aku pasti akan memberimu pelajaran," geram Shandi sambil masuk ke dalam mobilnya kemudian melajukan mobilnya dengan kecepatan cukup tinggi.

...***...

"Pak Shandi, dipanggil pak Galih ke ruangannya," ujar salah satu staf MTR Furniture.

Shandi mengerutkan keningnya, tidak biasanya dia dipanggil seorang diri ke ruangan direktur utama perusahaan itu. Dia hanya seorang manajer, biasanya ia baru bisa bertemu atasannya saat melakukan meeting dengan seluruh kepala divisi termasuk kepala divisinya. Lalu kini, ia tiba-tiba saja dipanggil untuk apa? Apa dirinya telah melakukan kesalahan?

"Kalau boleh tahu, untuk urusan apa ya? Tumben pak Galih panggil aku ke ruangannya?* tanya Shandi pada staf bernama Agung itu.

Tapi Agung justru mengedikkan bahunya, "mana saya tahu. Kamu melakukan kesalahan kali?" terka Agung sambil memicingkan matanya. Sejak awal ia tidak menyukai keberadaan Shandi sebab menurutnya dan rekan-rekan lainnya, kinerja Shandi tidaklah sebagus itu hingga dalam waktu singkat bisa diangkat menjadi seorang manager.

"Kesalahan? Kesalahan apa? Mana ada. Aku saja kan baru masuk setelah cuti 3 hari. Ya sudah kalau begitu saya langsung ke ruangan pak Galih aja. Siapa tahu, aku dipanggil untuk naik jabatan," seloroh Shandi membuat Agung memutar bola matanya jengah.

...***...

Tok tok tok ...

"Masuk," seru seseorang dari dalam ruangan yang didominasi warna abu-abu dan hitam itu.

"Selamat pagi, pak. Apa benar bapak memanggil saya?" tanya Shandi.

"Duduk!" tukas Galih datar dan dingin. Kemudian ia menutup layar laptopnya dan melipat kedua tangannya di depan dada.

Shandi pun segera duduk berseberangan dengan Galih.

"Kemarin kau mengambil cuti selama 3 hari, jelaskan apa tujuannya! Jujur, jangan ada kebohongan!" tegas Galih sambil menatap tajam netra Shandi.

Gleggg ...

Shandi sontak menelan ludahnya sendiri. Perasaan was-was bercokol di benaknya.

"Saya ... saya menjaga istri saya di rumah sakit, pak. Memangnya kenapa, pak?"

"Benarkah?" Mata Galih kian memicing tajam.

"Be-benar, pak," dusta Shandi membuat Galih tersenyum sinis.

"Anda tahu, saya sangat menghargai karyawan yang bersifat loyal pada perusahaan. Ciri karyawan yang memiliki loyalitas salah satunya setia kepada pasangannya. Bagaimana karyawan itu bisa bersikap loyal, bila dengan pasangan saja ia berkhianat bahkan dengan tega-teganya menutupi pernikahannya dengan wanita lain dengan alasan menjaga istri yang sedang sakit. Sungguh sangat keterlaluan," ucap Galih dengan nada rendah dan dingin membuat nafas Shandi seketika tercekat.

"Ma-maksud Anda, pak?" tanya Shandi yang masih berpura-pura bodoh.

Brakkk ...

Galih mengeluarkan sesuatu dari dalam amplop coklat dan melemparkannya ke hadapan Shandi. Termag saja, seketika bumi Shandi seakan berhenti berputar.

"Masih ingin berkelit, pak Shandi?" desis Galih membuat lidah Shandi tiba-tiba kelu.

"Kepada istri Anda sendiri saja Anda tega membohonginya bahkan mengatakannya sakit demi melancarkan pernikahan Anda, apalagi dengan perusahaan. Loyalitas Anda kini mulai saya ragukan. Bahkan saat saya bertanya pun, Anda memilih berbohong. Karena itu, maaf, mulai sekarang jabatan Anda akan saya turunkan menjadi staf biasa. Apalagi mengingat kinerja Anda sebenarnya masih kalah jauh dibandingkan staf yang. Masih banyak staf yang lebih berpotensi dari Anda. Jadi mulai sekarang, bereskan barang-barang Anda. Rinto akan menjelaskan pekerjaan Anda selanjutnya," tegas Galih.

"Tapi Pak, Anda tidak bisa bersikap sewenang-wenang seperti ini. Anda tidak bisa menyangkut-pautkan kehidupan pribadi dan pekerjaan, jadi Anda tidak bisa menurunkan jabatan saya begitu saja!" tolak Shandi yang tidak terima jabatannya diturunkan.

"Mengapa tidak? Sifat tidak setiap Anda memang menjadi penguat alasan, tapi bukankah saya sudah katakan tadi, alasan lainnya adalah kinerja Anda masih di bawah staf yang lain. Mungkin ini saatnya saya mengangkat staf yang sesuai dengan kemampuannya. Bila selama ini saya mengangkat Anda karena permintaan seseorang, tapi karena seseorang itu tidak ingin lagi membantu Anda, jadi saya punya kuasa penuh untuk menurunkan jabatan Anda dan menggantikannya dengan yang lebih berpotensi dan berkualitas tentunya," tegas Galih tanpa bantahan. "Kalau Anda tidak terima, Anda silahkan keluar dari perusahaan ini, beres kan!" imbuh Galih sambil menyeringai.

Wajah Shandi mendadak pucat pasi. Bagaimana mungkin ia keluar dari perusahaan ini. Bisa bekerja di sini saja merupakan sebuah keberuntungan baginya. Tapi tiba-tiba Shandi berpikir, ia teringat kata-kata Galih barusan, Galih mengangkatnya karena permintaan seseorang, tetapi siapa? Seberapa berkuasa dia sehingga bisa meminta atasannya untuk mengangkat jabatannya?

"Bagaimana? Kau terima diturunkan jabatan atau ... memilih resign?"

"Baik, pak. Saya akan terima keputusan Anda yang menurunkan jabatan saya walaupun ini terkesan semena-mena," sahut Shandi dengan nada kesal membuat Galih berdecih mendengarnya.

...***...

...HAPPY READING 🥰🥰🥰...

Terpopuler

Comments

Aiur Skies

Aiur Skies

jangan2 Erna karyawan di showroom Jeva tuh

2024-02-17

4

ℳ𝒾𝒸𝒽ℯ𝓁𝓁 𝒮 𝒴ℴ𝓃𝒶𝓉𝒽𝒶𝓃🦢

ℳ𝒾𝒸𝒽ℯ𝓁𝓁 𝒮 𝒴ℴ𝓃𝒶𝓉𝒽𝒶𝓃🦢

mampus kan, itu yg di sebut beda pasangan bed rejeki bung

terima aja brati kalo lu ganti tari ke erna jd down grade wkwk

2024-01-23

0

novi 99

novi 99

itu rezeki mu saat punya istri si Erna .
belum tau aja si Tari itu siapa ...

biar rohani kena serangan mental saat si Erna pelit .
bila perlu rohani di hina sama mantu idamannya

2024-01-10

3

lihat semua
Episodes
1 SATU
2 DUA
3 TIGA
4 EMPAT
5 LIMA
6 ENAM
7 TUJUH
8 DELAPAN
9 SEMBILAN
10 SEPULUH
11 SEBELAS
12 DUA BELAS
13 TIGA BELAS
14 EMPAT BELAS
15 LIMA BELAS
16 ENAM BELAS
17 TUJUH BELAS
18 DELAPAN BELAS
19 SEMBILAN BELAS
20 DUA PULUH
21 DUA PULUH SATU
22 DUA PULUH DUA
23 DUA PULUH TIGA
24 DUA PULUH EMPAT
25 DUA PULUH LIMA
26 DUA PULUH ENAM
27 DUA PULUH TUJUH
28 DUA PULUH DELAPAN
29 DUA PULUH SEMBILAN
30 TIGA PULUH
31 TIGA PULUH SATU
32 TIGA PULUH DUA
33 TIGA PULUH TIGA
34 TIGA PULUH EMPAT
35 TIGA PULUH LIMA
36 TIGA PULUH ENAM
37 TIGA PULUH TUJUH
38 TIGA PULUH DELAPAN
39 TIGA PULUH SEMBILAN
40 EMPAT PULUH
41 EMPAT PULUH SATU
42 EMPAT PULUH DUA
43 EMPAT PULUH TIGA
44 EMPAT PULUH EMPAT
45 EMPAT PULUH LIMA
46 EMPAT PULUH ENAM
47 EMPAT PULUH TUJUH
48 EMPAT PULUH DELAPAN
49 EMPAT PULUH SEMBILAN
50 LIMA PULUH
51 LIMA PULUH SATU
52 LIMA PULUH DUA
53 LIMA PULUH TIGA
54 LIMA PULUH EMPAT
55 LIMA PULUH LIMA
56 LIMA PULUH ENAM
57 LIMA PULUH TUJUH
58 LIMA PULUH DELAPAN
59 LIMA PULUH SEMBILAN
60 ENAM PULUH
61 ENAM PULUH SATU
62 ENAM PULUH DUA
63 ENAM PULUH TIGA
64 ENAM PULUH EMPAT
65 ENAM PULUH LIMA
66 ENAM PULUH ENAM
67 ENAM PULUH TUJUH
68 ENAM PULUH DELAPAN
69 ENAM PULUH SEMBILAN
70 TUJUH PULUH
71 TUJUH PULUH SATU
72 TUJUH PULUH DUA
73 TUJUH PULUH TIGA
74 TUJUH PULUH EMPAT
75 TUJUH PULUH LIMA
76 TUJUH PULUH ENAM
77 TUJUH PULUH TUJUH
78 TUJUH PULUH DELAPAN
79 TUJUH PULUH SEMBILAN
80 DELAPAN PULUH
81 DELAPAN PULUH SATU
82 DELAPAN PULUH DUA
83 DELAPAN PULUH TIGA
84 DELAPAN PULUH EMPAT
85 DELAPAN PULUH LIMA
86 DELAPAN PULUH ENAM
87 DELAPAN PULUH TUJUH
88 DELAPAN PULUH DELAPAN
89 DELAPAN PULUH SEMBILAN
90 SEMBILAN PULUH
91 SEMBILAN PULUH SATU
92 SEMBILAN PULUH DUA
93 SEMBILAN PULUH TIGA
94 SEMBILAN PULUH EMPAT
95 SEMBILAN PULUH LIMA
96 SEMBILAN PULUH ENAM
97 SEMBILAN PULUH TUJUH
98 SEMBILAN PULUH DELAPAN
99 SEMBILAN PULUH SEMBILAN
100 SERATUS
101 SERATUS SATU
102 SERATUS DUA
103 SERATUS TIGA
104 SERATUS EMPAT
105 SERATUS LIMA
106 SERATUS ENAM
107 SERATUS TUJUH
108 SERATUS DELAPAN
109 SERATUS SEMBILAN
110 SERATUS SEPULUH
111 SERATUS SEBELAS
112 SERATUS DUA BELAS
113 SERATUS TIGA BELAS (END)
114 Terima kasih
Episodes

Updated 114 Episodes

1
SATU
2
DUA
3
TIGA
4
EMPAT
5
LIMA
6
ENAM
7
TUJUH
8
DELAPAN
9
SEMBILAN
10
SEPULUH
11
SEBELAS
12
DUA BELAS
13
TIGA BELAS
14
EMPAT BELAS
15
LIMA BELAS
16
ENAM BELAS
17
TUJUH BELAS
18
DELAPAN BELAS
19
SEMBILAN BELAS
20
DUA PULUH
21
DUA PULUH SATU
22
DUA PULUH DUA
23
DUA PULUH TIGA
24
DUA PULUH EMPAT
25
DUA PULUH LIMA
26
DUA PULUH ENAM
27
DUA PULUH TUJUH
28
DUA PULUH DELAPAN
29
DUA PULUH SEMBILAN
30
TIGA PULUH
31
TIGA PULUH SATU
32
TIGA PULUH DUA
33
TIGA PULUH TIGA
34
TIGA PULUH EMPAT
35
TIGA PULUH LIMA
36
TIGA PULUH ENAM
37
TIGA PULUH TUJUH
38
TIGA PULUH DELAPAN
39
TIGA PULUH SEMBILAN
40
EMPAT PULUH
41
EMPAT PULUH SATU
42
EMPAT PULUH DUA
43
EMPAT PULUH TIGA
44
EMPAT PULUH EMPAT
45
EMPAT PULUH LIMA
46
EMPAT PULUH ENAM
47
EMPAT PULUH TUJUH
48
EMPAT PULUH DELAPAN
49
EMPAT PULUH SEMBILAN
50
LIMA PULUH
51
LIMA PULUH SATU
52
LIMA PULUH DUA
53
LIMA PULUH TIGA
54
LIMA PULUH EMPAT
55
LIMA PULUH LIMA
56
LIMA PULUH ENAM
57
LIMA PULUH TUJUH
58
LIMA PULUH DELAPAN
59
LIMA PULUH SEMBILAN
60
ENAM PULUH
61
ENAM PULUH SATU
62
ENAM PULUH DUA
63
ENAM PULUH TIGA
64
ENAM PULUH EMPAT
65
ENAM PULUH LIMA
66
ENAM PULUH ENAM
67
ENAM PULUH TUJUH
68
ENAM PULUH DELAPAN
69
ENAM PULUH SEMBILAN
70
TUJUH PULUH
71
TUJUH PULUH SATU
72
TUJUH PULUH DUA
73
TUJUH PULUH TIGA
74
TUJUH PULUH EMPAT
75
TUJUH PULUH LIMA
76
TUJUH PULUH ENAM
77
TUJUH PULUH TUJUH
78
TUJUH PULUH DELAPAN
79
TUJUH PULUH SEMBILAN
80
DELAPAN PULUH
81
DELAPAN PULUH SATU
82
DELAPAN PULUH DUA
83
DELAPAN PULUH TIGA
84
DELAPAN PULUH EMPAT
85
DELAPAN PULUH LIMA
86
DELAPAN PULUH ENAM
87
DELAPAN PULUH TUJUH
88
DELAPAN PULUH DELAPAN
89
DELAPAN PULUH SEMBILAN
90
SEMBILAN PULUH
91
SEMBILAN PULUH SATU
92
SEMBILAN PULUH DUA
93
SEMBILAN PULUH TIGA
94
SEMBILAN PULUH EMPAT
95
SEMBILAN PULUH LIMA
96
SEMBILAN PULUH ENAM
97
SEMBILAN PULUH TUJUH
98
SEMBILAN PULUH DELAPAN
99
SEMBILAN PULUH SEMBILAN
100
SERATUS
101
SERATUS SATU
102
SERATUS DUA
103
SERATUS TIGA
104
SERATUS EMPAT
105
SERATUS LIMA
106
SERATUS ENAM
107
SERATUS TUJUH
108
SERATUS DELAPAN
109
SERATUS SEMBILAN
110
SERATUS SEPULUH
111
SERATUS SEBELAS
112
SERATUS DUA BELAS
113
SERATUS TIGA BELAS (END)
114
Terima kasih

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!