15. Sidang Perdana

Sidang kasus penusukan yang dilakukan oleh Khansa sedang berlangsung dalam keadaan menegangkan.

Para saksi dimintai keterangan dengan jawaban yang berbeda-beda. Ada sudah merubah kesaksiannya karena takut akan dipecat oleh tuan Raffa.

Tim pengacara Qian begitu kecewa dengan para saksi yang awalnya memberikan kesaksian mereka dengan benar dan sekarang berbalik 180 derajat untuk menjerat Khansa agar gadis itu dipenjara.

Pengacara Qian yang melakukan pemeriksaan silang pada terdakwa dan saksi mulai kehilangan kesabaran Khansa menolak untuk dibela olehnya.

"Sial!" Kenapa berakhir jadi seperti ini."Batin Pengacara Qian.

Sidang istirahat lima belas menit, itu berarti Pengacara Qian bisa menasehati Khansa untuk menolak semua tuduhan pengacara lawan.

"Khansa!" Apakah kamu ingin busuk di penjara dengan segala siksaan yang akan kamu terima baik itu dari napi maupun sipir yang manusianya aja begitu sangar tanpa ada belas kasih di hati mereka." Ucap Pengacara Qian.

"Tidak apa!" Setidaknya aku aman berada di penjara karena jika aku diluar nyawaku bisa terancam. Apakah kamu tidak lihat tadi, masyarakat yang datang berbondong-bondong dari arah mana saja untuk menyerangku hingga menarik jilbab ku hingga aku dipermalukan di depan umum.

Bagaimana kalau aku dibebaskan, bukankah penjara diluar sana lebih mengerikan dari pada didalam penjara itu sendiri." Ucap Khansa sambil terisak.

"Khansa!" Bentak Pengacara Qian.

"Apakah kamu sudah gila atau bagaimana, kamu tahu tidak?" Hanya untuk membela kehormatanmu, dokter Mala, sahabat akrab itu rela dipecat oleh tuan Raffa karena dirimu.

Apakah kamu tidak menghargai pengorbanannya?" Apakah kamu kira tim pengacaraku bisa tidur dengan tenang?" Mereka bahkan tidak pulang dan memilih menginap di kantor karena tidak enak dengan permohonanku agar kasus kamu bisa dibela oleh mereka yang awalnya jadi terdakwa dan sekarang bisa menjadi korban karena banyak bukti yang sudah di kantongi kami dari dokter Mala.

Saat ini, dokter Mala sebagai saksi kunci sedang di jemput oleh tim audit kami. Jadi tolong tetapkan hatimu agar kamu yakin kami bisa menolong dirimu." Ucap Pengacara Qian tegas.

Khansa yang baru mengetahui kalau dokter Mala sudah dipecat kerasa tidak enak hati karena dirinya.

"Ya Allah, kenapa harus begini?" Mengapa orang jujur muda sekali ditindas. Apa yang harus aku lakukan untuk mengembalikan pekerjaan dokter Mala." Rintih Khansa dalam diamnya.

Istirahat selesai, sidang kembali di lanjutkan oleh bapak hakim agung untuk mendengarkan saksi kunci yang sampai saat ini belum juga datang.

Pengacara Qian menghubungi rekannya dan menanyakan apa yang terjadi. Namun sayang sekali, mobil yang ditumpangi oleh dokter Mala mengalami rem blong hingga mobil itu menabrak pengendara lain dan dokter Mala menjadi korban dalam kecelakaan tersebut dan harus segera dibawa ke rumah sakit terdekat.

Pengacara Qian sangat syok mendengar itu hingga terlihat oleh pengacara lawan yang tersenyum penuh kemenangan.

Hakim akhirnya menunda sidang tersebut hingga dihadirkan kembali saksi kunci agar Khansa bisa di bebaskan.

Pengacara Qian cukup puas atas keputusan bapak hakim untuk menunda sidang ke depannya selama satu Minggu.

Ia pun menghampiri Khansa untuk tidak perlu cemas.

"Dengar Khansa!" kami akan melihat keadaan dokter Mala dan aku akan memberi tahukan informasi tentangnya.

Tolong jangan dengarkan siapapun yang ingin menghancurkanmu atas kasus ini." Ucap Pengacara Qian sebelum Khansa di giring lagi ke sel tahanan kepolisian setempat.

"Berhentilah membelaku dan pergilah dari hidupku, mengapa kamu tidak mau mengerti juga, hah!" Bentak Khansa dengan kasar pada Pengacara Qian.

"Ayo cepat Nona duduk lagi di tempatmu!" Titah salah satu polwan saat Khansa di masukkan lagi ke dalam mobil tahanan menuju kantor polisi.

Sebenarnya Khansa tidak ingin berlaku kasar kepada Pengacara Qian. Itu semua ia lakukan karena tuan Raffa semalam datang menemui dirinya dengan penuh amarah.

Flash back :

Malam itu tuan Raffa sedang menunggu Khansa di ruang interogasi. Lelaki bertubuh tambun ini menahan geram ketika melihat wanita yang disukai anaknya ini terlihat sangat tenang menghadapi masalah hukum yang akan menjeratnya.

"Nona Khansa!" Aku tahu kalau putraku telah berlaku kasar kepadamu karena keangkuhan dirimu yang selalu menolak dirinya saat ia ingin memilikimu seutuhnya dengan cara menikahimu.

Namun sayang, kamu malah menolaknya mentah-mentah hingga ia juga tidak sabar untuk menyetujui hingga peristiwa mengerikan itu terjadi di rumah sakit milikku sendiri.

"Aku heran denganmu, kenapa kamu tidak menyukai putraku?" Padahal banyak gadis lain sangat tergila-gila kepadanya, apa karena Pengacara Qian itu, yang sekarang menjadi mantan kekasihmu?" Tanya tuan Raffa.

"Maafkan saya Tuan!"

"Tapi putra anda berusaha memperkosa saya hingga saya tidak bisa lagi memikirkan cara untuk menghindari dirinya dengan cara menusuk tubuhnya dengan pecahan kaca gelas sebagai senjatanya." Ucap Khansa.

"Dasar gadis liar!" Berani sekali kamu berkata jujur seperti itu padaku. Beruntunglah putraku tidak sampai meninggal, jika dua sampai meninggal, kau, nenekmu dan pemuda itu akan aku singkirkan.

Jika kamu mengatakan kebenaran sesungguhnya, maka kamu akan melihat bagaimana orang-orang yang berusaha menolongmu akan bertemu ajalnya satu persatu.

"Bagaimana!" Masih ingin mencobanya sayang?" Ucap tuan Raffa penuh dengan nada ancaman.

"Jangan tuan Raffa!"

Jangan sakiti mereka!" Aku tidak akan mengecewakanmu, aku siap mendekam di balik jeruji besi itu asalkan tuan Raffa tidak menyentuh mereka!" Pinta Khansa sambil terisak.

"Bagus!" Rupanya kamu cepat mengerti apa mau ku. Jika kamu keluar dari sini pun kamu juga tidak akan pernah menjadi seorang dokter lagi karena namamu akan aku hapus dari IDI." Camkan itu.

Tuan Raffa segera pergi dari hadapan Khansa yang masih menangisi kebodohannya sendiri.

Demi melindungi orang-orang yang ia cintai, ia bersedia memberikan kesaksian palsu agar Pengacara Qian dan neneknya aman.

Seminggu kemudian, sidang putusan pengadilan kembali di gelar. Kali ini bukti yang bisa meringankan kasus penusukan yang dilakukan oleh dokter Khansa di bacakan oleh pengacara Qian.

Tapi, diluar dugaan Pengacara Qian, dokter Khansa menyatakan bahwa dirinya lah yang sengaja menggoda dokter Raffi sebagai korban terlebih dahulu hingga terjadi penusukan itu.

"Yang mulia!" Akulah yang bersalah karena aku yang menggoda dokter Raffi sehingga ia berusaha mendekati aku hari itu.

Tapi, aku berubah pikiran dan tidak ingin disentuh olehnya. Karena merasa ditolak olehku, ia mencoba menodai ku secara paksa hingga akhirnya aku menusuknya dengan pecahan kaca itu agar ia menghentikan aksi biadabnya kepadaku." Ucap Khansa yang sudah menyusun kata-katanya untuk menggali kuburannya sendiri..

"Dokter Khansa!" Teriak Pengacara Qian mengingatkan kebodohan mantan kekasihnya itu, namun Khansa tidak peduli.

Pak hakim akhirnya menjatuhkan hukuman yang pantas untuk Khansa dengan tuduhan percobaan pembunuhan dengan hukuman dua tahun penjara dengan masa pengurangan kurungan.

Terpopuler

Comments

jhon teyeng

jhon teyeng

Ini karyamu yg sisi berbeda kak, berhasil membuat jengkel aku. karna kanza yg lemah

2023-09-29

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!