"Yang benar Bi, dia mengatakan aku ini karyawannya hanya untuk jadi pelayannya saja?" Wah, kalau begitu aku bisa tidur tenang dan fokus belajar karena hanya menjadi pelayan Pengacara Tuan Qian." Khanza berubah pikiran karena mendapatkan gaji besar kerjanya hanya sepuluh menit.
"Sini Bibi Lea!" Aku akan mengantarkan sarapan pagi Pengacara Qian." Khanza bergegas membawa baki itu menuju ruangan CEO Pengacara Qian.
"Permisi Pengacara Qian!" Tolong buka pintunya!" Teriak Khanza dari luar.
"Permisi Tuan Qian!" Hallo ada orang kah di dalam sana?" Menyusahkan sekali si tampan itu. Syukur wajahmu sangat tampan, kalau tidak..?
"Kalau tidak, kamu mau apa?" Tanya Pengacara Qian yang sudah di belakang punggung Khanza membuat gadis itu tersentak dan hampir menjatuhkan baki yang dibawanya.
"Aisss!" Kau ini seperti hantu saja." Umpat Khanza membuat Pengacara Qian mengulum senyumnya melihat wajah cantik Khanza yang begitu terkejut melihatnya.
"Buka pintunya!" Tanganku sudah pegal sedari tadi menunggumu." Ucap Khanza sambil cemberut.
Pengacara Qian membuka pintunya untuk Khanza. Gadis itu buru-buru meletakkan baki itu di atas meja kerja Pengacara Qian.
Ia pun tidak lupa mengambil segelas air hangat untuk pria tampan itu tanpa di suruh oleh Pengacara Qian.
"Apakah anda mau makan sekarang Tuan?" Tanya Khanza.
"Iya, nanti aku akan habiskan, silahkan berangkat kuliah!" Terimakasih untuk sarapannya."
"Dengan senang hati tuan!" Khanza merasa malu diperhatikan terus dua manik elang itu sedari tadi mengamati seluruh tubuhnya.
"Cih!" Matamu ternyata mesum juga." Batin Khanza lalu meninggalkan ruang kerja Pengacara Qian.
"Tunggu!" Cegah Pengacara Qian.
"Apa lagi tuan?"
"Jam berapa kamu pulang kuliah?"
"Untuk apa menanyakan kegiatan kuliah ku?" Mana aku tahu pulang jam berapa, aku saja selalu berada di perpustakaan sekitar satu atau dua jam di sana.
Lagian untuk apa aku cepat pulang ke kost, tidak ada siapapun di kost karena penghuninya pada kerja dan kuliah." Ucap Khanza lalu membuka pintu itu dengan cepat.
"Hei tunggu!" Kenapa gadis itu selalu seenaknya sendiri?" Gerutu Pengacara Qian melihat Khanza ngeloyor tanpa mendengar perkataannya.
"Ada apa dengan Pengacara Qian, selalu saja mau tahu urusan orang lain." Gerutu Khanza sambil berjalan keluar dari gedung Firma hukum milik Pengacara Qian.
Pengacara Qian membunyikan klakson mobilnya untuk menghentikan langkah kaki Khanza.
Tut..Tut..!" Khanza masih saja berjalan tanpa ingin menengok suara klakson mobil itu.
Pengacara Qian membuka kaca mobilnya untuk memanggil Khanza.
Khanza melirik ke arah mobil itu dan lagi-lagi gadis itu kaget lagi gugup karena Pengacara Qian memanggilnya untuk masuk ke mobil.
"Masuk!" Aku akan mengantarmu." Titah Pengacara Qian.
"Kenapa kamu selalu memaksaku?" Gerutu Khanza kesal.
"Karena kamu sulit dikendalikan dan selalu cerewet." Ujar Pengacara Qian.
"Lumayanlah naik mobil orang kaya." Ujar Khanza lalu menghempaskan bokongnya di jok empuk mobil mewah itu.
Pengacara Qian hanya menggeleng kepalanya dan merasa geli dengan kepolosan Khanza tapi itulah yang membuat Pengacara Qian suka.
Semua orang tunduk dan hormat kepadanya, tapi hanya Khanza yang terlihat cuek dan tidak ingin bersikap formal kepadanya.
"Kenapa anda tiba-tiba jadi baik kepadaku?" Selidik Khanza.
"Entahlah, aku hanya senang saja saat bersamamu."
"Jangan terlalu banyak berharap kepadaku karena aku tidak ingin terlibat urusan cinta dengan lelaki saat ini. Aku mau fokus belajar dan jangan terlalu menganggu hidupku yang sudah aman dan damai." Jelas Khanza serius.
Deggg...
Pengacara Qian begitu gugup mendengar penuturan gadis cantik ini, yang begitu frontal kepadanya.
"Jangan terlalu percaya diri, kalau perhatianku kepadamu karena suka, aku hanya ingin kita bersahabat tidak lebih. Jadi berhentilah curiga kepadaku!" Ujar Pengacara Qian untuk membungkam mulut Khanza yang begitu ceriwis.
"Itu lebih baik, jadi masing-masing kita bisa bergaul dengan siapa saja tanpa ada rasa takut bersalah." Imbuh Khanza dingin.
Tidak terasa mereka sudah tiba di kampus. Khanza ingin membuka pintu mobil itu, namun Pengacara Qian belum rela gadis itu meninggalkan mobilnya.
"Jam berapa kamu pulang kuliah?" Kalau kamu tidak menjawab, aku tidak akan mengijinkan kamu turun dari mobil ini." Ucap Pengacara Qian.
"Astaga!" Itu lagi yang kamu tanyakan. Mungkin jam empat sore aku baru balik ke kost, sekarang bukalah pintu mobilnya!" Katanya hanya teman, tapi tingkahnya udah kayak suami posesif." Gerutu Khanza membuat Pengacara Qian ingin ngakak.
"Hati-hati Khanza!" Tunggu aku di sini jam empat!" Aku akan menjemputmu." Ucap Pengacara Qian, sambil melambaikan tangannya.
"Dasar pria aneh!" Bilangnya tidak suka tapi perhatiannya itu lho yang membuatku bingung. Ah, sudahlah!" Bikin tambah beban hidup gue aja." Khanza ngedumel sendiri dengan dirinya.
Pengacara Qian hanya senyum-senyum sendiri saat sudah berada di ruang kerjanya. Lagi-lagi ia meneguk air putih yang disiapkan Khanza untuknya dan mulai makan roti dan kue yang diantarkan gadis itu sambil melihat layar laptop miliknya.
Banyak kasus yang mampu dipecahkan olehnya sejak bertemu dengan Khanza. Seakan gadis itu memiliki suatu magic yang kuat untuk membuat otaknya makin encer untuk berpikir.
"Khanza!" Memang kita baru dua hari dekat, tapi entah mengapa aku seakan sudah mengenalmu lebih dulu, entah di mana aku pernah melihatmu tapi, yang jelas aku sangat menyukaimu.
Walaupun suatu saat nanti aku harus menikahi gadis penolong ku yang memiliki gelang kaki ini." Ucap Pengacara Qian sambil memperhatikan gelang kaki yang ia letakkan di dalam kotak kaca di dalam laci meja kerjanya.
...****************...
Hari itu cukup melelahkan untuk Khansa yang belajar sepanjang hari dengan buku-buku tebal mengenai ilmu kedokteran. Ia harus banyak meringkas beberapa buku yang dipinjamnya di perpustakaan.
Bagi Khansa mengulangi lagi setiap bacaan dari hasil ringkasannya itu banyak membantu. Di sini ia sedang belajar anatomi tubuh dari ujung kaki hingga ujung kepala.
Khansa menikmati semua itu tanpa merasa beban. Ilmu kedokteran baginya sangat mengasyikan. Apa lagi ia lebih mengenal tentang tubuhnya sendiri untuk menjaga kebugarannya.
Anatomi tubuh manusia adalah ilmu yang mempelajari struktur tubuh manusia. Anatomi tubuh manusia tersusun atas sel, jaringan, organ, dan sistem organ. Sistem organ merupakan bagian yang menyusun tubuh manusia. Sistem ini terdiri atas berbagai jenis organ, yang memiliki struktur dan fungsi yang khusus. Sistem organ memiliki struktur dan fungsi yang khas. Masing-masing sistem organ saling tergantung satu sama lain, baik secara langsung maupun tidak langsung.
Khansa harus menghafalkan setiap fungsi dari anatomi tubuh manusia.
Kedua temannya menyapanya ketika melihat Khansa begitu serius menyendiri di sudut perpustakaan sambil memegang catatannya dan melihat patung anatomi tubuh manusia yang ada di perpustakaan tersebut.
"Hei, Khansa !" Apakah kamu ingin pacaran dengan patung itu?" Setiap kali pulang kuliah, kamu selalu menemuinya dan bicara padanya." Ledek Rima sambil cekikikan.
"Sebentar lagi kami akan menikah karena ia banyak memberikan ilmu tentang tubuhnya padaku." Timpal Khansa dengan tetap kocak.
"Wah seru nih, suami Khansa adalah patung." Ucap Ririn yang sudah bergabung dengan ketiganya.
"Sekarang, apakah kamu mau membantu aku menghafal ilmu tentang anatomi tubuh?" Tanya Khansa saat kedua temannya nimbrung bersamanya untuk belajar.
"Khansa!" Kami sebenarnya ingin membantumu, tapi lihat jam berapa sekarang ini?" lagian di luar sudah mendung gelap banget, sepertinya hari ini Jakarta akan diguyur hujan lebat disertai petir dan Guntur. Kami harus pulang cepat karena bawa motor." Ucap Rima menolak ajakan Khansa yang ingin belajar bersama mereka berdua.
"Baiklah. Tidak apa Rima!" Aku bisa melakukannya sendiri tanpa kalian. Lagian tanggung, perpustakaannya setengah jam lagi baru tutup, biar aku keluar bareng dengan bang Arul." Ucap Khansa.
"Kami pulang duluan ya Khansa!" Pamit Rima dan Riri yang merupakan teman satu kost dan satu kamar, jadi keduanya terlihat sangat akrab.
Khansa meneruskan pelajarannya yang tadi yang sempat tertunda oleh kedatangan kedua temannya itu.
Tidak lama kemudian, ponsel Khansa berdering. Ia melihat nama pemanggilnya yang tidak lain adalah Pengacara Qian.
"Mau apa si tampan itu?" Dia selalu saja menganggu aku." Ucap Khansa lalu menerima telepon dari Pengacara Qian dengan suara yang sangat pelan.
"Ada apa tuan?"
"Apakah kamu masih lama pulangnya Khansa?"
"Paling sebentar lagi, tanggung Tuan karena aku harus ringkas dulu pelajarannya." Ujar Khansa sambil melirik pak Arul yang masih setia berhadapan dengan laptop miliknya.
"Apakah kamu tidak lihat di luar mendung nya sangat gelap?"
"Iya, aku sudah diingatkan sama temanku tapi belum melihatnya sendiri."
"Bersiaplah Khansa !" Saat ini aku sedang menuju kampusmu. Tunggu aku di sana!" dan jangan ke mana-mana!" Ucap Pengacara Qian lalu mematikan ponselnya.
Sekitar pukul 15.30, Pengacara Qian sudah otw menjemput Khanza. Mendung rupanya mulai bergelayut di kaki langit menggumpal seperti kapas abu-abu berarak mengikuti arah angin yang membawa mereka mengitari bagian langit yang terlihat masih cerah.
"Astaga!" Mendung nya begitu gelap, aku tidak membawa apapun untuk berjaga-jaga." Gumam Khanza yang sangat takut dengan awan hitam.
Semua temannya sudah pulang untuk cepat tiba di rumah mereka. Sementara Khanza masih berdiri di depan kelasnya untuk menunggu Pengacara Qian menjemputnya.
Tidak lama angin berhembus kencang disertai hujan deras menyiram permukaan bumi dengan sadis tanpa mau tahu manusia dibawah sana menghindari amukannya karena takut basah.
Para pengendara motor sibuk menepi di pinggir pertokoan untuk memakai mantel mereka.
Pengacara Qian sudah masuk ke area parkir kampus. Ia langsung mengambil payung dan mencari Khanza di koridor kelas gadis itu.
Tiba-tiba kilat dan petir mulai menyambar satu sama lain hingga menimbulkan guntur yang cukup menciut hati manusia yang penakut seperti Khanza saat ini.
"Khanza...Khanza!" Teriak Pengacara Qian mencari gadis itu yang sedang duduk meringkuk ketakutan mendengar gledek yang masih mengeluarkan suara dentuman kerasnya.
"Khanza!" Panggil Pengacara Qian namun gadis itu masih menutup kupingnya hingga Pengacara Qian menepuk bahunya membuat Khanza tersentak kaget.
"Akkhhh!" Pekiknya bersamaan dengan suara guntur itu. Pengacara Qian langsung memeluk gadis itu yang sudah terlihat pucat ketakutan.
"Tuan Pengacara Qian, aku takut." Ujarnya memeluk Pengacara Qian dengan erat.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 55 Episodes
Comments
Siti Asmaulhusna
biasa cerita nua sllau gafis nya takut petir dan kgelapan
2023-01-27
3
Nabila Hanny
Thor crita mu menarik tp nyebutin pengacara kian trsa ribet knp g tuan aj atau Qian..mf Thor cm saran✌️✌️
2023-01-26
2
Rosdiana Diana
lanjuttt
2022-09-25
2