18. Masa Lalu

Pengacara Qian mengajak asistennya Fian untuk menemui nenek Laila di kampungnya Khansa, dengan membawa gelang kaki milik gadis itu, sebagai bukti bahwa dialah yang menemukan benda paling berharga dalam hidup kekasihnya Khansa.

Pengacara Qian yang masih terlihat syok setelah mengetahui siapa sebenarnya Khansa, yang membuat hatinya terus menerus bersedih, atas kebodohannya yang telah menyia-nyiakan gadis itu, hingga Khansa harus mengalami percobaan pelecehan se*sual yang dilakukan oleh lelaki biadab itu, yang merupakan putra dari pemilik rumah sakit dan sekaligus rekan dokternya sendiri.

"Tuan!" Apakah anda masih memikirkan kebodohan anda selama ini?" Ledek asisten Fian pada bos-nya yang berubah menjadi pendiam sepanjang jalan, namun matanya terlihat berair.

"Aku bukan hanya bodoh Fian, bahkan aku lebih dari kata bodoh." Timpal Pengacara Qian merasa dia lelaki tidak berguna.

"Tuan Qian!" Aku hanya kagum dengan kesetiaan janjimu yang ingin menikahi gadis penolong itu, yang ternyata adalah nona Khansa sendiri, kekasih anda yang sudah sangat dekat dengan anda, namun ironisnya kalian tidak kenal satu sama lain." Ucap asisten Fian ikut prihatin dengan hubungan asmara bosnya dan dokter Khansa yang kini harus mendekam di penjara.

"Seumur hidupku, mungkin aku tidak mampu melupakan kesalahanku pada Khansa, Fian.

Berulang kali ia terus memohon kepadaku agar aku segera menghalalkan dirinya namun sayang, aku terlalu memikirkan janjiku pada wanita yang sama.

Setelah datang ujian ini, Tuhan seakan baru menunjukkan kebenaran yang sesungguhnya melalui mimpiku.

Itulah sebabnya semalam aku menghubungimu agar kita bisa menemui nenek Laila dikampung halamannya untuk menanyakan hal Ikhwal mengenai gelang kaki milik Khansa ini." Ucap Pengacara Qian.

"Maafkan saya bos!" karena semalam saya masih ngantuk berat saat menerima telepon dari bos." Ucap asisten Fian tidak enak hati.

"Sudahlah!" Aku yang salah karena terlalu semangat untuk mengajak kamu pulang ke kampung calon istriku." Ucap Pengacara Qian tersenyum samar, karena ia belum merasa bahagia sepenuhnya, jika belum bisa membebaskan Khansa dari jeratan hukum yang membelenggunya kini.

Mobil mewah itu diparkir di depan rumah sederhana dengan pekarangan luas yang ditumbuhi berbagai macam buah dan bunga hingga menambah kesan asri didalamnya.

Pengacara Qian membuka pagar bambu yang tersusun rapi tanpa di kunci oleh pemiliknya.

Setelah memberikan salam kepada pemiliknya beberapa kali, seorang nenek yang masih terlihat energik, keluar dari rumahnya untuk menemui dirinya dan sang asisten.

"Eh nak Pengacara Qian, silahkan masuk!" Ucap nenek Laila begitu semangat melihat calon menantunya datang.

"Maafkan saya nenek karena saya menemui nenek tanpa di dampingi oleh dokter Khansa." Ujar Pengacara Qian santun.

"Tidak apa nak Pengacara Qian. Khansa sekarang sangat sibuk hingga ia lupa menghubungi nenek sudah dua bulan ini.

Tapi nenek sama sekali tidak tersinggung karena jadwalnya sangat padat sebagai seorang dokter spesialis jantung." Ucap nenek Laila penuh perhatian pada sang cucu angkat.

"Apa kabar nenek Laila!" Tanya Pengacara Qian lalu seraya mencium punggung tangan wanita yang telah membesarkan kekasihnya itu diikuti oleh asistennya Fian.

"Alhamdulillah, kabar nenek sangat baik. Apa yang membawamu ke rumah nenek, nak Pengacara Qian?" Tanya nenek Laila yang berharap Pengacara Qian mau melamar cucunya Khansa hingga membuat nenek ini salah tingkah sendiri.

"Nenek! kedatangan saya ke sini hanya ingin mengembalikan milik Khansa yang hilang beberapa tahun yang lalu.

Saya sudah mengkonfirmasikan kepada Khansa tentang benda berharga yang saya temukan ini, saat saya pernah ditolong oleh seorang gadis di mana saya terluka saat itu dan belakangan saya baru mengetahui bahwa gadis itu adalah dokter Khansa sendiri." Ucap Pengacara Qian lalu memperlihatkan gelang itu pada nenek Laila.

"Alhamdulillah, akhirnya ketemu juga gelang ini." Ucap nenek Laila haru.

"Kalau boleh saya tahu siapa Khansa sebenarnya nenek?" Apakah saya bisa membantunya menemukan siapa ibu kandungnya yang telah meninggalkan dirinya bersama nenek ketika masih bayi dengan gelang kaki ini nenek?" Tanya Pengacara Qian membuat nenek Laila mengernyitkan dahinya menatap wajah tampan Pengacara Qian yang sudah mengetahui kisah masa kecil cucunya Khansa.

"Apakah Khansa sudah menceritakan tentang ibunya padamu, nak Pengacara Qian?" Tanya nenek Laila.

"Hanya sekilas, tidak lebih karena Khansa tidak begitu terbuka padaku nenek, mungkin karena terlalu sakit hati untuk mengungkapkan kebenarannya padaku." Ucap Pengacara Qian.

Nenek Laila terlihat diam dan saat ini sedang mengumpulkan lagi potongan-potongan kecil kenangan tentang wanita muda yang memberikan seorang bayi merah pada dirinya saat itu. Ia mulai mengisahkan lagi kisah sedih itu pada Pengacara Qian dan asisten pribadinya Pengacara Qian yang ikut mendengarkan kisah hidup Khansa yang begitu tragis.

"Nenek hanya mengenali wajahnya yang sangat mirip dengan Khansa saat seusia Khansa kini. Nenek juga tidak mengetahui siapa gadis itu karena dia hanya menitipkan bayi itu karena ijin hendak ke toilet.

Lama nenek menunggu gadis itu datang hingga hampir satu jam. Ketika menyadari kalau gadis muda itu ternyata berbuat sengaja untuk meninggalkan bayinya kepada nenek.

Nenek baru mengetahuinya saat ingin mencari botol susu di dalam tas bayi itu dan ternyata ada surat untuk nenek.

Saat nenek membuka surat itu dan mulai membacanya, di situ ada pesan singkat dari gadis muda itu yang berharap agar nenek mau merawat putrinya.

Di dalam surat itu ada nama Khansa. Itulah sebabnya nenek menamai bayi itu dengan nama Khansa sesuai keinginan ibu kandungnya.

Dan bukan hanya selembar surat saja yang ditinggalkannya untuk nenek namun juga kotak perhiasan yang berisi gelang kaki.

Dialah yang memberikan nama Khansa dan bukan nenek. Dia hanya meninggalkan gelang kaki itu untuk Khansa katanya dengan gelang itu suatu saat nanti dia akan menemukan lagi putrinya karena gelang itu dirancang khusus untuknya dari kakeknya." Nenek Laila mengisahkan kembali cerita masalalu tentang ibu kandungnya Khansa.

"Apakah nenek masih menyimpan surat itu sampai sekarang?" Tanya Pengacara Qian penasaran.

"Semua barang peninggalan milik Khansa, nenek simpannya dengan baik." Ucap nenek Laila dengan wajah sendu.

"Bolehkah aku melihatnya nenek?" Tanya Pengacara Qian.

"Sebentar nak Qian, nenek harus mencari dulu di dalam koper yang sengaja nenek kunci." Nenek Laila meninggalkan Pengacara Qian dan asistennya Fian untuk mengambil benda berharga peninggalan ibu kandungnya Khansa.

Sambil menunggu nenek Laila mengambil barang-barang masa kecil Khansa, Pengacara Qian. meminta Fian segera memasang iklan dengan menyertakan gelang kaki itu ke dalam iklan dan juga nomor telepon yang bisa dihubungi orang yang mengetahui putrinya Khansa.

Pengacara Qian sudah menemukan titik terang masa lalu Khansa yang masih misterius itu dengan menelusuri keberadaan ibu kandungnya Khansa.

Terpopuler

Comments

Kenzi Kenzi

Kenzi Kenzi

turunan darah biru...my khansa

2022-10-28

2

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!