2. Tidak Saling Kenal

Dua tahun berlalu sejak peristiwa perampokan itu, Qian masih memikirkan gadis pemilik gelang kaki itu. Ia meminta asistennya untuk mencari gadis pemilik gelang kaki yang merasa kehilangan gelang kakinya.

Ia juga meminta agar menyelidiki jenis gelang kaki dengan model klasik itu di internet.

"Bos gelang kaki itu di rancang khusus untuk para gadis bangsawan di jamannya. Mungkin itu adalah warisan yang ditinggalkan untuk seorang ibu pada anaknya. Jadi tidak ada lagi model gelang kaki itu di buat seperti itu di dunia ini." Ucap asisten Fian.

"Apakah yang menolongku seorang putri turunan bangsawan?" Tanya Qian.

"Mungkin saja bos, karena barang langkah itu tidak bisa di dapatkan di pasar gelap sekalipun. Jika di jual nilainya sangat fantastis." Ucap Fian.

Qian tersenyum mendengar penuturan asistennya, jika benar gadis itu seorang bangsawan berarti dirinya sangat beruntung menikahi seorang putri.

"Aku makin penasaran denganmu, sayang. Seperti apa wujud mu, pasti kamu sangat cantik. Semoga Allah mempertemukan kita, sayang. Walaupun saat ini kita belum bertemu lagi, tapi aku sudah jatuh cinta padamu." Batin Qian sambil tersenyum.

Sementara itu, Khanza yang merupakan mahasiswa kedokteran yang baru memulai perkuliahannya selama beberapa bulan ini di sebuah universitas negeri Jakarta.

Khanza yang tinggal dengan bibirnya yang merupakan seorang tukang kue dan roti sering mengirimkan kue dan roti buatannya di cafe di salah satu kantin kantor pengacara itu.

Pagi itu ia mengantar kue di kantin langganan bibinya.

"Assalamualaikum bibi Lea!" Sapa Khanza santun.

"Waalaikumuslam Khanza. Alhamdulillah, kebetulan sekali sayang kamu datang. Tolong antarkan pesanan kue ini untuk pengacara tuan Qian!" Karena Pelayan bibi belum datang satu pun." Ucap bibi Lea.

"Baik bibi!" Lantai berapa?"

"Lantai dua puluh."

Khansa mengantar kue dan roti serta kopi hitam untuk sang pengacara. Ia masuk ke lift namun sedikit sulit untuk menekan angka lantai 20. Ia melihat sesosok lelaki tampan dengan perawakan gagah berdiri di sampingnya dengan tampang datar. Mau tidak mau ia meminta tolong kepada tuan itu.

"Permisi Tuan!" Bisakah anda menekan angka 20?" Pinta Khanza pada pria tampan yang terlihat angkuh itu.

"Apakah kamu sedang bicara dengan saya, nona?"

"Tentu saja tuan!" Emang ada jin yang sedang bersama kita di sini. Bukankah hanya kita saja berdua di dalam kotak berjalan ini." Gerutu Khanza membuat Qian ingin ngakak, namun ia tetap menjaga wibawanya.

"Untuk siapa makanan itu?" Apakah kamu karyawan baru di sini?"

"Tidak!" aku hanya pengantar kue."

Pria tampan itu berhenti dilantai lima belas sementara Khanza harus menuju ke lantai 20.

"Selamat pagi!" Sapa Khanza pada seorang karyawan perempuan paru baya.

"Cari siapa?"

"Di mana ruangan pengacara tuan Qian?"

"Jalan lagi dua blok dari sini. Ada tulisan ruang CEO, nah itu ruangan tuan Qian.

"Apa..?" Dia seorang CEO?" Aku akan bertemu dengan orang penting di gedung ini. Ah! pasti tampangnya sangat tua dan gendut." Ucap Khanza lirih.

"Mas tolong ketuk pintu ini, tanganku tidak bisa melakukannya." Pinta Khanza pada seorang OB.

"Masuk!"

Terdengar suara bariton dari dalam. OB itu membuka pintu untuk Khanza dan gadis ini masuk ke ruangan itu dan melihat Pengacara itu sedang menelepon seseorang sambil membalikkan kursinya ke arah tembok kaca bening yang menyatu dengan alam luas.

"Permisi Tuan Qian!" Ini pesanan anda." Ucap Khanza seraya meletakkan piring yang berisi kue dan roti serta secangkir kopi hangat untuk Pengacara Qian.

Pengacara Qian mengakhiri teleponnya dan membalikkan kursi kebesarannya ke arah semula.

Deg....

"Kau..!" Bukannya tadi tuan keluar di lantai 15 dan sekarang tiba-tiba ada di sini?" Ucap Khanza lirih hampir tidak terdengar oleh tuan Qian.

"Maaf Tuan!" Permisi!" Ucap Khanza lalu meninggalkan ruang kerja Pengacara Qian.

"Tunggu!"

Siapa namamu dan kenapa buru-buru pergi?" Apakah kamu bisa mengambil air putih di galon itu untukku?" Titah Pengacara Qian.

"Maaf Tuan! Aku sudah terlambat masuk kuliah. Dosen akan mengusirku jika aku telat." Ucap Khanza.

"Aku tadi menolong kamu bukan?" Nah, sekarang gantian kamu yang menolong aku. Tolong ambilkan air putih untukku di dispenser itu!" Titah Qian membuat gadis ini merotasi mata malas.

"Kamu sangat menyusahkan aku Tuan!" Ucap Khanza seraya meletakkan segelas air putih untuk Pengacara Qian.

"Terimakasih."

Khanza langsung kabur dari ruang kerja Pengacara Qian untuk mengambil tas ranselnya. Ia mencari bajai untuk bisa ke kampus, namun tidak ada satupun yang lewat.

Tidak lama Pengacara Qian sudah menarik tangannya untuk naik ke atas motor miliknya.

"Naik!" Titah Pengacara Qian.

"Tuan!" Tapi, ..?"

"Naik!" Aku akan mengantarmu ke kampus. Bukankah kamu takut telat?"

"Iya, tapi..?"

Baiklah, aku naik sekarang." Ucap Khanza lalu mengambil helm dari tangan Pengacara Qian.

"Di mana kampusmu?"

"Salemba."

Dalam sekejap motor besar itu bergerak dengan lincah, menyusuri jalanan ibukota dan menyalip beberapa kendaraan lain yang ada di samping mereka.

"Kenapa kamu sangat ngebut?" Omel Khanza yang merasa sangat ketakutan.

Pengacara Qian tidak menjawabnya sama sekali hingga motor itu masuk ke area kampusnya.

"Tidak tekat kan?" Dalam waktu sepuluh menit, kamu tiba di kelas mu. Belajarlah yang rajin!" Ucap Pengacara Qian tanpa ada senyum di wajahnya.

"Terimakasih untuk tumpangannya!"

Khansa mengembalikan helm Pengacara Qian lalu segera

berlari menuju kelasnya. Baru saja menghenyakkan bokongnya, dosennya sudah masuk ke kelasnya.

"Alhamdulillah!" Untung Tuan pengacara itu baik hati. Selamat deh aku," ucapnya seraya mendengarkan perkuliahan dosennya.

Di kantor pengacara, Pengacara Qian merasa ada kedekatan antara dirinya dan Khanza sejak melihat Khanza pertama kali saat mereka hendak masuk ke lift.

"Gadis itu sangat cantik, walaupun penampilannya terlihat sederhana. Tapi, tunggu!" Jika dia kuliah di universitas negeri daerah Salemba berarti dia adalah mahasiswa kedokteran?" Ternyata gadis itu memiliki otak jenius.

Tapi, tidak!" Aku sudah janji pada diriku untuk menemukan gadis pemilik gelang kaki itu, yang menyelamatkan hidupku.

"Tapi dengan Khanza, mengapa aku merasa jantungku berdebar saat melihat wajahnya. Ada apa denganku?" Keluh Pengacara Qian lalu meneguk air putih yang disediakan Khanza untuknya yang belum sempat ia minum.

Tok...tok..

Cek lek..

"Bos, ada kline yang ingin bertemu dengan anda." Ucap Fian.

"Apa kasusnya?"

"Sengketa lahan warisan dari kedua nenek mereka."

"Selalu saja warisan. Apa mereka tidak punya kerjaan lain, selain merebut tanah warisan moyangnya. Dasar manusia pemalas!" Umpat Pengacara Qian lalu keluar menemui kliennya.

"Silakan sampaikan keluhan anda, Tuan!" Ucap Pengacara Qian.

"Aku memiliki dua orang nenek kakak beradik. Warisan nenek aku yang pertama untuk ayahku. Tapi milik adiknya sudah ia jual semua kepada nenekku.

Tapi saat anaknya kehilangan rumahnya di Jakarta, ia pulang kampung dan meminjam sebidang tanah sekitar tiga ratus meter untuk dibangun rumah semi permanen.

Nenekku tidak tega dan memberikannya, tapi selalu ditegaskan kalau itu hanya dibangun sementara bukan permanen karena hanya tanah pinjaman. Tapi, setelah mereka mulai kaya, mereka mengklaim tanah dan bangunan itu milik mereka karena merupakan tanah warisan adiknya nenekku. Dan sialnya adik nenekku malah sekarang pikun." Ucap pak Ginanjar yang merasa sedih karena bagian warisan ayahnya direbut oleh pamannya.

"Baiklah!" Aku akan mengurusnya, aku akan serahkan masalah anda pada tim pengacaraku." Ucap Pengacara Qian lalu bersalaman dengan kline nya.

"Mengapa aku jadi kangen sama gadis itu, apa aku menjemputnya saja Khanza pulang kuliah?" Batin Pengacara Qian lalu mengambil kunci mobilnya.

Terpopuler

Comments

Kenzi Kenzi

Kenzi Kenzi

sdb ada feel

2022-10-27

1

Kenzi Kenzi

Kenzi Kenzi

cocok dgn bakat ilmu herbal mu nenh....

2022-10-27

2

Kenzi Kenzi

Kenzi Kenzi

terlalu berbarap,bgmn klo ternyata berbalikannya dri harapanmu bang......

mana udah panggil2.sayang lagi...hadewwwwww...
masak 2 taon ga nemu,...kan bisa balik lagi ke desa itu bang...waadadidaw

2022-10-27

1

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!