ENAM BELAS

Hari Minggu adalah hari yang membahagiakan dan paling ditunggu-tunggu hampir semua orang. Banyak pasangan maupun keluarga menunggu hari ini untuk menghabiskan waktu dengan orang-orang terkasih. Berbanding terbalik dengan Mentari yang justru menunggu hari ini untuk memberikan kejutan tak terduga pada calon mantan keluarga tercinta.

Dipandanginya lekat penampilan dirinya yang tengah memakai dress selutut berwarna putih tanpa lengan. Tampak menyatu dengan kulit putihnya. Gaun yang berbentuk A line itu membuat Mentari tampak seperti gadis berumur 20-an dengan lekuk tubuh yang sempurna dan tepat di beberapa titiknya.

Tak lupa sapuan make up tipis untuk menyempurnakan penampilannya. Mentari berputar-putar di depan cermin yang ada di apartemen barunya. Ya, Mentari telah mendapatkan apartemen baru untuknya, namun baru semalam ia tidur di sana. Perabotannya sudah cukup lengkap sebab apartemen itu memang hasil oper book dan baru dihuni selama 1 tahun. Jadi wajar, perabotnya masih tampak cukup bagus dan bersih. Ia hanya tinggal melengkapi kekurangannya saja dan mengambil sisa barang-barangnya yang tidak begitu banyak.

Bagaimana dengan rumah beserta isi-isinya yang sebenarnya murni dibeli Mentari dengan uangnya sendiri?

Tentu Mentari telah memiliki rencana besar. Namun belum akan ia realisasikan saat ini. Biarlah mereka menikmati dahulu segala kemewahan yang akan segera di tinggalkan itu. Mentari hanya tinggal menunggu waktu yang tepat dan ...

DUAAAARRR ...

Boom maha dahsyat akan meledak membuat mereka kalang kabut.

Mentari sudah tak sabar menantikan hari itu.

Sementara itu, di rumah besar kediaman Mentari dan Shandi, tampak wajah Erna ditekuk masam sebab hari libur yang ia harap bisa ia isi dengan bermalas-malasan seperti dahulu justru harus diisi dengan kegiatan rumah tangga yang membosankan.

Jangan tanya apakah Shandi membantu, maka jawabannya adalah TIDAK.

Ia justru sibuk bergelung dengan bantal guling sambil menonton tayangan televisi.

"Mas ... " pekik Erna dengan wajah masam dan rambut kusut masai.

"Apa sih, sayang?" sahut Shandi dengan mata masih fokus ke tayangan infotainment.

"Bantuin kek! Aku capek tau nggak sih! Aku itu sedang hamil tapi malah kamu suruh bersih-bersih. Udah ah, aku nggak mau lagi. Atau kamu coba telepon lagi tuh istri sialan kamu itu. Enak aja dia bersenang-senang, sedangkan aku disuruh bersih-bersih." Erna tak henti-hentinya mendumel. Sebenarnya tak perlu Erna minta, Shandi pun sudah mencoba menghubungi Mentari, tapi Mentari benar-benar mengabaikannya. Shandi sampai bingung sendiri menghadapi sikap Mentari yang sangat tidak biasa.

"Mas nggak biasa ngerjain kerjaan itu, sayang. Jangankan nyapu, pegang sapu aja nggak pernah!" tukas Shandi jujur. Memang begitulah adanya. Selama menikah dengan Mentari, ia tak pernah sama sekali membantu urusan rumah tangga. Benar-benar tak pernah sama sekali. "Mas juga udah coba hubungi Tari, tapi dia nggak ngerespon sama sekali jadi mau gimana lagi."

"Atau telepon mama gih, minta mama sama Septi kemari. Masa' mereka tega biarin aku yang sedang hamil bersih-bersih, nyuci, ih, mama aku aja nggak pernah nyuruh aku ngerjain ini. Aku itu udah capek kerja, masa' disuruh ini itu sih! Mana rumah gede gini, mana sanggup aku nyapunya," omel Erna yang sudah merebahkan dirinya di samping Shandi.

"Ya udah, kamu istirahat aja. Biar mas telepon mama minta mereka ke sini."

...***...

"Shandi, kenapa kamu minta mama sama Septi kemari?" tanya Rohani setibanya di rumah Shandi. "Erna nggak papa kan? Dimana dia?" tanya Rohani sambil melirik jarum jam yang menunjukkan hampir tengah hari.

"Itu ma, emmm ... tolong bantu bersih-bersih dan nyuci ya ma. Terus masak juga. Kan Erna sedang hamil, kasian dia kalau harus beres-beres, nyuci, sama masak. Kalau ad Tari sih, nggak masalah. Dia bisa kerjain semuanya sendiri. Tapi sejak seminggu yang lalu kan Tari belum juga kembali. Jadi seperti yang mama lihat, rumah berantakan banget. Piring sama baju kotor juga udah pada numpuk, tolong bantu ya ma, Sep!" tukas Shandi tanpa rasa bersalah meminta orang tua dan adiknya beres-beres rumahnya. "Erna nggak papa kok, cuma kelelahan aja jadi aku suruh tidur."

"Apa?" seru keduanya terkejut. Bagaimana bisa, putranya mengundang mereka kemari hanya untuk disuruh bersih-bersih, sedangkan Erna justru sedang enak-enakan tidur.

Dengan wajah ditekuk masam, Rohani dan Septi pun mulai beres-beres. Kalau bukan karena Erna sedang hamil saja, mereka tidak mau melakukan hal ini.

"Sep, entar baju kamu yang cuci ya!" ujar Rohani seraya meletakkan sapu di tempatnya.

"Yah, mama, nyuci piring aja Septi belum kelar, masa' udah disuruh nyuci baju sih. Bisa-bisa kulit Septi jadi kasar dong," protes Septi dengan wajah cemberut.

"Lha, jadi mau nyuruh siapa lagi, coba? Mama kan nggak bisa lama-lama kena air, entar rematik mama kambuh, gimana?" tukas Rohani yang sudah berkacak pinggang.

"Ini nih gara-gara mbak Tari nih. Awas aja kalau dia pulang, aku mau kak Shandi ceraikan dia biar tau rasa. Enak banget dia, kita disini sibuk beres-beres, dia malah senang-senang nginap di hotel. Pake perawatan kulit segala spa dan meni pedi juga. Dasar, ipar sialan!" desis Septi kesal.

"Kamu benar, Sep. Entar biar mama yang ngomong sama Shandi. Nggak ada guna juga pertahanin perempuan kayak gitu."

"Mama benar. Eh, bilang ke kak Shandi juga, kenapa nggak pekerjakan art aja sih dari pada repot begini. Kan mbak Erna manager tuh, pasti gajinya gede kan. Kak Shandi juga. Nggak papalah buang duit sejutaan buat bayar art."

"Boleh juga. Nanti mama sampaikan."

...***...

"Maaf ma, bukan Erna nggak mau mempekerjakan art, cuma Erna kurang percaya sama art apalagi orang itu baru Erna kenal," tolak Erna saat Rohani menawarkan mempekerjakan art. Padahal bukan itu alasan Erna tidak mau mempekerjakan art. Tapi ia juga tidak bisa mengatakan alasannya.

"Shan, bujuk Erna sana. Kan ini untuk kebaikan kalian juga!" tukas Rohani lagi. Tidak mungkin kan mereka tiap hari kesana untuk bersih-bersih. Jadi jalan keluar terbaik adalah mempekerjakan art.

"Ma, sebenarnya saran mama bagus sih, tapi ... kayaknya aku nggak bisa deh mempekerjakan art sebab sekarang jabatan aku diturunin jadi staf biasa."

"APA???" seru ketiga orang itu bersamaan.

"Lho, kok bisa begitu? Emang kamu udah berbuat kesalahan apa sih, Shan?" tukas Rohani dengan suara meninggi. "Kamu korupsi?"

"Mana ada. Mana pernah Shandi korupsi."

"Lantas ... kenapa jabatan kamu tiba-tiba diturunkan gitu sih? Nggak mungkin kan diturunin secara tiba-tiba tanpa adanya alasan?"

Shandi menghela nafas panjang dan menatap sang mama serta Erna dan Septi bergantian.

"Itu karena ... Shandi nikah lagi, ma. Shandi dianggap tidak memiliki loyalitas jadi tidak pantas menduduki jabatan itu," jawab Shandi lesu yang lagi-lagi sukses membuat ketiga perempuan itu tercengang.

"Alasana yang aneh," gumam Rohani.

"Sebenernya bukan hanya itu sih, ma. Alasan lainnya sebenarnya kinerja Shandi kurang begitu bagus. Shandi pun heran bisa diangkat menjadi manager pemasaran. Jadi, semakin komplit lah alasan yang dikemukakan pak Galih."

"Pak Galih?"

"Emmm ... dia direktur utama MTR Furniture."

Kepala Rohani mendadak pening. Belum hilang rasa lelahnya setelah berkutat dengan pekerjaan rumah Shandi yang begitu banyak. Namun, ia sudah harus dihadapkan pada kenyataan jabatan sang anak yang diturunkan.

"Hai, semua," sapa Mentari dengan senyum lebar di bibirnya. Jangan lupakan juga penampilannya yang tampak begitu wow membuat Shandi yang pada awalnya ingin marah karena Mentari tak kunjung pulang, justru kini melebarkan senyumnya.

"Sayang, kamu kok baru pulang sih?" ucap Shandi dengan tersenyum manis membuat

Erna yang duduk di sampingnya mendengus lalu segera berdiri di samping Shandi sambil bergelayut mesra di lengannya. Tapi Shandi justru dengan cepat melepaskannya dan hendak menghampiri Mentari. Tapi lagi-lagi Erna menghalanginya.

"Maaf ya, mas. Aku hanya ingin mempersiapkan mental dulu sebelum kasi kejutan sama kamu," ucap Mentari dengan senyum terkembang.

Melihat Erna menghalangi Shandi mendekatinya membuat Mentari tersenyum.

"Nggak usah takut gitu. Aku nggak bakal ambil suami kamu kok."

Terang saja kalimat Mentari barusan membuat Shandi mengerutkan keningnya.

"Memangnya kenapa? Aku kan suami kamu juga ,Tari."

Tapi Mentari justru tersenyum tanpa merespon. Ia justru langsung masuk ke kamarnya dan menguncinya. Kemudian dengan cepat, ia memasukkan semua barang-barang pribadinya ke dalam koper yang memang ada di dalam walk in closet kamarnya.

"Heh, menantu kurang ajar, bukannya minta maaf karena udah pergi tanpa pamit selama seminggu, malah seenaknya masuk kamar begitu aja!" bentak Rohani kesal karena merasa tak diacuhkan begitu saja.

"Kak, mending kamu segera ceraikan perempuan itu. Tingkahnya sudah nggak ada sopan santunnya. Seenaknya pergi terus pulang ke rumah ini begitu saja. Emang rumah ini dianggap punya hotel, apa?" ujar Septi.

"Septi benar, Shan. Nggak guna banget mempertahankan perempuan nggak ada akhlak kayak itu," timpal Rohani yang diangguki Erna.

"Mama benar, sayang. Aku pun sebenarnya malu masa' dijadikan yang kedua sih padahal aku yang bisa kasi kamu anak," sambung Erna.

"Tapi aku ... "

"Turuti aja permintaan mama, adik, dan istri kamu, mas. Lagipula aku udah nggak mau melanjutkan hubungan kita. Aku ikhlas melepasmu, mas. Jadi segeralah talak aku!"

Terpopuler

Comments

⚘️💙⚘️ Neng Gemoy ⚘️💙⚘️

⚘️💙⚘️ Neng Gemoy ⚘️💙⚘️

nah lhoh ... pada bengong kan ? 🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣

2024-05-13

0

Rahmadara Darra

Rahmadara Darra

ceritanya bagus sekali

2024-04-24

1

novi 99

novi 99

wkwwkwk .
menunggu Rohani dan komplotannya kalang kabut nantinya

2024-01-10

5

lihat semua
Episodes
1 SATU
2 DUA
3 TIGA
4 EMPAT
5 LIMA
6 ENAM
7 TUJUH
8 DELAPAN
9 SEMBILAN
10 SEPULUH
11 SEBELAS
12 DUA BELAS
13 TIGA BELAS
14 EMPAT BELAS
15 LIMA BELAS
16 ENAM BELAS
17 TUJUH BELAS
18 DELAPAN BELAS
19 SEMBILAN BELAS
20 DUA PULUH
21 DUA PULUH SATU
22 DUA PULUH DUA
23 DUA PULUH TIGA
24 DUA PULUH EMPAT
25 DUA PULUH LIMA
26 DUA PULUH ENAM
27 DUA PULUH TUJUH
28 DUA PULUH DELAPAN
29 DUA PULUH SEMBILAN
30 TIGA PULUH
31 TIGA PULUH SATU
32 TIGA PULUH DUA
33 TIGA PULUH TIGA
34 TIGA PULUH EMPAT
35 TIGA PULUH LIMA
36 TIGA PULUH ENAM
37 TIGA PULUH TUJUH
38 TIGA PULUH DELAPAN
39 TIGA PULUH SEMBILAN
40 EMPAT PULUH
41 EMPAT PULUH SATU
42 EMPAT PULUH DUA
43 EMPAT PULUH TIGA
44 EMPAT PULUH EMPAT
45 EMPAT PULUH LIMA
46 EMPAT PULUH ENAM
47 EMPAT PULUH TUJUH
48 EMPAT PULUH DELAPAN
49 EMPAT PULUH SEMBILAN
50 LIMA PULUH
51 LIMA PULUH SATU
52 LIMA PULUH DUA
53 LIMA PULUH TIGA
54 LIMA PULUH EMPAT
55 LIMA PULUH LIMA
56 LIMA PULUH ENAM
57 LIMA PULUH TUJUH
58 LIMA PULUH DELAPAN
59 LIMA PULUH SEMBILAN
60 ENAM PULUH
61 ENAM PULUH SATU
62 ENAM PULUH DUA
63 ENAM PULUH TIGA
64 ENAM PULUH EMPAT
65 ENAM PULUH LIMA
66 ENAM PULUH ENAM
67 ENAM PULUH TUJUH
68 ENAM PULUH DELAPAN
69 ENAM PULUH SEMBILAN
70 TUJUH PULUH
71 TUJUH PULUH SATU
72 TUJUH PULUH DUA
73 TUJUH PULUH TIGA
74 TUJUH PULUH EMPAT
75 TUJUH PULUH LIMA
76 TUJUH PULUH ENAM
77 TUJUH PULUH TUJUH
78 TUJUH PULUH DELAPAN
79 TUJUH PULUH SEMBILAN
80 DELAPAN PULUH
81 DELAPAN PULUH SATU
82 DELAPAN PULUH DUA
83 DELAPAN PULUH TIGA
84 DELAPAN PULUH EMPAT
85 DELAPAN PULUH LIMA
86 DELAPAN PULUH ENAM
87 DELAPAN PULUH TUJUH
88 DELAPAN PULUH DELAPAN
89 DELAPAN PULUH SEMBILAN
90 SEMBILAN PULUH
91 SEMBILAN PULUH SATU
92 SEMBILAN PULUH DUA
93 SEMBILAN PULUH TIGA
94 SEMBILAN PULUH EMPAT
95 SEMBILAN PULUH LIMA
96 SEMBILAN PULUH ENAM
97 SEMBILAN PULUH TUJUH
98 SEMBILAN PULUH DELAPAN
99 SEMBILAN PULUH SEMBILAN
100 SERATUS
101 SERATUS SATU
102 SERATUS DUA
103 SERATUS TIGA
104 SERATUS EMPAT
105 SERATUS LIMA
106 SERATUS ENAM
107 SERATUS TUJUH
108 SERATUS DELAPAN
109 SERATUS SEMBILAN
110 SERATUS SEPULUH
111 SERATUS SEBELAS
112 SERATUS DUA BELAS
113 SERATUS TIGA BELAS (END)
114 Terima kasih
Episodes

Updated 114 Episodes

1
SATU
2
DUA
3
TIGA
4
EMPAT
5
LIMA
6
ENAM
7
TUJUH
8
DELAPAN
9
SEMBILAN
10
SEPULUH
11
SEBELAS
12
DUA BELAS
13
TIGA BELAS
14
EMPAT BELAS
15
LIMA BELAS
16
ENAM BELAS
17
TUJUH BELAS
18
DELAPAN BELAS
19
SEMBILAN BELAS
20
DUA PULUH
21
DUA PULUH SATU
22
DUA PULUH DUA
23
DUA PULUH TIGA
24
DUA PULUH EMPAT
25
DUA PULUH LIMA
26
DUA PULUH ENAM
27
DUA PULUH TUJUH
28
DUA PULUH DELAPAN
29
DUA PULUH SEMBILAN
30
TIGA PULUH
31
TIGA PULUH SATU
32
TIGA PULUH DUA
33
TIGA PULUH TIGA
34
TIGA PULUH EMPAT
35
TIGA PULUH LIMA
36
TIGA PULUH ENAM
37
TIGA PULUH TUJUH
38
TIGA PULUH DELAPAN
39
TIGA PULUH SEMBILAN
40
EMPAT PULUH
41
EMPAT PULUH SATU
42
EMPAT PULUH DUA
43
EMPAT PULUH TIGA
44
EMPAT PULUH EMPAT
45
EMPAT PULUH LIMA
46
EMPAT PULUH ENAM
47
EMPAT PULUH TUJUH
48
EMPAT PULUH DELAPAN
49
EMPAT PULUH SEMBILAN
50
LIMA PULUH
51
LIMA PULUH SATU
52
LIMA PULUH DUA
53
LIMA PULUH TIGA
54
LIMA PULUH EMPAT
55
LIMA PULUH LIMA
56
LIMA PULUH ENAM
57
LIMA PULUH TUJUH
58
LIMA PULUH DELAPAN
59
LIMA PULUH SEMBILAN
60
ENAM PULUH
61
ENAM PULUH SATU
62
ENAM PULUH DUA
63
ENAM PULUH TIGA
64
ENAM PULUH EMPAT
65
ENAM PULUH LIMA
66
ENAM PULUH ENAM
67
ENAM PULUH TUJUH
68
ENAM PULUH DELAPAN
69
ENAM PULUH SEMBILAN
70
TUJUH PULUH
71
TUJUH PULUH SATU
72
TUJUH PULUH DUA
73
TUJUH PULUH TIGA
74
TUJUH PULUH EMPAT
75
TUJUH PULUH LIMA
76
TUJUH PULUH ENAM
77
TUJUH PULUH TUJUH
78
TUJUH PULUH DELAPAN
79
TUJUH PULUH SEMBILAN
80
DELAPAN PULUH
81
DELAPAN PULUH SATU
82
DELAPAN PULUH DUA
83
DELAPAN PULUH TIGA
84
DELAPAN PULUH EMPAT
85
DELAPAN PULUH LIMA
86
DELAPAN PULUH ENAM
87
DELAPAN PULUH TUJUH
88
DELAPAN PULUH DELAPAN
89
DELAPAN PULUH SEMBILAN
90
SEMBILAN PULUH
91
SEMBILAN PULUH SATU
92
SEMBILAN PULUH DUA
93
SEMBILAN PULUH TIGA
94
SEMBILAN PULUH EMPAT
95
SEMBILAN PULUH LIMA
96
SEMBILAN PULUH ENAM
97
SEMBILAN PULUH TUJUH
98
SEMBILAN PULUH DELAPAN
99
SEMBILAN PULUH SEMBILAN
100
SERATUS
101
SERATUS SATU
102
SERATUS DUA
103
SERATUS TIGA
104
SERATUS EMPAT
105
SERATUS LIMA
106
SERATUS ENAM
107
SERATUS TUJUH
108
SERATUS DELAPAN
109
SERATUS SEMBILAN
110
SERATUS SEPULUH
111
SERATUS SEBELAS
112
SERATUS DUA BELAS
113
SERATUS TIGA BELAS (END)
114
Terima kasih

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!